Jumat, 18 Oktober 2013

HIPERTIROID


HIPERTIROID






RIZKA NURDIANI SINTAN
1110711011






PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HIPERTIROID” tepat pada waktunya.
            Penulisan makalah ini merupakan penugasan dari mata kuliah blok Endokrin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan sarannya dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
            Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.


Jakarta,    Oktober 2013

Penyusun          






BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
            Kelainan tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang ditemukan selama kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan, menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dari kebutuhan tubuh.
Wanita hamil dengan eutiroid memunculkan beberapa tanda tidak spesifik yang mirip dengan disfungsi tiroid sehingga diagnosis klinis sulit ditegakkan. Sebagai contoh, wanita hamil dengan eutiroid dapat menunjukkan keadaan hiperdinamik seperti peningkatan curah jantung, takikardi ringan, dan tekanan nadi yang melebar, suatu tanda-tanda yang dapat dihubungkan dengan keadaan hipertiroid.
Disfungsi tiroid autoimun umumnya menyebabkan hipertiroidisme dan hipotiroidisme pada wanita hamil. Kelainan endokrin ini sering terjadi pada wanita muda dan dapat mempersulit kehamilan, demikian pula sebaliknya. Penyakit Graves terjadi sekitar lebih dari 85 % dari semua kasus hipertiroid, dimana Tiroiditis Hashimoto adalah yang paling sering untuk kasus hipotiroidisme. Tiroiditis postpartum adalah penyakit tiroid autoimun yang terjadi selama tahun pertama setelah melahirkan. Penyakit ini memberikan gejala tirotoksikosis transien yang diikuti dengan hipotiroidisme yang biasanya terjadi pada 8-10% wanita setelah bersalin.


2.      TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum :
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid dan hipertiroidisme

Tujuan khusus :
1.      Mahasiswa mengetahui pengertian dari hipertiroidisme
2.      Mahasiswa mengetahui penyebab dari hipertiroidisme
3.      Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari hipertiroidisme
4.      Mahasiswa mengetahui komplikasi dari hipertiroidisme
5.      Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipertiroidisme
6.      Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dari hipertiroidisme
7.      Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pasien dengan hipertiroidisme

3.      RUMUSAN MASALAH
1)      Apa pengertian hipertiroidisme?
2)      Apa saja penyebab hipertiroidisme?
3)      Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien hipertiroidisme?
4)      Apa saja komplikasi dari hipertiroidisme?
5)      Apa saja penatalaksanaan medis dari hipertiroidisme?
6)      Apa saja pemeriksaan penunjang dari hipertiroidisme?
7)      Bagaimana proses perjalanan penyakit hipertiroidisme?
8)      Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien hipertiroidisme?

4.      METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metedologi penulisan berdasarkan:
a.       Mengumpulkan dari litelatur buku dan internet
b.      Berdiskusi dengan teman kelompok dan teman beda kelompok

5.      SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I                         PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
2.      Tujuan Penulisan
3.      Rumusan Masalah
4.      Metode Penulisan
5.      Sistematika Penulisan

BAB II            KONSEP DASAR TEORI
I.         Anatoni dan Fisiologi kelenjar Tiroid
II.      Hipertiroidisme
III.   Asuhan Keperawatan Klien dengan Hipertiroidisme
BAB III          PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA








BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
DAN HIPERTIROIDISME

I.    ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID    
A.   Anatomi
       Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri dimana kedua lobus tersebut dihubungkan oleh istmus. Kelenjar ini terdapat pada bagian inferior trakea dan beratnya diperkirakan 15-20 gram. Lobus kanan bisasanya lebih besar dan lebih vascular dibandingkan lobus kiri. Kelenjar ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram. Pada keadaaan hipertiroid, aliran darah dapat meningkat sampai 1 liter/menit/gram sehingga dapat didengar menggunakan stetoskop yang disebut bruit.Kelenjar tiroid mendapatkan persarafan adrenergik dan kolinergik yang berasal dari ganglia servikal dan saraf vagus. Kedua system saraf ini mempengaruhi aliran darah pada kelenjar tiroid yang akan mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid seperti TSH dan iodid.
       Selain itu, serabut saraf adrenergik mencapai daerah folikel sehingga persarafan adrenergik diduga mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid secara langsung. Folikel atau acini yang berisi koloid merupakan unit fungsional kelenjar tiroid. Dinding folikel dilapisi oleh sel kuboid yang merupakan sel tiroid dengan ukuran bervariasi tergantung dari tingkat stimulasi pada kelenjar. Sel akan berbentuk kolumner bila dalam keadaaan aktif, dan berbentuk kuboid bila dalam keadaan tidak aktif. Setiap 20-40 folikel dibatasi oleh jaringan ikat yang disebut septa yang akan membentuk lobulus. Di sekitar folikel terdapat sel parafolikuler atau sel C yang menghasilkan hormon kalsitonin. Di dalam lumen folikel, terdapat koloid dimana tiroglobulin yang merupakan suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel tiroid yang akan disimpan.
       Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam tubuh dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu triiodothyronin (T3) dan tetraiodohyronin (T4) atau tirosin. Iodin (I2) memilki berat atom sebesar 127 dan berat molekulnya 254. T4 memilki berat molekul sebesar 777 Dalton yang 508 didalamya merupakan iodida. Hormon tiroid sangat penting dalam perkembangan saraf normal, pertumbuhan tulang, dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C berada di dekat sel folikuler yang menghasilkan suatu hormon polipeptida, kalsitonin.

2. Fisiologi
       Hormon tiroid adalah hormon amina yang disintesis dan dilepaaskan dari kelenjar tiroid. Hormon ini dibentuk ketika satu atau dua molekul iodin disatukan dengan glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin, yang disintesis di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodin ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis TH yang bersirkulasi, disebut T3 dan T4. T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodin yang dikandungnya (3 untuk T3 dan 4 untuk T4). Sebagian besar (90%) HT yang dilepaskan dalam aliran darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih poten. Melalui hati dan ginjal, kebanyakan T4 diubah menjadi T3. T3 dan T4 dibawa kesel targetnya dalam darah yang berikatan dengan protein plasma, namun masuk kesel sebagai hormon bebas. T3 dan T4 secara kolektif disebut sebagai TH.
       Sel target untuk TH adalah hampir semua sel tubuh. Efek primer TH adalah menstimulasi laju metabolisme semua sel target dengan meningkatkan metabolisme protein, lemak dan kerbohidrat. TH juga tampak menstimulasi kecepatan pompa natrium-kalium disel targetnya. Kedua fungsi bertujuan meningkatkan penggunaan energi oleh sel sehingga meningkatkan laju metabolisme basal (BMR), membakar kalori, meningkatkan panas oleh setiap sel.
       Hormon tiroid juga meningkatkan sensitivitas sel target terhadap katekolamin sehingga meningkatkan frekuensi jantung dan meningkatkan keresponsifan emosi. TH meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontaraksi otot rangka sehingga sering menyebabkan tremor halus. TH sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
Ada 4 macam kontrol faal kelenjar tiroid :
·         TRH (Thyrotrophin relasing hormon) : Hormon ini disintesa dan dibuat di hipotalamus. TRH ini dikeluarkan lewat sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis.
·         TSH (Thyroid Stimulating Hormone): Suatu glikoprotein yang terbentuk oleh sub unit (alfa dan beta). Sub unit alfa sama seperti hormon glikoprotein (TSH, LH, FSH, dan human chronic gonadotropin/hCG) dan penting untuk kerja hormon secara aktif. Tetapi sub unit beta adalah khusus untuk setiap hormon. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor dipermukaan sel tiroid TSH-receptor (TSH-r) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan yodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon meningkat.
·         Umpan balik sekresi hormon. Kedua ini merupakan efek umpan balik ditingkat hipofisis. Khususnya hormon bebaslah yang berperan dan bukannya hormon yang terikat. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
·         Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri. Gangguan yodinasi tirosin dengan pemberian yodium banyak disebut fenomena Wolf-Chaikoff escape, yang terjadi karena mengurangnya afinitas trap yodium sehingga kadar intratiroid akan mengurang. Escape ini terganggu pada penyakit tiroid autoimun.
Efek metabolik hormon tiroid adalah:
1)    Kalorigenik.
2)    Termoregulasi.
3)    Metabolisme protein: Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik.
4)    Metabolisme karbohidrat: Bersifat diabetogenik, karena resorpsi intestinal meningkat, cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis pada dosis farmakologis tinggi, dan degradasi insulin meningkat.
5)    Metabolisme lipid: T4 mempercepat sintesis kolesterol,tetapi proses degradasi kolesterol dan eksresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid, kadar kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipotiroidisme kolesterol total, kolesterol ester dan fosfolipid meningkat.
6)     Vitamin A: Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan hormon tiroid.
7)    Hormon ini penting untuk pertumbuhan saraf otak dan perifer, khususnya 3 tahun pertama kehidupan.
8)    Lain-lain : Pengaruh hormon tiroid yang meninggi menyebabkan tonus traktus gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare.
9)    Efek pada perkembangan janin: Sistem TSH dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada janin manusia di dalam 11 minggu.Sebagian T3 dan T4 maternal diinaktivasi pada plasenta. Dan sangat sedikit hormon bebas mencapai sirkulasi janin. Dengan demikian, janin sebagian besar tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri.
10)  Efek pada konsumsi oksigen dan produksi panas, T3 meningkatkan konsumsi O2 dan produksi panas sebagian melalui stimulasi Na+ K+ ATPase dalam semua jaringan kecuali otak, lien dan testis. Hal ini berperan pada peningkatan percepatan metabolisme basal dan peningkatan kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme
11) Efek Skeletal: Hormon tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang, meningkatkan resorbsi tulang dan hingga tingkat yang lebih kecil pembentukan tulang.


II.      VERTIGO
A.    Pengertian
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337)
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin: 296).
            Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah. Gangguana ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hippofisis atau hipotalamus. Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar tiroid. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam kehamilan umunya disebabkan oleh adenoma tunggal, Pengaruh kehamilan terhadap penyakit Kehamilan dapat membuat strua tambah besar dan keluhan penderita tambah berat. Sejak mulai kehamilan terjadi perubahan-perubahan pada fungsi kelenjar tiroid ibu, sedang pada janin kelenjar tiroid baru mulai berfungsi pada umur kehamilan gestasi ke 12-16. TSH agaknya tidak dapat melalui barier plasenta. Dengan demikian baik TSH ibu maupun TSH janin tidak saling mempengaruhi. Baik T4 maupun T3 dapat melewati plasenta dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga dapat dianggap tidak saling mempengaruhi. Telah kita ketahui bahwa terdapat kehamilan dimana kelenjar tiroid mengalami hiperfungsi yang ditandai dengan naiknya metabolisme basal sampai 15-25% dan kadang kala disertai pembesaran ringan. Keadaan ini adalah dalam batas-batas normal.

B.     Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama 
          a. Penyakit Grave
          b. Toxic multinodular goitre
          c. ’’Solitary toxic adenoma’’
2. Penyebab Lain
           a. Tiroiditis
           b. Penyakit troboblastis
           c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
           d. Pemakaian yodium yang berlebihan
           e. Kanker pituitari
           f. Obat-obatan seperti Amiodarone

C.    Patofisiologi
          Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
          Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
          Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot  ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.














D.    Manifestasi Klinik
1.     Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2.     Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin.
3.    Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
4.    Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik 
5.    Peningkatan frekuensi buang air besar
6.    Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7.    Gangguan  reproduksi
8.    Tidak taahan panas
9.    Cepat lelah
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan xat dalam orbit mata.
E.     Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
a.       Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
b.       TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
c.       Bebas T4 (tiroksin)
d.       Bebas T3 (triiodotironin)
e.       Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid
f.        Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
g.       Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.

F.     Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi.

G.    Penatalaksaan Medis
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid. Digunakan dengan indikasi:
·         Terapi untuk memperpaqjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikusis
·         Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
·          Persiapan tiroidektomi
·         Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
·         Pasien dengan krises tiroid
Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh spontan pada kehamilan tua sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-obat tambahan sebaiknya tidak diberikan karena T4, yang dapat melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak dal mencegah hipotiroidisme pada bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedik:it sekali yang keluar dari air susu ibu. Dosis ya; dipakai 100-150 mg tiap 8 jam: Setelah pasien eutiroid, secara Minis dan laboratorim dosis diturunkan dan dipertahankan menjadi 2 x 50 mg/hari. Kadar T4 dipertahank pada batas atas normal dengan dosis propiltiaurasil 

H.    Legal Etik dan Isu Keperawatan Yang Berkembang Saat Ini
1)        Isu Aspek Legal
     Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama seperti telehealthsecara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
     Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
     Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :
1)        Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
2)        Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
3)        diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya
4)        Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
5)        Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
                        Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang meliputi:
a)    Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
        Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.
        Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau computer
        Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring. 
        Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth).
Legal adalah sesuat yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar Bahasa Indonesia). 
Etik
Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan kebajikan dan apa yang merupakan kejahatan, apa yang dikendaki dan apa yang ditolak
Etika Keperawatan
Kesepakatan/peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusan- keputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan
Prinsip Etik
1)        Respect (Hak untuk dihormati) 
2)        Autonomy (hak pasien memilih): Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya
3)        Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien). Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya
4)        Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain) kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera
Prinsip : Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang lain.
5)        Confidentiality (hak kerahasiaan) menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang dipercayakan pasien kepada perawat.
6)        Justice (keadilan) : kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah.
7)        Fidelity (loyalty/ketaatan) : Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang telah diambil.
Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada satu profesi). 
8)        Veracity (Truthfullness & honesty) : Kewajiban untuk mengatakan kebenaran, Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consen
Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran.




ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROIDISME
Ny. Quin ( 38 th ) dirawat dengan keluhan belakangan ini suka gelisah, BB selama sebulan ini sudah turun 4 kg ; amnore sudah 2 bulan, tes pack negative, tidak bisa duduk diam, tidak tahan akan udara panas. Hasil pemeriksaan fisik, kulit terlihat flushing da nada pruritus, tremor pada jari tangan, exopthalmus (+). TD : 150/90 mmHg, HR : 100x/menit. Hasil Lab peningkatan T4 serum

PENGKAJIAN
1)      Data Pasien :
Nama klien                  : Ny. Q
Umur                           : 38 Tahun
Diagnosa Medik          : Hipertiroid
Tanggal Masuk            : 19/12/2013
Alamat                         : Jl. Tipar Halim rt.005/06 no 60j mekarsari-cimanggis depok
Suku                            : Jawa
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : -
Status perkawinan       : menikah
Status pendidikan       : -

2)      Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Keluhan belakangan ini suka gelisah, BB selama sebulan ini sudah turun 4 kg ; amnore sudah 2 bulan, tes pack negative, tidak bisa duduk diam, tidak tahan akan udara panas.

Riwayat Penyakit Sekarang :
Hasil pemeriksaan fisik, kulit terlihat flushing da nada pruritus, tremor pada jari tangan, exopthalmus (+). TD : 150/90 mmHg, HR : 100x/menit. Hasil Lab peningkatan T4 serum

Riwayat Penyakit Terdahulu :
Tidak ada
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga tidak mempunyai penyakit hiperthiroid

3)      Pemeriksaan fisik
a.      Aktifitas/ istirahat
Gejala         : Insomnia, sensitifitas meningkat.
                      Otot lemah, gangguam koordinsi.
                      Kelelahan berat.
Tanda          : Atrofi otot

b.      Sirkulasi
Gejala        : Palpitasi
                    Nyeri dada (angina)
Tanda        : distrimia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur.
Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardi  saat istirahat.
Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)

c.       Eliminasi
Gejala        : urine dalam jumlah banyak
                    Perubahan dalam feses; diare

d.      Integritas ego
Gejala        : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda        : Emosi labil ( euphoria sedang sampai delirium). Depresi.


e.       Makanan/cairan
Gejala        : kehilangan berat badan yang mendadak
Nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering,  kehausan. Mual dan muntah
Tanda        : pembesaran tiroid, goiter.
                      Edema non-pitting terutama daerah pretibial.

f.        Neurosensori
Tanda        : biasanya cepat dan parau
Gangguan status mental dan perilaku seperti bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang.
Tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak
Hiperaktif reflex tendon dalam (RTD)

g.      Nyeri/keamanan
Gejala        : nyeri orbital, fotofobia.

h.      Pernapasan
Tanda        : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea.
                    Dyspnea
                    Edema paru (pada kristis tirotoksikosis)

i.        Keamanan
Gejala        : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan.
                    Alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan).  
Tanda        : suhu meningkat diatas 37,4o C, diaphoresis.
Kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus.
Eksoftalmus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair. Pruritus, lesi eriteme ( sering terjadi pada pretibial ) yang menjadi sangat parah.

j.        Seksualitas
Gejala        : Penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.


1.      DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
ü  Klien mengatakan belakangan ini suka gelisah.
ü  Klien mengatakan sebulan ini sudah turun 4kg.
ü  Klien mengatakan amenore sudah 2 bulan.
ü  Klien mengatakan tidak bisa duduk diam.
ü  Klien mengatakan tidak tahan akan udara panas.
ü  Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan dengan gatal-gatalnya.
ü  Kemungkinan klien mengatakan pandangan yang aga kabur karena mata klien bengkak.
ü  Kemungkinan klien mengatakan perasaan lelah
ü  Kemungkinan klien mengatakan tidak suka dengan kebisingan.
ü  Kemungkinan klien mengatakan nyeri dada.
ü  Kemungkinan klien mengatakan sesak
ü  Kemungkinan klien mengatakan sakit kepala.
ü  Kemungkinan klien mengatakan nafsu makan meningkat
ü  Kemungkinan klien mengatakan makannya sering.
ü  TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit
ü  Klien terlihat kulit tampak flushing
ü  Klien terlihat pruritus
ü  Klien terlihat tremor pada jari tangan
ü  Klien terlihat exopthalmus (+)
ü  Hasil Lab : Peningkatan T4 serum.
ü  Kemungkinan klien terlihat kurang untuk berkonsentrasi
ü  Kemungkinan klien terlihat lelah
ü  Kemungkinan klien terlihat capillary reffil >3 detik
ü  Kemungkinan klien terlihat pitting edema
ü  Kemungkinan klien terlihat edema pada bagian ekstremitas
ü  Kemungkinan Pemeriksaa fisik terdapat bunyi irama gallop.
ü  Kemungkinan skala nyeri : 7
ü  Kemungkinan klien trlihat menghabiskan porsi makan.
ü   



2.      ANALISA DATA

DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
DS
ü  Klien mengatakan tidak tahan akan udara panas.
ü  Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan dengan gatal-gatalnya.
ü  Kemungkinan klien mengatakan pandangan yang aga kabur karena mata klien bengkak.

DO
ü  TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit
ü  Klien terlihat kulit tampak flushing
ü  Klien terlihat pruritus
ü  Klien terlihat tremor pada jari tangan
ü  Klien terlihat exopthalmus (+)
ü  Hasil Lab : Peningkatan T4 serum.

Kerusakan integritas jaringan
Perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus
DS
ü  Klien mengatakan belakangan ini suka gelisah.
ü  Klien mengatakan tidak bisa duduk diam.
ü  Klien mengatakan tidak tahan akan udara panas
ü  Kemungkinan klien mengatakan perasaan lelah
ü  Kemungkinan klien mengatakan tidak suka dengan kebisingan.

DO
ü  TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit
ü  Kemungkinan klien terlihat kurang untuk berkonsentrasi
ü  Kemungkinan klien terlihat lelah

Kelelahan
Hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy.
DS
ü  Klien mengatakan belakangan ini suka gelisah
ü  Kemungkinan klien mengatakan perasaan lelah.
ü  Kemungkinan klien mengatakan sesak.
ü  Kemungkinan klien mengatakan sakit kepala
ü  Kemungkinan klien mengatakan nyeri dada.

DO
ü  Kemungkinan klien terlihat lelah
ü  Kemungkinan klien terlihat capillary reffil >3 detik
ü  Kemungkinan klien terlihat pitting edema
ü  Kemungkinan klien terlihat edema pada bagian ekstremitas
ü  Kemungkinan Pemeriksaa fisik terdapat bunyi irama gallop.
ü  Kemungkinan skala nyeri : 7
ü  TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit

Resiko tinggi terhadap penurunan cardiac output
Hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme,peningkatan beban kerja jantung
DS
ü  Klien mengatakan sebulan ini sudah turun 4kg.
ü  Kemungkinan klien mengatakan nafsu makan meningkat
ü  Kemungkinan klien mengatakan makannya sering.

DO
ü  TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit
ü  Kemungkinan klien terlihat lelah
ü  Kemungkinan klien trlihat menghabiskan porsi makan.

Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan)



3.    DIAGNOSA KEPERAWATAN


DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL DITEMUKAN

TANGGAL TERATASI

1.      Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus

2.      Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy


3.      Resiko tinggi terhadap penurunan cardiac output berhubungan dengan
Hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme,peningkatan beban kerja jantung.

4.      Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan )
Senin,
11 Maret 2013




Senin,
11 Maret 2013



Senin,
11 Maret 2013




Senin,
11 Maret 2013
Rabu,
13 Maret 2013




Rabu,
13 Maret 2013



Rabu,
13 Maret 2013




Rabu,
13 Maret 2013





4.    INTERVENSI
NO DX
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :
1.       Mempertahankan kelembapan membrane mukosa mata dan terbebas/mencegah dari ulkus
2.       Exopthalmus (-)
Mandiri :
1.      Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur / pandangan ganda.
Rasional : untuk memperbaiki kemandirian terapi
2.      Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.
Rasional : melindungi kerusakan kornea
3.      Tinggikan kepala tempat tidur dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi.
Rasional : menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat exopthalmus.
4.      Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
Rasional : memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata.
Kolaborasi :
1.      Berikan obat sesuai indikasi.
·         Obat tetes mata metilselulosa ( sebagai lubrikasi mata )
·         ACTH, prednisone ( untuk menurunkan radang yang berkembang dengan cepat )
·         Obat anti tiroid ( menurunkan tanda da gejala / mencegah keadaan semakin memburuk )
·         Diuretik( menurunksn edema pada keadaan ringan.
2.      Siapkan pembedahan untuk indikasi ( untuk melindungi kornea hingga edema teratasi / meningkatkan ruang dalam sinus aktivitas.

2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :
1.      Mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy
2.      Menjunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
Mandiri :
1.      Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat, takikardia mungkin akan ditemukan.
2.      Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat dan sianosis
Rasional : Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan antivitas.
3.      Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman, seperti sentuhan/masase, bedak yang sejuk.
Rasional : Dapat menurunkan energy dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
4.      Berikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.
Rasional : Memungkinkan untuk menggunakan energy dengan cara kinstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas.
5.      Sarankan pasien untuk mengurangi aktivtas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan.
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolism.
Kolaborasi  :
1.      Berikan obat sesuai indikasi :
Sedatif ; mis. Fenobarbital (luminal), transquilizer mis. Klordiazepoksida (librium)
Rasional : Untuk mengatasi keadaan gugup, hiperaktif, dan insomnia.
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  selama 3x24 jam diharapkan :
1.      Mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisial kapiler normal, status mental baik, tidak ada disritmia.
Madiri :
1.      Pantau tekanan darah pada posisi tirah baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan reflex kompensasi dan peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan system pembuluh darah.
2.      Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardia.
3.      Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik. Adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan adanya gagal jantung.
4.      Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya disritmia.
Rasional : Takikardia mungkin merupakan cerminan lansung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid. Disritmia seringkali terjadi dan dapat membahayakan fungsi jantung atau curah jantung.
5.      Auskultasi suara napas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal.
Rasional : Tanda awal adanya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
6.      Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membrane kering, nadi lemah, pengisian kapiler lambat, penurunan produksi urin dan hipotensi.
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
Kolaborasi :
1.      Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Pemberian cairan IV dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan perhatian terhadapa tanda gagal jantung/kebutuhan terhadap pemberian zat inotropik.
2.      Berikan obat sesuai indikasi :
-          Penyekat beta seperti, propanolol (Inderal), Nadolol (Corgard).
Rasional  : Untuk mengendalikan pengaruh tirotoksis terhadap takikardia, tremor dan gugup. Menurunkan frekuensi/kerja jantung oleh daerah reseptor penyekat beta adrenergic dan konversi dari T4 ke T3.
-          Hormon tiroid antagonis, seperti propiltiourasil (PTU), metimazol (Tapazole).
Rasional : Memblok sistesis hormon tiroid dan menghalangi perubahan T4 ke T3. Mungkin pengobatan definitive atau digunakan untuk persiapan pasien operasi, tetapi efeknya lambat dan karenanya tidak mampu menghilangkan krisis tiroid.
-          Natrium iodide
Rasional : Mencegah pengeluaran hormon tiroid kedalam sirkulasi dengan meningkatkan jumlah penyimpanan tiroid dalam kelenjar tiroid.
4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :
1.      Menunjukkan berat badan yang stabil
2.      Menunjukkan nilai laboratorium yang normal
3.      Terbebas dari tanda-tanda malnutrisi
Mandiri :
1.      Auskultasi bising usus.
Rasional : Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
2.      Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelemahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah.
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polidipsia, poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
3.      Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari, laporkan adanya penurunan.
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
4.      Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
Rasional : Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kaloti tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
5.      Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus (mis. Kopi, teh, dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare.
Rasional : Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.
Kolaborasi :
1.      Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin.
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat, dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai.
2.      Berikan obat sesuai indikasi :
-          Glukosa, vitamin B kompleks.
Rasional : Untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mengobati hipoglikemia.
-          Insulin (dengan dosis yang kecil).
Rasional : Untuk mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan.




5.    IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
No.DX
Implementasi dan Hasil
Paraf
Senin,
11 Maret 2013

1
1.       Mengevaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur / pandangan ganda.
Hasil : klien mengatakan pandangan tidak jelas.
2.       Menganjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.
Hasil : klien mengatakan lebih tenang.
3.       Meninggikan kepala tempat tidur dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
Hasil : klien mengatakan lebih rileks
4.       Menginstruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
Hasil : klien mengatakan bisa melakukanya sedikit demi sedikit.
5.       Memberikan obat sesuai indikasi
Hasil : keadaan klien membaik.


Senin,
11 Maret 2013

2
1.      Memantau tanda vital dan mencatat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
Hasil : Nadi klien meningkat pada saat melakukan aktivitas.
2.      Mencatat perkembangan adanya takipnea, dispnea, pucat dan sianosis.
Hasil : Terdapat flushing pada kulit klien.
3.      Memberikan tindakan yang membuat pasien nyaman, seperti sentuhan/masase, bedak yang sejuk.
Hasil : klien mengatakan sudah merasa nyaman dan tenang.
4.      Memberikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.
Hasil : klien mengatakan dirinya merasa tenang.
5.      Memberikan obat sesuai indikasi.
Hasil : keadaan klien membaik.

Senin,
11 Maret 2013

3
1.         Memantau tekanan darah pada posisi tirah baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan. Memantau besarnya tekanan nadi.
Hasil : TD : 120/90 mmHg ; Nadi : 87x/menit
2.         Mengkaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
Hasil : Denyut nadi pasien normal.
3.         Mengauskultasi suara jantung.
Hasil : Tidak ada bunyi jantung tambahan.
4.         Memantau EKG, mencatat kecepatan atau irama jantung dan adanya disritmia.
Hasil : Tidak terdeteksi adanya disaritmia.
5.         Menguskultasi suara napas.
Hasil : suara napas klien normal.
6.         Mengobservasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membrane kering, nadi lemah, pengisian kapiler lambat, penurunan produksi urin dan hipotensi.
Hasil : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda haus. Produksi urin pasien normal.
7.         Memberikan cairan IV sesuai indikasi.
Hasil : Kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
8.         Memberikan obat sesuai indikasi.
Hasil : keadaan klien membaik.


Senin,
11 Maret 2013
4
1.      Mengauskultasi bising usus.
Hasil :Bising usus pasien terbilang normal.
2.      Mencatat dan melaporkan adanya anoreksia, kelemahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah.
Hasil : Pasien mengatakan mualnya berkurang.
3.      Memantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari, laporkan adanya penurunan.
Hasil : pasien menghabiskan porsi makanannya.
4.      Menganjurkan pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
Hasil : pasien makan makanan yang kaya kalori.
5.      Menghindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus (mis. Kopi, teh, dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare.
Hasil : pasien tidak mengkonsumsi makanan yang dilarang perawat.
6.      Mengkonsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin.
Hasil : ahli gizi memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin untuk klien.
7.      Berikan obat sesuai indikasi.
Hasil : keadaan klien membaik.







6.      EVALUASI
Hari / Tanggal
No. DX
Evaluasi
Paraf
13 Maret 2013
1
S : klien mengatakan gatalnya sudah hilang.
O : flushing ( - )
      Pruritus (- )
      Exopthalmus ( - )
A : masalah kerusakan jaringansudah teratasi
P : intervensi dihentikan

13 Maret 2013
2
S : klien mengatakan sudah tidak lemah lagi.
O : klien sudah bisa melakukan aktivitasnya sendiri.
A : masalah kelelahan sudah teratasi
P : intervensi dihentikan

13 Maret 2013
3
S : klien mengatakan tidak gelisah lagi.
O  : -TD : 120/80 mmHg
 -Nadi : 80 x/menit.
 -RR : 20x/menit.
A  : masalah cardiac output sudah teratasi
P  : intervensi dihentikan

13 Maret 2013
4
S : klien mengatakan sudah tidak mual lagi.
O : klien menghabiskan porsi makannya.
A : masalah nutrisi sudah teratasi
P : intervensi dihentikan








BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

            Kelainan tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang ditemukan selama kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan, menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dari kebutuhan tubuh.
            Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah. Gangguana ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hippofisis atau hipotalamus










DAFTAR PUSTAKA

·         Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED :  3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
·         Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, 
(Edisi 8), EGC, Jakarta
·         Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta
·         Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
·         Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
·         Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan  Keperawatan.(Edisi III).EGC.Jakarta.
·         Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
·         Anonim. 2008. Hipertiroidismehttp://www.medica store.com
·         Anonim. 2008. Mengenal Tiroidhttp://www.demomedical.com

1 komentar: