RIZKA NURDIANI SINTAN
1110711011
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HIPERTIROID”
tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan
penugasan dari mata kuliah blok
Endokrin. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan sarannya dalam pembuatan
makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam
pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah
ini.
Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih
tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan
kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Jakarta, Oktober
2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Kelainan
tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang ditemukan selama
kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan,
menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah
kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang
berlebihan dari kebutuhan tubuh.
Wanita hamil dengan eutiroid memunculkan beberapa tanda tidak spesifik yang
mirip dengan disfungsi tiroid sehingga diagnosis klinis sulit ditegakkan.
Sebagai contoh, wanita hamil dengan eutiroid dapat menunjukkan keadaan
hiperdinamik seperti peningkatan curah jantung, takikardi ringan, dan tekanan
nadi yang melebar, suatu tanda-tanda yang dapat dihubungkan dengan keadaan
hipertiroid.
Disfungsi tiroid autoimun umumnya menyebabkan hipertiroidisme dan
hipotiroidisme pada wanita hamil. Kelainan endokrin ini sering terjadi pada
wanita muda dan dapat mempersulit kehamilan, demikian pula sebaliknya. Penyakit
Graves terjadi sekitar lebih dari 85 % dari semua kasus hipertiroid, dimana
Tiroiditis Hashimoto adalah yang paling sering untuk kasus hipotiroidisme.
Tiroiditis postpartum adalah penyakit tiroid autoimun yang terjadi selama tahun
pertama setelah melahirkan. Penyakit ini memberikan gejala tirotoksikosis
transien yang diikuti dengan hipotiroidisme yang biasanya terjadi pada 8-10%
wanita setelah bersalin.
2.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan
umum :
Tujuan
dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam
mempelajari tentang anatomi dan
fisiologi kelenjar tiroid dan hipertiroidisme
Tujuan
khusus :
1. Mahasiswa mengetahui pengertian
dari hipertiroidisme
2. Mahasiswa mengetahui penyebab dari
hipertiroidisme
3. Mahasiswa mengetahui tanda dan
gejala dari hipertiroidisme
4. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari hipertiroidisme
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipertiroidisme
6. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dari hipertiroidisme
7. Mahasiswa dapat memahami
asuhan keperawatan pasien dengan hipertiroidisme
3.
RUMUSAN
MASALAH
1) Apa
pengertian hipertiroidisme?
2) Apa
saja penyebab hipertiroidisme?
3) Apa
saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien hipertiroidisme?
4) Apa saja komplikasi dari hipertiroidisme?
5) Apa saja penatalaksanaan medis dari hipertiroidisme?
6) Apa saja pemeriksaan penunjang dari hipertiroidisme?
7) Bagaimana
proses perjalanan penyakit hipertiroidisme?
8) Dan
bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien hipertiroidisme?
4.
METODE PENULISAN
Dalam
penyusunan makalah ini penulis menggunakan metedologi penulisan berdasarkan:
a.
Mengumpulkan dari
litelatur buku
dan internet
b.
Berdiskusi dengan teman
kelompok dan teman beda kelompok
5.
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
2.
Tujuan Penulisan
3.
Rumusan Masalah
4.
Metode Penulisan
5.
Sistematika Penulisan
BAB II KONSEP DASAR TEORI
I.
Anatoni dan Fisiologi kelenjar Tiroid
II.
Hipertiroidisme
III.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Hipertiroidisme
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
ANATOMI DAN
FISIOLOGI KELENJAR TIROID
DAN
HIPERTIROIDISME
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
A.
Anatomi
Kelenjar tiroid
terdiri dari lobus kanan dan kiri dimana kedua lobus tersebut dihubungkan oleh
istmus. Kelenjar ini terdapat pada bagian inferior trakea dan beratnya
diperkirakan 15-20 gram. Lobus kanan bisasanya lebih besar dan lebih vascular
dibandingkan lobus kiri. Kelenjar ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran
darah 4-6 ml/menit/gram. Pada keadaaan hipertiroid, aliran darah dapat
meningkat sampai 1 liter/menit/gram sehingga dapat didengar menggunakan
stetoskop yang disebut bruit.Kelenjar tiroid mendapatkan persarafan adrenergik
dan kolinergik yang berasal dari ganglia servikal dan saraf vagus. Kedua system
saraf ini mempengaruhi aliran darah pada kelenjar tiroid yang akan mempengaruhi
fungsi kelenjar tiroid seperti TSH dan iodid.
Selain itu, serabut
saraf adrenergik mencapai daerah folikel sehingga persarafan adrenergik diduga
mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid secara langsung. Folikel atau acini yang
berisi koloid merupakan unit fungsional kelenjar tiroid. Dinding folikel
dilapisi oleh sel kuboid yang merupakan sel tiroid dengan ukuran bervariasi
tergantung dari tingkat stimulasi pada kelenjar. Sel akan berbentuk kolumner
bila dalam keadaaan aktif, dan berbentuk kuboid bila dalam keadaan tidak aktif.
Setiap 20-40 folikel dibatasi oleh jaringan ikat yang disebut septa yang akan
membentuk lobulus. Di sekitar folikel terdapat sel parafolikuler atau sel C
yang menghasilkan hormon kalsitonin. Di dalam lumen folikel, terdapat koloid
dimana tiroglobulin yang merupakan suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel
tiroid yang akan disimpan.
Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam tubuh dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu triiodothyronin (T3) dan tetraiodohyronin (T4) atau tirosin. Iodin (I2) memilki berat atom sebesar 127 dan berat molekulnya 254. T4 memilki berat molekul sebesar 777 Dalton yang 508 didalamya merupakan iodida. Hormon tiroid sangat penting dalam perkembangan saraf normal, pertumbuhan tulang, dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C berada di dekat sel folikuler yang menghasilkan suatu hormon polipeptida, kalsitonin.
Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam tubuh dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu triiodothyronin (T3) dan tetraiodohyronin (T4) atau tirosin. Iodin (I2) memilki berat atom sebesar 127 dan berat molekulnya 254. T4 memilki berat molekul sebesar 777 Dalton yang 508 didalamya merupakan iodida. Hormon tiroid sangat penting dalam perkembangan saraf normal, pertumbuhan tulang, dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C berada di dekat sel folikuler yang menghasilkan suatu hormon polipeptida, kalsitonin.
2.
Fisiologi
Hormon tiroid adalah
hormon amina yang disintesis dan dilepaaskan dari kelenjar tiroid. Hormon ini
dibentuk ketika satu atau dua molekul iodin disatukan dengan glikoprotein besar
yang disebut tiroglobulin, yang disintesis di kelenjar tiroid dan mengandung
asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodin ini disebut iodotirosin. Dua
iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis TH yang bersirkulasi,
disebut T3 dan T4. T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodin yang
dikandungnya (3 untuk T3 dan 4 untuk T4). Sebagian besar (90%) HT yang
dilepaskan dalam aliran darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih
poten. Melalui hati dan ginjal, kebanyakan T4 diubah menjadi T3. T3 dan T4
dibawa kesel targetnya dalam darah yang berikatan dengan protein plasma, namun
masuk kesel sebagai hormon bebas. T3 dan T4 secara kolektif disebut sebagai TH.
Sel target untuk TH
adalah hampir semua sel tubuh. Efek primer TH adalah menstimulasi laju
metabolisme semua sel target dengan meningkatkan metabolisme protein, lemak dan
kerbohidrat. TH juga tampak menstimulasi kecepatan pompa natrium-kalium disel
targetnya. Kedua fungsi bertujuan meningkatkan penggunaan energi oleh sel
sehingga meningkatkan laju metabolisme basal (BMR), membakar kalori, meningkatkan
panas oleh setiap sel.
Hormon tiroid juga
meningkatkan sensitivitas sel target terhadap katekolamin sehingga meningkatkan
frekuensi jantung dan meningkatkan keresponsifan emosi. TH meningkatkan
kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontaraksi otot
rangka sehingga sering menyebabkan tremor halus. TH sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi
hormon pertumbuhan.
Ada 4 macam kontrol
faal kelenjar tiroid :
·
TRH (Thyrotrophin relasing
hormon) : Hormon ini disintesa dan dibuat di hipotalamus. TRH ini dikeluarkan
lewat sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis.
·
TSH (Thyroid Stimulating
Hormone): Suatu glikoprotein yang terbentuk oleh sub unit (alfa dan beta). Sub
unit alfa sama seperti hormon glikoprotein (TSH, LH, FSH, dan human chronic
gonadotropin/hCG) dan penting untuk kerja hormon secara aktif. Tetapi sub unit
beta adalah khusus untuk setiap hormon. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan
mengikat reseptor dipermukaan sel tiroid TSH-receptor (TSH-r) dan terjadilah
efek hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan yodinasi, coupling,
proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon meningkat.
·
Umpan balik sekresi hormon.
Kedua ini merupakan efek umpan balik ditingkat hipofisis. Khususnya hormon
bebaslah yang berperan dan bukannya hormon yang terikat. T3 disamping berefek
pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi
kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
·
Pengaturan di tingkat
kelenjar tiroid sendiri. Gangguan yodinasi tirosin dengan pemberian yodium
banyak disebut fenomena Wolf-Chaikoff escape, yang terjadi karena mengurangnya
afinitas trap yodium sehingga kadar intratiroid akan mengurang. Escape ini
terganggu pada penyakit tiroid autoimun.
Efek metabolik hormon tiroid adalah:
Efek metabolik hormon tiroid adalah:
1) Kalorigenik.
2) Termoregulasi.
3) Metabolisme
protein: Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik.
4) Metabolisme
karbohidrat: Bersifat diabetogenik, karena resorpsi intestinal meningkat,
cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis pada dosis
farmakologis tinggi, dan degradasi insulin meningkat.
5) Metabolisme
lipid: T4 mempercepat sintesis kolesterol,tetapi proses degradasi kolesterol
dan eksresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada
hiperfungsi tiroid, kadar kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipotiroidisme
kolesterol total, kolesterol ester dan fosfolipid meningkat.
6) Vitamin A: Konversi provitamin A menjadi
vitamin A di hati memerlukan hormon tiroid.
7) Hormon
ini penting untuk pertumbuhan saraf otak dan perifer, khususnya 3 tahun pertama
kehidupan.
8) Lain-lain
: Pengaruh hormon tiroid yang meninggi menyebabkan tonus traktus gastrointestinal
meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare.
9) Efek
pada perkembangan janin: Sistem TSH dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada
janin manusia di dalam 11 minggu.Sebagian T3 dan T4 maternal diinaktivasi pada
plasenta. Dan sangat sedikit hormon bebas mencapai sirkulasi janin. Dengan
demikian, janin sebagian besar tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri.
10) Efek
pada konsumsi oksigen dan produksi panas, T3 meningkatkan konsumsi O2 dan
produksi panas sebagian melalui stimulasi Na+ K+ ATPase dalam semua jaringan
kecuali otak, lien dan testis. Hal ini berperan pada peningkatan percepatan
metabolisme basal dan peningkatan kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme
11) Efek
Skeletal: Hormon tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang, meningkatkan
resorbsi tulang dan hingga tingkat yang lebih kecil pembentukan tulang.
II.
VERTIGO
A.
Pengertian
Hipertiroidisme
(Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon
tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi
yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat
didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik
terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337)
Hipertiroidisme
(Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme
adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat
disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin:
296).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar
tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari
hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah. Gangguana ini dapat terjadi
akibat disfungsi kelenjar tiroid, hippofisis atau hipotalamus. Hipertiroid pada
kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai
dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan
kelenjar tiroid. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam kehamilan
umunya disebabkan oleh adenoma tunggal, Pengaruh kehamilan terhadap penyakit
Kehamilan dapat membuat strua tambah besar dan keluhan penderita tambah berat.
Sejak mulai kehamilan terjadi perubahan-perubahan pada fungsi kelenjar tiroid
ibu, sedang pada janin kelenjar tiroid baru mulai berfungsi pada umur kehamilan
gestasi ke 12-16. TSH agaknya tidak dapat melalui barier plasenta. Dengan
demikian baik TSH ibu maupun TSH janin tidak saling mempengaruhi. Baik T4
maupun T3 dapat melewati plasenta dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga
dapat dianggap tidak saling mempengaruhi. Telah kita ketahui bahwa terdapat
kehamilan dimana kelenjar tiroid mengalami hiperfungsi yang ditandai dengan
naiknya metabolisme basal sampai 15-25% dan kadang kala disertai pembesaran
ringan. Keadaan ini adalah dalam batas-batas normal.
B.
Etiologi
Hipertiroidisme dapat
terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH
yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama
a.
Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. ’’Solitary toxic adenoma’’
2. Penyebab Lain
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodarone
C.
Patofisiologi
Penyebab
hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga
kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini
lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan
5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada
hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin
yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan
reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan
tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang
hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada
hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa
dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami
kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang
halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola
mata terdesak keluar.
D. Manifestasi Klinik
1. Peningkatan
frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan
tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin.
3. Peningkatan
laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap
panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan
berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik
5. Peningkatan
frekuensi buang air besar
6. Gondok
(biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak
taahan panas
9. Cepat
lelah
10. Pembesaran
kelenjar tiroid
11. Mata
melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan xat dalam orbit
mata.
E. Pemeriksaan
Diagnostik
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon
berikut ini:
a.
Pemeriksaan
darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan
diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid.
b.
TSH
(Tiroid Stimulating Hormone)
c.
Bebas
T4 (tiroksin)
d.
Bebas
T3 (triiodotironin)
e.
Diagnosa
juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar
tiroid
f.
Hipertiroidisme
dapat disertai penurunan kadar lemak serum
g.
Penurunan
kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
F. Komplikasi
Komplikasi
hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah
yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia
(sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian Penyakit jantung
Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi.
G.
Penatalaksaan Medis
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi
produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat
antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi
subtotal).
Obat antitiroid. Digunakan dengan indikasi:
·
Terapi untuk
memperpaqjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda
dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikusis
·
Obat untuk mengontrol
tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien
yg mendapt yodium radioaktif
·
Persiapan
tiroidektomi
·
Pengobatan pasien hamil
dan orang lanjut usia
·
Pasien dengan krises
tiroid
Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil
dengan dosis serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi.
Hipertiroidisme kerap kali sembuh spontan pada kehamilan tua sehingga
propiltiourasil dihentikan. Obat-obat tambahan sebaiknya tidak diberikan karena
T4, yang dapat melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak dal mencegah
hipotiroidisme pada bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan
propiltiourasil karena hanya sedik:it sekali yang keluar dari air susu ibu.
Dosis ya; dipakai 100-150 mg tiap 8 jam: Setelah pasien eutiroid, secara Minis
dan laboratorim dosis diturunkan dan dipertahankan menjadi 2 x 50 mg/hari.
Kadar T4 dipertahank pada batas atas normal dengan dosis propiltiaurasil
H.
Legal Etik dan Isu Keperawatan Yang Berkembang Saat Ini
1)
Isu Aspek Legal
Telenursing akan
berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama
seperti telehealthsecara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa
negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang
(perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap
resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus
bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu
legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing
masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan
asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum kesehatan
(terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi
dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan
keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan
model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki
komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan
pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang
kesehatan dalam merawat pasien adalah :
1)
Jaminan kerahasiaan dan
jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga
2)
Pasien yang mendapatkan
intervensi melalui telehealth harus
3)
diinformasikan
potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui
internet atau telepon) dan keuntungannya
4)
Diseminasi data pasien
seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
5)
Individu yang
menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
Trend Keperawatan
Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan
trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang
meliputi:
a)
Telenursing (Pelayanan
Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut
Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam
bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini
yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan,
mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit
kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia
(Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan
mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin
hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit
tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di
Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena
kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta
sarana prasarana yang masih belum memadai.
Telenursing
(pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien.
Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik)
dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula
di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik
dan optik, antar manusia dan atau computer
Telenursing
(pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan
kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien,
atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa
bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti
telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
Telenursing
diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi
satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua
negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari
telemedicine atau telehealth).
Legal adalah sesuat yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Etik
Kesepakatan tentang
praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar perilaku individu dan atau
kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah, mana
yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan kebajikan dan apa yang
merupakan kejahatan, apa yang dikendaki dan apa yang ditolak
Etika Keperawatan
Kesepakatan/peraturan
tentang penerapan nilai moral dan keputusan- keputusan yang ditetapkan untuk
profesi keperawatan
Prinsip Etik
1)
Respect (Hak untuk
dihormati)
2)
Autonomy (hak pasien
memilih): Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya
3)
Beneficence (Bertindak
untuk keuntungan orang lain/pasien). Kewajiban untuk melakukan hal tidak
membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan
dan kesejahteraan pasiennya
4)
Non-Maleficence
(utamakan-tidak mencederai orang lain) kewajiban perawat untuk tidak dengan
sengaja menimbulkan kerugian atau cidera
Prinsip : Jangan membunuh,
menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan pada
orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang lain.
5)
Confidentiality (hak
kerahasiaan) menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang dipercayakan pasien kepada perawat.
6)
Justice (keadilan) :
kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri berarti
tidak memihak atau tidak berat sebelah.
7)
Fidelity
(loyalty/ketaatan) : Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan
bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang telah diambil.
Era modern , pelayanan
kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada satu profesi).
8)
Veracity (Truthfullness
& honesty) : Kewajiban untuk mengatakan kebenaran, Terkait erat dengan
prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consen
Prinsip veracity
mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran.
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROIDISME
Ny. Quin ( 38 th )
dirawat dengan keluhan belakangan ini suka gelisah, BB selama sebulan ini sudah
turun 4 kg ; amnore sudah 2 bulan, tes pack negative, tidak bisa duduk diam,
tidak tahan akan udara panas. Hasil pemeriksaan fisik, kulit terlihat flushing
da nada pruritus, tremor pada jari tangan, exopthalmus (+). TD : 150/90 mmHg,
HR : 100x/menit. Hasil Lab peningkatan T4 serum
PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama klien :
Ny. Q
Umur :
38 Tahun
Diagnosa Medik :
Hipertiroid
Tanggal Masuk :
19/12/2013
Alamat : Jl.
Tipar Halim rt.005/06 no 60j mekarsari-cimanggis depok
Suku :
Jawa
Agama :
Islam
Pekerjaan :
-
Status perkawinan :
menikah
Status pendidikan :
-
2) Riwayat penyakit :
Keluhan
Utama :
Keluhan belakangan ini suka gelisah, BB selama
sebulan ini sudah turun 4 kg ; amnore sudah 2 bulan, tes pack negative, tidak
bisa duduk diam, tidak tahan akan udara panas.
Riwayat
Penyakit Sekarang :
Hasil pemeriksaan fisik, kulit terlihat flushing da nada
pruritus, tremor pada jari tangan, exopthalmus (+). TD : 150/90 mmHg, HR :
100x/menit. Hasil Lab peningkatan T4 serum
Riwayat
Penyakit Terdahulu :
Tidak ada
Riwayat
Kesehatan Keluarga :
Keluarga tidak mempunyai penyakit hiperthiroid
3) Pemeriksaan fisik
a.
Aktifitas/
istirahat
Gejala : Insomnia, sensitifitas meningkat.
Otot
lemah, gangguam koordinsi.
Kelelahan
berat.
Tanda : Atrofi otot
b.
Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
Nyeri dada
(angina)
Tanda : distrimia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur.
Peningkatan tekanan darah
dengan tekanan nada yang berat. Takikardi
saat istirahat.
Sirkulasi kolaps, syok
(krisis tirotoksikosis)
c.
Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak
Perubahan
dalam feses; diare
d.
Integritas
ego
Gejala : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik.
Tanda : Emosi labil ( euphoria sedang sampai delirium). Depresi.
e.
Makanan/cairan
Gejala : kehilangan berat badan yang mendadak
Nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan. Mual
dan muntah
Tanda :
pembesaran tiroid, goiter.
Edema non-pitting terutama daerah pretibial.
f.
Neurosensori
Tanda : biasanya cepat dan parau
Gangguan status mental dan
perilaku seperti bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang.
Tremor halus pada tangan,
tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak
Hiperaktif reflex tendon
dalam (RTD)
g.
Nyeri/keamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.
h.
Pernapasan
Tanda : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea.
Dyspnea
Edema paru
(pada kristis tirotoksikosis)
i.
Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan.
Alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan).
Tanda : suhu meningkat diatas 37,4o C, diaphoresis.
Kulit halus, hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus.
Eksoftalmus : retraksi,
iritasi pada konjungtiva dan berair. Pruritus, lesi eriteme ( sering terjadi
pada pretibial ) yang menjadi sangat parah.
j.
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, hipomenorea, amenorea
dan impoten.
1.
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
ü Klien
mengatakan belakangan ini suka gelisah.
ü Klien
mengatakan sebulan ini sudah turun 4kg.
ü Klien
mengatakan amenore sudah 2 bulan.
ü Klien
mengatakan tidak bisa duduk diam.
ü Klien
mengatakan tidak tahan akan udara panas.
ü Kemungkinan
klien mengatakan tidak tahan dengan gatal-gatalnya.
ü Kemungkinan
klien mengatakan pandangan yang aga kabur karena mata klien bengkak.
ü Kemungkinan
klien mengatakan perasaan lelah
ü Kemungkinan
klien mengatakan tidak suka dengan kebisingan.
ü Kemungkinan
klien mengatakan nyeri dada.
ü Kemungkinan
klien mengatakan sesak
ü Kemungkinan
klien mengatakan sakit kepala.
ü Kemungkinan
klien mengatakan nafsu makan meningkat
ü Kemungkinan
klien mengatakan makannya sering.
|
ü TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit
ü Klien terlihat kulit tampak flushing
ü Klien terlihat pruritus
ü Klien terlihat tremor pada jari tangan
ü Klien terlihat exopthalmus (+)
ü Hasil Lab : Peningkatan T4 serum.
ü Kemungkinan klien terlihat kurang untuk
berkonsentrasi
ü Kemungkinan klien terlihat lelah
ü Kemungkinan klien terlihat capillary
reffil >3 detik
ü Kemungkinan klien terlihat pitting edema
ü Kemungkinan klien terlihat edema pada
bagian ekstremitas
ü Kemungkinan Pemeriksaa fisik terdapat
bunyi irama gallop.
ü Kemungkinan skala nyeri : 7
ü Kemungkinan klien trlihat menghabiskan porsi
makan.
ü
|
2.
ANALISA
DATA
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS
ü Klien
mengatakan tidak tahan akan udara panas.
ü Kemungkinan
klien mengatakan tidak tahan dengan gatal-gatalnya.
ü Kemungkinan
klien mengatakan pandangan yang aga kabur karena mata klien bengkak.
DO
ü TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit
ü Klien terlihat kulit tampak flushing
ü Klien terlihat pruritus
ü Klien terlihat tremor pada jari tangan
ü Klien terlihat exopthalmus (+)
ü Hasil Lab : Peningkatan T4 serum.
|
Kerusakan integritas jaringan
|
Perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus
|
DS
ü Klien
mengatakan belakangan ini suka gelisah.
ü Klien
mengatakan tidak bisa duduk diam.
ü Klien
mengatakan tidak tahan akan udara panas
ü Kemungkinan
klien mengatakan perasaan lelah
ü Kemungkinan
klien mengatakan tidak suka dengan kebisingan.
DO
ü TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit
ü Kemungkinan klien terlihat kurang untuk
berkonsentrasi
ü Kemungkinan klien terlihat lelah
|
Kelelahan
|
Hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan energy.
|
DS
ü Klien
mengatakan belakangan ini suka gelisah
ü Kemungkinan
klien mengatakan perasaan lelah.
ü Kemungkinan
klien mengatakan sesak.
ü Kemungkinan
klien mengatakan sakit kepala
ü Kemungkinan
klien mengatakan nyeri dada.
DO
ü
Kemungkinan klien terlihat lelah
ü
Kemungkinan klien terlihat capillary reffil >3 detik
ü
Kemungkinan klien terlihat pitting edema
ü
Kemungkinan klien terlihat edema pada bagian ekstremitas
ü
Kemungkinan Pemeriksaa fisik terdapat bunyi irama gallop.
ü
Kemungkinan skala nyeri : 7
ü TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit
|
Resiko
tinggi terhadap penurunan cardiac output
|
Hipertiroid tidak terkontrol, keadaan
hipermetabolisme,peningkatan beban kerja jantung
|
DS
ü Klien
mengatakan sebulan ini sudah turun 4kg.
ü Kemungkinan
klien mengatakan nafsu makan meningkat
ü Kemungkinan
klien mengatakan makannya sering.
DO
ü TTV
TD : 150/90 mmHg
HR : 100 x/menit
ü Kemungkinan klien terlihat lelah
ü Kemungkinan klien trlihat menghabiskan
porsi makan.
|
Risiko tinggi
terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan
dengan
penurunan berat badan) |
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TANGGAL
DITEMUKAN
|
TANGGAL TERATASI
|
1.
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus
2.
Kelelahan berhubungan
dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy
3.
Resiko tinggi terhadap
penurunan cardiac output berhubungan dengan
Hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme,peningkatan beban kerja jantung.
4.
Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan Peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu
makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan ) |
Senin,
11
Maret 2013
Senin,
11
Maret 2013
Senin,
11
Maret 2013
Senin,
11
Maret 2013
|
Rabu,
13
Maret 2013
Rabu,
13
Maret 2013
Rabu,
13
Maret 2013
Rabu,
13
Maret 2013
|
4. INTERVENSI
NO DX
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :
1. Mempertahankan
kelembapan membrane mukosa mata dan terbebas/mencegah dari ulkus
2. Exopthalmus
(-)
|
Mandiri
:
1. Evaluasi
ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur / pandangan ganda.
Rasional : untuk
memperbaiki kemandirian terapi
2. Anjurkan
pasien menggunakan kaca mata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup
mata selama tidur sesuai kebutuhan.
Rasional : melindungi
kerusakan kornea
3. Tinggikan
kepala tempat tidur dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi.
Rasional : menurunkan edema
jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat
exopthalmus.
4. Instruksikan
agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
Rasional : memperbaiki
sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata.
Kolaborasi
:
1. Berikan
obat sesuai indikasi.
·
Obat tetes mata
metilselulosa ( sebagai lubrikasi mata )
·
ACTH, prednisone ( untuk
menurunkan radang yang berkembang dengan cepat )
·
Obat anti tiroid (
menurunkan tanda da gejala / mencegah keadaan semakin memburuk )
·
Diuretik( menurunksn edema
pada keadaan ringan.
2. Siapkan
pembedahan untuk indikasi ( untuk melindungi kornea hingga edema teratasi /
meningkatkan ruang dalam sinus aktivitas.
|
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :
1.
Mengungkapkan secara verbal
tentang peningkatan tingkat energy
2.
Menjunjukkan perbaikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
|
Mandiri
:
1.
Pantau tanda vital dan
catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas
meningkat dan bahkan saat istirahat, takikardia mungkin akan ditemukan.
2.
Catat berkembangnya
takipnea, dispnea, pucat dan sianosis
Rasional : Kebutuhan dan
konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang
merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan antivitas.
3.
Berikan tindakan yang
membuat pasien nyaman, seperti sentuhan/masase, bedak yang sejuk.
Rasional : Dapat menurunkan
energy dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
4.
Berikan aktivitas pengganti
yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan
menonton televisi.
Rasional : Memungkinkan
untuk menggunakan energy dengan cara kinstruktif dan mungkin juga akan
menurunkan ansietas.
5.
Sarankan pasien untuk
mengurangi aktivtas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur
sebanyak-banyaknya jika memungkinkan.
Rasional : Membantu melawan
pengaruh dari peningkatan metabolism.
Kolaborasi :
1. Berikan
obat sesuai indikasi :
Sedatif ; mis. Fenobarbital
(luminal), transquilizer mis. Klordiazepoksida (librium)
Rasional : Untuk mengatasi
keadaan gugup, hiperaktif, dan insomnia.
|
3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan :
1.
Mempertahankan curah
jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh ditandai dengan tanda
vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisial kapiler normal, status
mental baik, tidak ada disritmia.
|
Madiri
:
1. Pantau
tekanan darah pada posisi tirah baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan.
Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum
atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang
berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan
reflex kompensasi dan peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan system
pembuluh darah.
2. Kaji
nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
Rasional : Memberikan hasil
pengkajian yang lebih akurat untuk menentukan takikardia.
3. Auskultasi
suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop
dan murmur sistolik.
Rasional : S1 dan murmur
yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan
hipermetabolik. Adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan adanya gagal
jantung.
4. Pantau
EKG, catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya disritmia.
Rasional : Takikardia
mungkin merupakan cerminan lansung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid.
Disritmia seringkali terjadi dan dapat membahayakan fungsi jantung atau curah
jantung.
5. Auskultasi
suara napas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal.
Rasional : Tanda awal
adanya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
6. Observasi
tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membrane kering, nadi lemah,
pengisian kapiler lambat, penurunan produksi urin dan hipotensi.
Rasional : Dehidrasi yang
cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan
curah jantung.
Kolaborasi
:
1. Berikan
cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Pemberian cairan
IV dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus
diimbangi dengan perhatian terhadapa tanda gagal jantung/kebutuhan terhadap
pemberian zat inotropik.
2. Berikan
obat sesuai indikasi :
-
Penyekat beta seperti,
propanolol (Inderal), Nadolol (Corgard).
Rasional : Untuk mengendalikan pengaruh tirotoksis
terhadap takikardia, tremor dan gugup. Menurunkan frekuensi/kerja jantung
oleh daerah reseptor penyekat beta adrenergic dan konversi dari T4 ke T3.
-
Hormon tiroid antagonis, seperti
propiltiourasil (PTU), metimazol (Tapazole).
Rasional
: Memblok sistesis hormon tiroid dan menghalangi perubahan T4 ke T3. Mungkin
pengobatan definitive atau digunakan untuk persiapan pasien operasi, tetapi
efeknya lambat dan karenanya tidak mampu menghilangkan krisis tiroid.
-
Natrium iodide
Rasional
: Mencegah pengeluaran hormon tiroid kedalam sirkulasi dengan meningkatkan
jumlah penyimpanan tiroid dalam kelenjar tiroid.
|
4
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan :
1. Menunjukkan
berat badan yang stabil
2. Menunjukkan
nilai laboratorium yang normal
3. Terbebas
dari tanda-tanda malnutrisi
|
Mandiri :
1.
Auskultasi
bising usus.
Rasional
: Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
2.
Catat
dan laporkan adanya anoreksia, kelemahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya
mual dan muntah.
Rasional
: Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi
insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polidipsia,
poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
3.
Pantau
masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari, laporkan
adanya penurunan.
Rasional
: Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
4.
Dorong
pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil,
dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
Rasional
: Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kaloti
tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya
hipermetabolik.
5.
Hindari
pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus (mis. Kopi, teh,
dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare.
Rasional
: Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan
absorpsi nutrisi yang diperlukan.
Kolaborasi :
1.
Konsultasikan
dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat,
dan vitamin.
Rasional
: Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang
adekuat, dan mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai.
2.
Berikan
obat sesuai indikasi :
-
Glukosa,
vitamin B kompleks.
Rasional : Untuk memenuhi kalori yang diperlukan
dan mencegah atau mengobati hipoglikemia.
-
Insulin
(dengan dosis yang kecil).
Rasional : Untuk mengendalikan glukosa darah jika
kemungkinan ada peningkatan.
|
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/
Tanggal
|
No.DX
|
Implementasi
dan Hasil
|
Paraf
|
Senin,
11
Maret 2013
|
1
|
1.
Mengevaluasi ketajaman
mata, laporkan adanya pandangan yang kabur / pandangan ganda.
Hasil : klien mengatakan
pandangan tidak jelas.
2.
Menganjurkan pasien
menggunakan kaca mata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata
selama tidur sesuai kebutuhan.
Hasil : klien mengatakan
lebih tenang.
3.
Meninggikan kepala tempat
tidur dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
Hasil : klien mengatakan
lebih rileks
4.
Menginstruksikan agar
pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
Hasil : klien mengatakan
bisa melakukanya sedikit demi sedikit.
5.
Memberikan obat sesuai
indikasi
Hasil : keadaan klien membaik.
|
|
Senin,
11
Maret 2013
|
2
|
1.
Memantau
tanda vital dan mencatat
nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas.
Hasil
: Nadi klien meningkat pada saat melakukan aktivitas.
2.
Mencatat perkembangan adanya
takipnea, dispnea, pucat dan sianosis.
Hasil
: Terdapat flushing pada kulit klien.
3.
Memberikan
tindakan yang membuat pasien nyaman, seperti sentuhan/masase, bedak yang
sejuk.
Hasil
: klien mengatakan sudah merasa nyaman dan tenang.
4.
Memberikan
aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca,
mendengarkan radio dan menonton televisi.
Hasil
: klien mengatakan dirinya merasa tenang.
5.
Memberikan obat sesuai
indikasi.
Hasil
: keadaan klien membaik.
|
|
Senin,
11
Maret 2013
|
3
|
1.
Memantau
tekanan darah pada posisi tirah baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan.
Memantau besarnya tekanan nadi.
Hasil
: TD : 120/90 mmHg ; Nadi : 87x/menit
2.
Mengkaji
nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
Hasil
: Denyut nadi pasien normal.
3.
Mengauskultasi
suara jantung.
Hasil
: Tidak ada bunyi jantung tambahan.
4.
Memantau
EKG, mencatat kecepatan atau irama
jantung dan adanya disritmia.
Hasil
: Tidak terdeteksi adanya disaritmia.
5.
Menguskultasi
suara napas.
Hasil
: suara napas klien normal.
6.
Mengobservasi
tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membrane kering, nadi lemah,
pengisian kapiler lambat, penurunan produksi urin dan hipotensi.
Hasil
: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda haus. Produksi urin pasien normal.
7.
Memberikan
cairan IV sesuai indikasi.
Hasil
: Kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
8.
Memberikan
obat sesuai indikasi.
Hasil
: keadaan klien membaik.
|
|
Senin,
11
Maret 2013
|
4
|
1.
Mengauskultasi bising
usus.
Hasil :Bising usus pasien terbilang normal.
2.
Mencatat dan melaporkan adanya anoreksia, kelemahan umum/nyeri,
nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah.
Hasil : Pasien mengatakan mualnya berkurang.
3.
Memantau masukan
makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari, laporkan adanya
penurunan.
Hasil : pasien menghabiskan porsi makanannya.
4.
Menganjurkan pasien untuk makan
dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan
makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
Hasil : pasien makan makanan yang kaya kalori.
5.
Menghindari pemberian
makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus (mis. Kopi, teh, dan makanan
berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare.
Hasil : pasien tidak mengkonsumsi makanan yang
dilarang perawat.
6.
Mengkonsultasikan dengan
ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan
vitamin.
Hasil : ahli gizi memberikan diet tinggi kalori,
protein, karbohidrat, dan vitamin untuk klien.
7.
Berikan
obat sesuai indikasi.
Hasil : keadaan klien membaik.
|
6. EVALUASI
Hari / Tanggal
|
No. DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
13
Maret 2013
|
1
|
S : klien
mengatakan gatalnya sudah hilang.
O : flushing ( - )
Pruritus (- )
Exopthalmus ( - )
A : masalah
kerusakan jaringansudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
|
|
13
Maret 2013
|
2
|
S : klien mengatakan sudah tidak
lemah lagi.
O : klien sudah bisa melakukan aktivitasnya sendiri.
A : masalah
kelelahan sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
|
|
13
Maret 2013
|
3
|
S : klien mengatakan tidak
gelisah lagi.
O : -TD : 120/80 mmHg
-Nadi : 80 x/menit.
-RR : 20x/menit.
A : masalah cardiac
output sudah teratasi
P :
intervensi dihentikan
|
|
13
Maret 2013
|
4
|
S : klien mengatakan sudah tidak
mual lagi.
O : klien menghabiskan porsi makannya.
A : masalah nutrisi sudah teratasi
P : intervensi
dihentikan
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kelainan
tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang ditemukan selama
kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan,
menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah
kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang
berlebihan dari kebutuhan tubuh.
Hipertiroid
adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar
dalam darah. Gangguana ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid,
hippofisis atau hipotalamus
DAFTAR PUSTAKA
·
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
·
Bare
& Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
(Edisi 8), EGC, Jakarta
·
Carpenito,
1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta
·
Closkey,
Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
·
Corwin,.
J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
·
Doenges,
E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana
Asuhan Keperawatan.(Edisi III).EGC.Jakarta.
·
Santosa,
Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima
Medikal.
terima kasih mas sangat bermanfaat skeali , btw kalau boleh nambahkan referensi coba mas buka ini
BalasHapushttp://www.tanyadok.com/kesehatan/waspadai-hipertiroid-yang-semakin-menjamur