DIABETES INSIPIDUS
RIZKA NURDIANI SINTAN
1110711011
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
TINJAUAN TEORI
A.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM
ENDOKRIN
Kelenjar endokrin atau
kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam
darah yang beredar dalam jaringan dan menyekresi zat kimia yang disebut hormon.
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar
atau organ yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel.
Adapun fungsi kelenjar
endokrin adalah sebagai berikut :
1) Menghasilkan hormon yang
dialirkan kedalam darah yang yang diperlukan oleh jaringan tubuh tertentu.
2) Mengontrol aktivitas kelenjar
tubuh
3) Merangsang aktivitas kelenjar
tubuh
4) Merangsang pertumbuhan jaringan
5) Mengatur metabolisme,
oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus
6) Memengaruhi metabolisme lemak,
protein, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama
dibawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan
kelenjarnya melalui satu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang
beredar didalam jaringan kelenjar. Kata ‘’endokrin’’ berasal dari bahasa yunani
yang berarti ‘’ sekresi ke dalam’’, zat aktif utama dari sekresi interna
disebut hormon, dari kata yunani yang berarti merangsang. Beberapa organ
endokrin yang menghasilkan suatu hormon tunggal, sedangkan yang lain
menghasilkan dua atau beberapa jenis hormon, misalnya klenjar hipofisis
menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ
lain: karnaitulah kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai ‘’kelenjar pimpinan
tubuh’’.
1. Beberapa
organ endokrin:
2. Kelenjar
hipofisis, lobus anterior dan posterior
3. Kelenjar
tiroid dan paratiroid
4. Kelenjar
suprarenal ,korteks dan medula.
5. Kelenjar
timus dan barangkali juga badan pineal.
Pembentukan
sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada organ dan kelenjar lain,
seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam pankreas, gastrin didalam
lambung, ustrogen dan progresteron di dalam ovarium, dan testoteron di dalam
testis.
Pengetahuan
tentang fungsi kelenjar-kelenjar
didapati dengan mempelajari efek dari penyakit yang ada didalamnya dan hal ini
biasanya dapat diterangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu
sedikit hormon yang diperlukan.
a.
Hipotalamus
Hipotalamus terletak tepat dibawah talamus dean
dibatasi oleh sulkus hipotalamus. Hipotalamus berlokasi didasar diensepalon dan
sebagian dinding lateral ventrikel III. Hipotalamus meluas kebawah sebagai
kelenjar hipofiseyng teletak didalam sela tusika os sfenoid.
Fungsi utamanya , antara lain:
Ø Pusat integrasi susunan saraf
otonom
a) Regulasi temperatur
b) Keseimbangan cairan dan
elektrolit
c) Integrasi siklus bangun tidur
d) Mengontrol intake makanan
e) Respon tingkah laku terhadap
emosi
f) Pengaturan/ pengontrolan
endokrin
g) Respon seksual
b.
Kelenjar
Hipofisis
Kelenjar
hipofisis terletak didasar tengkorak, didalam fosa hipofisis tulang sfenoid.
Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior , dan bagian
diantara kedua lobus adalah pars intermedia. Untuk memudahkan mempelajari
fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus anterior dan posterior.
Lobus aterior kelenjar
hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali
produksi sekresi dari semua organ endokrin lain.
a. Hormon
pertumbuhan (hormon somatotropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh.
b. Hormon
tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan tiroksin.
c. Hormon
adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal ini.
d. Hormon
gonadotropik
e. Hormon
perangsang polikel, (follicle –stimulating hormon-FSH) merangsang perkembangan
folikel graaff didalam ovarium dan pembentukan spermatozoa didalam testis.
f. Luteinising hormon (LH) atau
interstitial-cell-stimulating-hormon (ICSH) mengendalikan sekresi estrogen dan
progresteron didalam ovarium dan testosteron didalam testis.
g. Hormon
ke tiga dari hormon gonagotropik ini adalah leteotropin atau rolaktin,
mengendalikan sekresi air susu dan mempertahankan adanya korpus luteum selama
hamil.
Lobus posterior
kelenjar hipofisis mengeluarkan sekret dua jenis hormon : hormon antidiuretik
(ADH) mengatur jumlah air yang melalui ginjal,sedangkan hormon oksitosik
merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan mengeluarkan asi
sewaktu menyusui.
c.
Kelenjar
Tiroid
Kelenjar
tiroid terdiri atas dua buah lobus Yang teletak disebelah kanan dan kiri
trakea, dan ikat bersanma oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus
tiroid dan melintasi trakea disebelah depannya.
Struktur
kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi epitelium
silinder, mendapat persediaan darah berlimpah, dan yang disatukan jaringan
ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida
tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium; zat aktif yang utama dari senyawa
yodium ini ialah hormon tiroxin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini
berjalan ke aliran darah baik langsung maupun melalui saluran limpe.
Fungsi. Sekresi
tiroid diatur sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipopisis yaitu hormon
tirotropik. Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan
metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan, bekerja sebagai
perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya
mengatur pengeluaran karbondioksida.
Hiposekresi
(hipotiroidisma). Bila kelenjar tiroid kuramh mengeluarkan sekret pada waktu
bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kreatinisme, berupa
hambatan pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi
mengakibatkan mixsudema; proses metabolik mundur dan dapat kecenderungan untuk
bertambah berat, gerakannya lamban,cara berpikir dan berbicara lamban, kulit
menjadi tebal dan kering, serta rambut rontok dan menjdi jarang. Suhunbadan
dibawah normal dan denyut nadi perlahan.
Hipersekresi.
Pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisma,
semua simtomnya kabilikan dari mixsudema. Kecepatan metabolisme naik dan suhu
tubuh dapat lebih tinggi dari normal. Pasien turun beratnya, gelisah dan mudah
marah, kecepatan denyut nadi naik, kardiac output bertambah dan simtom kardio
vaskuler mencangkup vibrilasi atrium dan kegagalan jantung.
Pada
keadaan yang dikenal sebagai penyakit Grave atau gondok eksoftalmus, tampak
mata menonjol ke luar. Efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon tiroid.
Adakalanya tidak hilang dengan pengobatan.
Kelenjar
tiroid menghasilkan hormon-hormon sbb :
1) Tri-iodo-tironin(T3) dan
Tiroksin (T4), berguna untuk merangsang metabolisme zat, katabolisme protein,
dan lemak. Juga meningkatkan produksi panas merangsang sekresi hormon
pertumbuhan, dan mempengaruhi perkembangan sel-sel saraf dan mental pada balita
dan janin. Kedua hormon ini biasa disebut dangan satu nama,yaitu hormon
tiroid.
2) Kalsitonin : menurunkan
kadar kalsium plasma, denagn meningkatkan jumlah penumpukan kalsium pada
tulang.
d.
Kelenjar
Paratiroid
Di
setiap sisi kelenjar tiroid terdapat 2 kelenjar kecil yaitu kelenjar
paratiroid, didalam leher. Sekresi paratiroid yaitu hormon paratiroid, mengatur
metabolisme zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur didalam darah dan
tulang.
Fungsi kelenjar paratiroid :
1) Memelihara konsentrasi ion
kalsium yang tetap dalam plasma
2) Mengontrol ekskresi kalsium
dan fosfat melalui ginjal
3) Mempercepat absorbsi kalsium
di intestin
4) Kalsium berkurang, hormon para
tiroid menstimulasi reabsorpsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah
5) Menstimulasi dan mentransport
kalsium dan fosfat melalui membran sel
Kelenjar ini menghasilkan
hormon yang sring disebut parathormon, yang berfungsi meningkatkan resorpsi
tulang, meningkatkan reorpsi kalsium, dan menurunkan kadar kalsium darah.
Hipoparatiroidisma,
yaitu kekurangan kalsium dalam isi darah atau hipoklasemia, mengakibatkan
keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang dan konvulsi, khususnya
pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal spasmus; simtom-simtom ini dapat
cepat diringankan dengan pemberiaan kalsium.
Hiperparatiroidisma
atau over-aktivitas kelenjar, biasanya ada sangkutpautnya dengan pembesaran
(tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium
dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukan kembali kedalam serum darah,
dengan akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa
bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis vibrosa sistik, karena terbentuk
kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan didalam ginjal dan dapat menyebabkan
batu ginjal dan kegaglan ginjal.
e.
Kelenjar
Timus
Kelenjar
timus terletak didalam thorak, kira-kira pada ketinggian bifurkasi trakea.
Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru lahir
sangat kecil dan beratnya kira-kira 10gr atau lebih sedikit. Ukurannya
bertambah, pada masa remaja beratnya dari 30 sampai 40gr, dan kemudian mengerut
lagi. Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan ada hubungannya dengan
produksi antibodi.
f.
Kelenjar
Adrenal
`kelenjar
adrenal atau kelenjar suprarenalis terletak diatas kutub sebelah atas setiap
ginjalnya. Krlrnjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning-
kuningan yang disebut korteks dan yang menghasilkan kortisol (hidrokortisol),
dengan rumus yang mendekati kortisol, dan atas bagian medula disebelah dalam
yang menghasilkan adrenalin (epifirin) dan noradrenalin (nerepifirin).
Zat-zat
tadi disekresikan dibawah pengendalian sistem persyarafansimpatis. Swkresinya
bertambah,dalam keadaan emosi,seperti marah dan takut, serta dalam keadaaan
asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikan tekanan darah
guna melewan syok yang disebabkan kegentingan ini.
Noradrenalin
menaikan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding
pembulu darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme kharbohidrat
dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa
hormon terpenting yang disekresikan korteks adrenal adalah
hidrokrtison,aldosteron, dan koltikosteron, yang semuanya bertalian erat dengan
metabolisme pertumbuhan , fungsi ginjal dan tonus otot. Semua fungsi ini
menentulkan fungsi hidup.
Pada
insufisiansi adrenal ( penyakit addison) , pasien menjadi kurus dan tampak
sakit dan makin lemah , terutama karena tidakn adanya hormon ini, sedangkan
ginjal gagal menyimpan natrium, karena mengeluarkan natrium dalam jumlah
terlampau besar. Penyakit ini diobati dengan kortison.
g.
Kelenjar
pinealis
Berbentuk
kecil merah seperti buah cemara dan terletak dekat korpus kolosum. Fungsinya
belum terang. Kelenjar lai yang menghasilkan sekresi interna penting adalah
pankreas dan kelenjar kelamin.
h.
Kelenjar Pankreas
Kelenjar ini terdapat di
belakang lambung didepan vertebra lumbalis I dan II. Sebagai kelenjar
eksokrin akan menghasilkan enzim-enzim pencernaan ke dalam
lumen duodenum. Sedangkan Sebagai endokrin terdiri dari pulau-pulau
Langerhans, menghasilkan hormon. Pulau langerhans berbntuk oval dan tersebar
diseluruh pankreas. Fungsi pulau langerhans sebagai unit sekresi dalam
pengeluaran homeostatik nutrisi, menghambat sekresi insulin, glikogen dan
polipeptida. Pada manusia, mengandung 4 macam sel, yaitu :
1. sel A (atau α) :
menghasilkan glukagon
2. sel B (atau β) :
menghasilkan insulin
3. sel D (atau γ) :
menghasilkan somatostatin
4. sel F (sgt kecil) : menghasilkan
polipeptida pankreas
Hormon insulin berguna untuk
menurunkan gula darah, menggunakan dan menyimpan karbohidrat. Glukagon
berfungsi untuk menaikan glukosa darah dengan jalan glikolisis. Sedangkan
somatostatin berguna menurunkan glukosa darah dengan melepaskan hormon
pertumbuhan dan glukagon.
i.
Kelenjar Kelamin
Dibagi menjadi 2, yaitu
kelamin pria ( testis ) dan kelamin wanita ( ovarium ). Testis terletak di
skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Hormon ini berfungsi dalam
mengatur perkembangan ciri seks sekunder, dan merangsang pertumbuhan organ
kelamin pria.
Sedangkan ovarium terdapat pada samping kiri dan
kanan uterus, yang menghasilkan esterogen dan progesteron. Fungsi estrogen
adalah pematangan dan fungsi siklus haid yang normal. Sedangkan fungsi hormon
progesteron adalah pemliharaan kehamilan.
B.
TEORI
BERDASARKAN KASUS
DEFINISI
Diabetes insipidus adalah
suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini diakibatkan oleh berbagai
penyebab yang dapat mengganggu mekanisme neurohypophyseal-renal reflex sehingga
mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus
yang pernah ditemui merupakan kasus yang idiopatik yang dapat bermanifestasi
pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin. (Khaidir Muhaj, 2009)
Diabetes
insipidus (DI) merupakan kelainan di mana terjadi peningkatan output urin
abnormal, asupan cairan dan sering haus. Ini menyebabkan gejala seperti
frekuensi kemih, nokturia (sering terbangun di malam hari untuk buang air
kecil) dan enuresis (buang air kecil disengaja selama tidur atau
"ngompol")
ETOLOGI
·
Diabetes insipidus bisa
merupakan penyakit keturunan.
·
Kegagalan
pelepasan Hormon ADH
·
Infeksi
(Meningitis, ensefalitis)
·
Tumor
·
Obat-obatan
1.
Klasifikasi
1. Diabetes Insipidus Central atau Neurogenik.
Adanya masalah di bagian
hipotalamus (nucleus supraoptik, paraventikular, dan filiformis hipotalamus)
yang mana sebagai tempat pembuatan ADH/ vasopresin, menyebabkan terjadi
penurunan dari produksi hormon ADH.Kelainan hipotalamus dan kelenjar pituitari
posterior karena familial atau idiopatik, disebut Diabetes Insipidus Primer.
Kerusakan kelenjar karena tumor pada area hipotalamus – pituitary, trauma,
proses infeksi, gangguan aliran darah, tumor metastase dari mamae atau paru
disebut Diabetes Insipidus Sekunder.
2. Diabetes insipidus Nephrogenik
Ginjal tidak memberikan respon terhadap hormon
antidiuretik sehingga ginjal terus-menerus mengeluarkan sejumlah besar air
kemih yang encer. Pada diabetes insipidus lainnya, kelenjar hipofisa gagal menghasilkan
hormon antidiuretik. Diabetes Insipidus Nefrogenik dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu :
1. Penyakit
ginjal kronik : ginjal polikistik, medullary cystic disease, pielonefretis,
obstruksi ureteral, gagal ginjal lanjut.
2. Gangguang
elektrolit : Hipokalemia, hiperkalsemia.
3. Obat-obatan
: litium, demoksiklin, asetoheksamid, tolazamid, glikurid, propoksifen.
4. Penyakit
sickle cell
5. Gangguan
diet
PATOFISIOLOGI
Vasopresin
arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di nucleus supraoptik,
paraventrikular , dan filiformis hipotalamus, bersama dengan pengikatnya yaitu
neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari badan sel neuron (tempat
pembuatannya), melalui akson menuju ke ujung saraf yang berada di kelenjar
hipofisis posterior, yang merupakan tempat penyimpanannya. Secara fisiologis,
vasopressin dan neurofisin yang tidak aktif akan disekresikan bila ada rangsang
tertentu. Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang yang meningkat pada reseptor
volume dan osmotic. Peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan
volume intravaskuler akan merangsang sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian
meningkatkan permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air melalui
suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP
siklik. Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitas serum menurun.
Osmolalitas serum biasanya dipertahankan konstan dengan batas yang sempit
antara 290 dan 296 mOsm/kg H2O.
Gangguan
dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air pada duktus
pengumpul ginjal karena berkurang permeabilitasnya, yang akan menyebabkan
poliuria atau banyak kencing.
Selain
itu, peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat haus, dan sebaliknya
penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang rangsang osmotic
pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi vasopresin.
Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih dahulu akan
mengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabila masih meningkat akan
merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut minum banyak
(polidipsia).
Secara
patogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes insipidus
sentral, dimana gangguannya pada vasopresin itu sendiri dan diabetes insipidus
nefrogenik, dimana gangguannya adalah karena tidak responsifnya tubulus ginjal
terhadap vasopresin.
Diabetes
insipidus sentral dapat disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormone
antidiuretik ADH yang merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan. Hal ini
bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan
filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, DIS juga timbul karena
gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis
dan aksin hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu
dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
DIS
dapat juga terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH yang
kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi tidak
berfungsi normal. Terakhir, ditemukan bahwa DIS dapat juga terjadi karena
terbentuknya antibody terhadap ADH.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Poliuria
: urine yang dikeluarkan setiap hari bisa sampai lebih dari 20L.urine sangat
encer dengan berat jenis 1,005.
2. Polidipsia
karena rasa haus yang berlebihan
3. Tidur
terganggu karena poliuria dan nokturia
4. Penggantian
air yang tidak cukup bisa mengakibatkan:
-
Hiperosmolalitas dan gangguan
SSP (cepat marah, disorientasi, koma dan hipertermia)
-
Hipovolemia, hipotensi,
takikardia, mukosa kering dan turgor kuli buruk
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jika
dicurigai penyebab poliuria adalah Diabetes Insipidus, maka harus dilakukan pemeriksaan
untuk menunjang diagnosis dan untuk membedakan apakah jenis Diabetes Insipidus
yang dialami karena penatalaksanaan dari dua jenis diabetes insipidus ini
berbeda. Ada beberapa pemeriksaan pada Diabetes Insipidus, antara lain:
1.
Hickey
Hare atau Carter-Robbins
Hickey-Hare tes adalah uji endokrin untuk
menyelidiki osmoregulasi. Cairan NaCl hipertonis diberikan IV dan akan
menunjukkan bagaimana respon osmoreseptor dan daya pembuatan ADH.
a.
Infus dengan dexrose dan air
sampai terjadi diuresis 5 ml/menit (biasanya 8-10 ml/menit).
b.
Infuse di ganti dengan
NaCl 2,5% dengan jumlah 0,25 ml/menit/kg BB di pertahankan selama 45 menit
c.
Urin ditampung selama
15 menit.
Penilaian
: kalau normal dieresis akan
menurun secara mencolok
Perhatian
: pemeriksaaan ini cukup
berbahaya
2.
Water
Deprivation Test
Pemeriksaan yang paling sederhana dan paling
dapat dipercaya untuk diabetes insipidus adalah water deprivation test. Selama
menjalani pemeriksaan ini penderita tidak boleh minum dan bisa terjadi dehidrasi
berat. Oleh karena itu pemeriksaan ini harus dilakukan di rumah sakit atau
tempat praktek dokter. Pembentukan air kemih, kadar elektrolit darah (natrium)
dan berat badan diukur secara rutin selama beberapa jam. Segera setelah tekanan
darah turun atau denyut jantung meningkat atau terjadi penurunan berat badan
lebih dari 5%, maka tes ini dihentikan dan diberikan suntikan hormon
antidiuretik.
Pengujian dilanjutkan dengan:
3.
Uji nikotin
a. Pasien diminta untuk merokok dan menghisap dalam-dalam sebanyak 3 batang dalam waktu 15-20 menit.
b. Teruskan pengukuran volume, berat jenis dan osmolalitas setiap sample urin sampai osmolalitas/ berat jenis urin menurun bidandingkan dengan sebelum menghisap nikotin.
a. Pasien diminta untuk merokok dan menghisap dalam-dalam sebanyak 3 batang dalam waktu 15-20 menit.
b. Teruskan pengukuran volume, berat jenis dan osmolalitas setiap sample urin sampai osmolalitas/ berat jenis urin menurun bidandingkan dengan sebelum menghisap nikotin.
Kemudian uji coba dianjutkan dengan :
4.
Uji vasopressin
a. Berikan pitresin dalam minyak 5u, intramuskular.
b. Ukur voume, berat jenis dan osmolalitas urin pada diuresis berikutnya atau satu jam kemudian.
a. Berikan pitresin dalam minyak 5u, intramuskular.
b. Ukur voume, berat jenis dan osmolalitas urin pada diuresis berikutnya atau satu jam kemudian.
5.
Pemeriksaan
laboratorium
Darah,
urinalisis fisis dan kimia. Jumlah urin biasanya didapatkan lebih dari 4-10
liter dan berat jenis bervariasi dari 1,001-1,005 dengan urin yang
encer. Urin pucat atau jernih. Kadar natrium urin rendah. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan kadar natrium yang tinggi dalam darah. Fungsi ginjal
lainnya tampak normal.
Apapun
pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui volume, berat jenis, atau
konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat dengan memberikan
vasopresin sintetis, pada Diabetes Insipidus Sentral akan terjadi penurunan
jumlah urin, dan pada Diabetes Insipidus Nefrogenik tidak terjadi apa-apa.
Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemeriksaan diabetes insipidus adalah :
Pertama,
apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah pemasukan bahan tersebut
(dalam hal ini air) yang berlebihan ke ginjal atau pengeluaran yang berlebihan.
Bila pada anamnesa ditemukan bahwa pasien memang minum banyak, maka wajar
apabila poliuria itu terjadi.
Kedua,
apakah penyebab poliuria ini adalah faktor renal atau bukan. Poliuria bisa
terjadi pada penyakit gagal ginjal akut pada periode diuresis ketika
penyembuhan. Namun, apabila poliuria ini terjadi karena penyakit gagal ginjal
akut, maka akan ada riwayat oligouria (sedikit kencing).
Ketiga,
apakah bahan utama yang membentuk urin pada poliuria tersebut adalah air tanpa
atau dengan zat-zat yang terlarut. Pada umumnya, poliuria akibat Diabetes
Insipidus mengeluarkan air murni, namun tidak menutup kemungkinan ditemukan
adanya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat terlarut berupa kadar
glukosa yang tinggi (abnormal) maka dapat dicurigai bahwa poliuria tersebut
akibat DM yang merupakan salah satu Differential Diagnosis dari Diabetes
Insipidus.
Diagnosis
diabetes insipidus semakin kuat jika sebagai respon terhadap hormon
antidiuretik:
-
pembuangan air kemih yang
berlebihan berhenti
-
tekanan darah naik
-
denyut jantung kembali normal
PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan
terapi adalah
1. Untuk
menjamin penggantian cairan yang adekuat
2. Mengganti
vasopresin (yang biasanya merupakan program terapeutik jangka panjang)
3. Untuk
meneliti dan mengoreksi kondisi patologis intrakranial yang mendasari.
Penyebab
nefrogenik memerlukan penatalaksanaan yang berbeda
Penggantian dengan
vasopresin. Desmopresi (DDAVP), yaitu suatu preparat
sintetik vasopresin yang tidak memiliki efek vaskuler ADH alami, merupakan
preparat yang sangat berguna karena mempunyai durasi kerja yang lebih lama dan
efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan preparat lain yang
pernah digunakan untuk mengobati penyakit ini. Preparat ini diberikan
intranasal dengan menyemprotkan larutan obat ke dalam hidung melalui pipa
plastik fleksibel yang sudah dikalibrasi. Dua hingga empat kali pemberian
perhari telah dapat mengendalikan gejala diabetes insipidus. Preparat lypressin
(Diapid) merupakan preparat yang kerjanya singkat dan diabsorsi lewat mukosa
nasal ke dalam darah ; namun, kerja preparat ini mungkin terlampau singkat bagi
penderita diabetes insi pidus yang berat. Jika kita akan menggunakan jalur
intranasal dalam pemberian suatu obat, observasi kondisi pasien untuk
mengetahui adanya rinofaringitis kronis.
Bentuk
terapi yang lain adalah penyuntikan intramuskuler ADH, yaitu vasopresin tannat
dalam minyak yang dilakukan bila pemberian intranasal tidak dimungkinkan.
Preparat suntikan ini diberikan tiap 24-96 jam. Botol obat suntik harus
dihangatkan dahulu atau diguncang dengan kuat sebelum obat disuntikkan.
Penyuntikkan dilakukan pada malam hari agar hasil yang optimal dicapai pada
saat tidur. Kram abdomen merupakan efek samping obat tersebut. Rotasi lokasi
penyuntikkan harus dilakukan untuk menghindari lipodistrofi.
Mempertahankan cairan.
Klofibrat, merupakan preparat hipolipidemik, ternyata memiliki efek
antidiuretik pada penderita diabetes insipidus yamg masih sedikit mengalami
vasopresin hipotalamik. Klorpropamin (Diabinese) dan preparat tiazida juga
digunakan untuk penyakit yang ringan karena kedua preparat tersebut menguatkan
kerja vasopresin. Pasien yang menerima klorpropamid harus diingatkan tentang
kemungkinan reaksi hipoglikemik.
Penyebab nefrogenik. Jika
diabetes insipidus tersebut disebabkan oleh gangguan ginjal, tetapi terapi ini
tidak akan efektif. Preparat tiazida, penurunan garam yang ringan dan
penyekatan prostaglandin (ibuprefen, indomestasin serta aspirin) digunakan
untuk mengobati bentuk nefrogenik diabetes insipidus.
Pengobatan
yang lazim di pakai untuk pasien dengan dibetes insifidus nefrogenik adalah
diet rendah natriun, rendah protein, dan obat diuretik (thiaside). Diet yang
rendah garam dengan obat diuretik diharapkan dapat menyebabkan sedikit
pengurangan volume cairan. Sedikit pengurangan volume cairan dapat meningkatkan
reabsorpsi natrium klorida dan air pada tubula renal sehingga sedikit air yang diekskresikan.
Diuretik dapat meningkatkan osmolalitas pada ruang intertisialmedular sehingga
lebih banyak air yang diabsorpsi dalam tubulus koligentes. Terapi yang lain
untuk menangani diabetes insipidus nefrogenik adalah pemberian obat
anti-inflamasi nonsteroid.obat ini mencegah produksi prostagladin oleh ginjal
dan bisa menambah kemampauan ginjal untuk mengonsentrasi urin.
Apabila
pasien menunjukan tanda-tanda hipertermia disertai dengan tanda-tanda gangguan
SSP, misalnyanletargi, disorientasi, hiperteri, pasien dapat di berikan
dekstros dalam air atau minum air biasa kaalau ia bisa minum. Pengganti air
yang hilang dilakukan dalam 48 jam dengan hati-hati karena bisa mengakibatkan
edema.
LAMPIRAN
Insulin
Insulin dihasilkan oleh kalenjar pankreas
pada tubuh kita, hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga
sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar pankreas
mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh
membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan manusia
atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen.
Walaupun demikian, hanyalah sebagian dari
diabetesein yang membutuhkan insulin eksogen. Seorang diabetesein yang menggunakan
insulin eksogen sedikit banyak akan memerlukan beberapa informasi serba serbi
insulin eksogen tersebut.
Mulai dari cara kerja insulin eksogen, mula
kerjanya, waktu tercapainya efek insulin eksogen paling kuat, lama bekerjanya,
dan waktu penyuntikan insulin eksogen disamping pengetahuan cara pemberian
insulin eksogen dan cara penyimpanannya.
a.
Keadaan Memerlukan Insulin Eksogen
Semua diabetesein diabetes tipe 1
memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta pada kalenjar
pankreas tidak ada ataupun hampir tidak ada.
Diabetesein diabetes tipe 2 mungkin
membutuhkan insulin eksogen apabila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan
kadar glukosa darah. Selain itu, ada beberapa keadaan lain yang membutuhkan
insulin eksogen :
1.
Keadaan stress berat, seperti pada infeksi
berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke.
2.
DM gestasional dan penyandang DM yang hamil
membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah.
3.
Ketoasidosis diabetik.
4.
Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
5.
Penyandang DM yang mendapat nutrisi
parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi
kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin
eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal selama
periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
6.
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
berat.
7.
Kontra indikasi atau alergi terhadap obat
hipoglikemi oral.
Kekurangan hormon insulin akan menyebabkan
kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia), sedangkan kelebihan insulin
dapat menyebabkan kadar glukosa terlalu rendah (hipoglikemia).
b.
Fungsi insulin
Pemberian insulin kepada penderita diabetes
hanya bisa dilakukan dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin
akan rusak didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam
aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja
menormalkan kadar gula darah (blood glucose) dan merubah glucose menjadi
energi.
Efek metabolik terapi
insulin:
1.
Menurunkan kadar gula darah puasa dan post
puasa.
2.
Supresi produksi glukosa oleh hati.
3.
Stimulasi utilisasi glukosa perifer.
4.
Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.
5.
Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.
6.
Mengurangi glucose toxicity.
7.
Perbaiki kemampuan sekresi endogen.
8.
Mengurangi Glicosilated end product.
c.
Tipe - Jenis Insulin
Insulin dapat dibedakan atas dasar:
1.
Waktu kerja insulin (onset), yaitu waktu
mulai timbulnya efek insulin sejak disuntikan.
2.
Puncak kerja insulin, yaitu waktu tercapainya
puncak kerja insulin.
3.
Lama kerja insulin (durasi), yaitu waktu
dari timbulnya efek insulin sampai hilangnya efek insulin.
Terdapat 4 buah insulin eksogen yang
diproduksi dan dikategorikan berdasarkan puncak dan jangka waktu efeknya.
Berikut keterangan jenis insulin eksogen :
1. Insulin Eksogen kerja
cepat.
Bentuknya berupa larutan jernih, mempunyai
onset cepat dan durasi pendek.
Yang termasuk di sini adalah insulin
regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI,
yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid,
Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan,
mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat bertahan samapai 8 jam.
2.Insulin Eksogen kerja sedang.
Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk
hablur-hablur kecil, dibuat dengan menambahkan bahan yang dapat memperlama
kerja obat dengan cara memperlambat penyerapan insulin kedalam darah.
Yang dipakai saat ini adalah Netral
Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ, InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya
adalah 1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat
bertahan sampai dengan 24 jam.

3. Insulin Eksogen campur antara kerja
cepat & kerja sedang (Insulin premix)
Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja
cepat dan insulin kerja sedang. Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi
sedang (24 jam). Preparatnya: Mixtard 30 / 40

4.Insulin Eksogen kerja panjang (lebih dari
24 jam). Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi
dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam,
yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ),
Ultratard
d.
Cara pemberian insulin
Insulin kerja singkat :
a)
IV, IM, SC
b)
Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
c)
Jangan bersama darah ( mengandung enzim
merusak insulin )
Insulin kerja menengah
/ panjang :
a)
Jangan IV karena bahaya emboli.
Pemberian insulin secara sliding scale
dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar
gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali.
e.
Dosis pemberian insulin tergantung pada
kadar gula darah, yaitu :
Gula darah
a.
< 60 mg % =
0 unit
b.
<
200 mg % =
5 – 8 unit
c.
200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
d.
250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
e.
300 – 350 mg% = 20 unit
f.
> 350 mg% = 20 – 24 unit
f.
Teknik Penyuntikan Insulin
Sebelum menggunakan insulin, diabetesein
ataupun keluarga tentunya perlu untuk diberikan pengetahuan dan wawasan
mengenai cara dan prosedur menyuntikkan insulin eksogen;
1.
Sebelum menyuntikkan insulin, kedua tangan
dan daerah yang akan disuntik haruslah bersih. Bersihkanlah dengan cairan
alkohol 70% dengan menggunakan kapas bersih dan steril.
2.
Tutup vial insulin harus diusap dengan cairan
alkohol 70%.
3.
Untuk semua insulin, kecuali insulin kerja
cepat, harus digulung-gulung secara perlahan-lahan denga kedua telapak tangan.
Hal ini bertujuan untuk melarutkan kembali suspensi. (Jangan dikocok).
4.
Ambillah udara sejumlah insulin yang akan
diberikan. Lalu suntikkanlah ke dalam vial untuk mencegah terjadi ruang vakum
dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila akan dipakai campuran insulin.
5.
Bila mencampur insulin kerja cepat dengan
kerja cepat harus diambil terlebih dahulu.
6.
Setelah insulin masuk ke dalam alat suntik,
periksa apakah mengandung gelembung atau tidak. Satu atau dua ketukan pada alat
suntik dalam posisi tegak akan dapat mengurangi gelembung tersebut. Gelembung
yang ada sebenarnya tidaklah terlalu membahayakan, namun dapat mengurangi dosis
insulin.
7.
Penyuntikan dilakukan pada jaringan bawah
kulit (subkutan). Pada umumnya suntikan dengan sudut 90 derajad. Pada pasien
kurus dan anak-anak, kulit dijepit dan insulin disuntikkan dengan sudut 45
derajat agar tidak terjadi penyuntikkan otot (intra muskular).
Perlu diperhatikan daerah mana saja yang
dapat dijadikan tempat menyuntikkan insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi,
sebaiknya disuntikkan di daerah perut dimana penyerapan akan lebih cepat. Namun
bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah, hindarilah penyuntikkan
pada daerah perut.
Secara urutan, area proses penyerapan
paling cepat adalah dari perut, lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat
diserap apabila daerah suntikkan digerak-gerakkan. Penyuntikkan insulin pada
satu daerah yang sama dapat mengurangi variasi penyerapan.
Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang
sama dapat merangsang terjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan penyerapan
insulin. Daerah suntikkan sebaiknya berjarak 1inchi (+ 2,5cm) dari daerah
sebelumnya.
Lakukanlah rotasi di dalam satu daerah
selama satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang lain.

Bila proses penyuntikkan terasa sakit atau
mengalami perdarahan setelah proses penyuntikkan, maka daerah tersebut
sebaiknya ditekan selama 5-8 detik. Untuk mengurangi rasa sakit pada waktu
penyuntikkan dapat ditempuh usaha-usaha sebagai berikut:
- Menyuntik dengan suhu kamar
- Pastikan bahwa dalam alat suntik tidak terdapat gelembung udara
- Tunggulah sampai alkohol kering sebelum menyuntik
- Usahakanlah agar otot daerah yang akan disuntik tidak tegang
- Tusuklah kulit dengan cepat
- Jangan merubah arah suntikkan selama penyuntikkan atau mencabut suntikan
- Jangan menggunakan jarum yang sudah tampak tumpul
g.
Jenis alat suntik (syringe) insulin
a.
Siring (syringe) dan jarumSiring dari bahan
kaca sulit dibersihkan, mudah pecah dan sering menjadi kurang akurat.Siring
yang terbaik adalah siring yang terbuat dari plastik sekali pakai. Walaupun
banyak pasien diabetes yang menggunakan lebih dari sekali pakai, sangat disarankan
hanya dipakai sekali saja setelah itu dibuang.
b.
Pena
insulin (Insulin Pen)Siring biasanya tertalu merepotkan dan kebanyakan pasien
diabetes lebih suka menggunakan pena insulin. Alat ini praktis, mudah dan
menyenangkan karena nyaris tidak menimbulkan nyeri. Alat ini menggabungkan
semua fungsi didalam satu alat tunggal.
c.
Pompa insulin (Insulin Pump)Pompa insulin
(insulin pump) diciptakan untuk mneyediakan insulin secara berkesinambungan.
Pompa harus disambungkan kepada pasien diabetes (melalui suatu tabung dan
jarum). Gula (Glucose) darah terkontrol dengan sangat baik dan sesuai dengan
kebutuhan.
h.
Penyimpanan Insulin Eksogen
a.
Bila belum dipakai : Sebaiknya disimpan 2-8
derajat celcius (jangan sampai beku), di dalam gelap (seperti di lemari
pendingin, namun hindari freezer.
b.
Bila sedang dipakai : Suhu ruang 25-30
derajat celcius cukup untuk menyimpan selama beberapa minggu, tetapi janganlah
terkena sinar matahari.
Sinar matahari secara langsung dapat
mempengaruhi percepatan kehilangan aktifitas biologik sampai 100 kai dari
biasanya.
Suntikkan dalam bentuk pena dan insulin
dalam suntikkan tidak perlu disimpan di lemari pendingin diantara 2 waktu pemberian
suntikkan.
Bila tidak tersedia lemari pendingin,
simpanlah insulin eksogen di tempat yang teduh dan gelap.
i.
Efek samping penggunaan insulin
1.
Hipoglikemia
2.
Lipoatrofi
3.
Lipohipertrofi
4.
Alergi sistemik atau lokal
5.
Resistensi insulin
7.
Sepsis
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang
paling berbahaya dan dapat terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet,
kegiatan jasmani dan jumlah insulin. Pada 25-75% pasien yang diberikan insulin
konvensional dapat terjadi Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit
tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh
reaksi imun dan lebih sering terjadi pada wanita muda terutama terjadi di
negara yang memakai insulin tidak begitu murni. Lipohipertrofi yaitu
pengumpulan jaringan lemak subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik
insulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang memakai insulin murni. Regresi
terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut.
Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih
sering daripada reaksi sistemik terutama pada penggunaan sediaan yang kurang
murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi
dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung.
Selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya
terjadi beberapa minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal
atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan
antiseptiK yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan,
reaksi ini akan hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria,
erupsi kulit, angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan
yang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang diakhiri kematian.
g.
Interaksi insulin
Beberapa hormon melawan efek hipoglikemia
insulin misalnya hormon pertumbuhan, kortikosteroid, glukokortikoid, tiroid,
estrogen, progestin, dan glukagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin dan
merangsang glikogenolisis. Peningkatan hormon-hormon ini perlu diperhitungkan
dalam pengobatan insulin.
Guanetidin menurunkan gula darah dan dosis
insulin perlu disesuaikan bila obat ini ditambahkan / dihilangkan dalam pengobatan.
Beberapa antibiotik (misalnya kloramfenikol, tetrasiklin), salisilat dan
fenilbutason meningkatkan kadar insulin dalam plasma dan mungkin memperlihatkan
efek hipoglikemik.
Hipoglikemia cenderung terjadi pada
penderita yang mendapat penghambat adrenoseptor ß, obat ini juga mengaburkan
takikardi akibat hipoglikemia. Potensiasi efek hipoglikemik insulin terjadi
dengan penghambat MAO, steroid anabolik dan fenfluramin.
j.
Cara pemberian insulin :
Insulin kerja singkat :
Insulin kerja singkat :
a.
IV, IM, SC
b.
Infus ( AA / Glukosa /
elektrolit )
c.
Jangan bersama darah (
mengandung enzim merusak insulin )
Insulin kerja menengah / panjang :
a.
Jangan IV karena bahaya emboli.
Saat ini juga tersedia insulin campuran
(premixed) kerja cepat dan kerja menengah.
k.
Cara penyuntikan insulin :
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian. Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40, U100) dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap.
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian. Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40, U100) dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap.
Penyerapan
paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti oleh daerah
lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara intramuskular dalam
maka penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih singkat.
Kegiatan jasmaniyang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat
onset kerja dan juga mempersingkat masa kerja.
Indikasi pemberiaan insulin pada
pasien DM lanjut usia seperti pada non lanjut usia, uyaitu adanya kegagalan
terapi ADO, ketoasidosis, koma hiperosmolar, adanya infeksi ( stress ) dll.
Dianjurkan memakai insulin kerja menengah yang dicampur dengan
kerja insulin kerja cepat, dapat diberikan satu atau dua kali
sehari.
Kesulitan pemberiaan insulin pada
pasien lanjut usia ialah karena pasien tidak mau menyuntik sendiri karena
persoalnnya pada matanya, tremor, atau keadaan fisik yang terganggu serta
adanya demensia. Dalam keadaan seperti ini tentulah sangat diperlukan bantuan
dari keluarganya.
Prosedur Pemberian
Injeksi Insulin Sub Kutan
1.
Pengkajian :
1. Keadaan umum klien termasuk TTV dan kadar Gula darah
2. Riwayat penggunaan insulin
1. Keadaan umum klien termasuk TTV dan kadar Gula darah
2. Riwayat penggunaan insulin
2.
Persiapan alat
1. Under pad
2. Sarung tangan bersih
3. kapas alkohol/kapas air hangat
4. spuit insulin
5. preparat insulin
6. Tempat sampah medis
7. Sampiran/gorden
8. Lampu penerang
9. jam tangan/jam dinding
1. Under pad
2. Sarung tangan bersih
3. kapas alkohol/kapas air hangat
4. spuit insulin
5. preparat insulin
6. Tempat sampah medis
7. Sampiran/gorden
8. Lampu penerang
9. jam tangan/jam dinding
3.
Persiapan Insulin
1. Mengidentifikasi informasi label pada botol insulin :
1. Mengidentifikasi informasi label pada botol insulin :
a.
Tipe : (misal, NPH, reguler, 70/30)
b.
Spesies
(human, biosintesis,babi)
c.
Pabrik ( Lily, Novo Nordisk)
d.
Konsentrasi (misal, U-100)
e.
Tanggal kadaluwarsa
2. Memeriksa penampilan insulin
a. Jernih atau putih susu
b.Periksa adanya insulin yang menggumpal
atau membeku
4.
Persiapan Spuit/syringe
1. indentifikasi tanda konsentrasi (U-100) pada syringe/spuit
2. identifikasi ukuran syringe (misal, 100-unit,)
1. indentifikasi tanda konsentrasi (U-100) pada syringe/spuit
2. identifikasi ukuran syringe (misal, 100-unit,)
5.
Persiapan Injeksi Insulin
1. Tentukan jumlah dosis dan jenis insulin secara benar
2. Ambil insulin menggunakan spuit dengan tepat sesuai dosis
3. Keluarkan udara bila terdapat dalam spuit
4. Lakukan Cara mencampur 2 jenis insulin jika diperlukan
5. Bila menggunakan pen, Pasang jarum insulin dan atur dosis dengan tepat
6. Identifikasi rotasi suntikan insulin
1. Tentukan jumlah dosis dan jenis insulin secara benar
2. Ambil insulin menggunakan spuit dengan tepat sesuai dosis
3. Keluarkan udara bila terdapat dalam spuit
4. Lakukan Cara mencampur 2 jenis insulin jika diperlukan
5. Bila menggunakan pen, Pasang jarum insulin dan atur dosis dengan tepat
6. Identifikasi rotasi suntikan insulin
6.
Persiapan klien
1. Salam terapeutik
2. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan kapan klien boleh makan
3. Jelaskan tentang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
4. Siapkan tempat tidur dan posisi nyaman bagi klien
1. Salam terapeutik
2. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan kapan klien boleh makan
3. Jelaskan tentang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
4. Siapkan tempat tidur dan posisi nyaman bagi klien
7.
Pelaksanaan
1. Cuci tangan 6 langkah
2. Pakai sarung tangan bersih
3. Dekatkan peralatan ke klien
4. Pasang sampiran untuk privacy klien, Nyalakan lampu penerang
5. Pasang underpad dibawah area penyuntikan
6. Desinfeksi daerah penyuntikan dengan kapas alkohol/kapas air hangat
7. Menyuntikkan insulin dengan tepat
8. Bila menggunakan pen, pertahankan spuit di dalam subkutan selama 10 hitungan sebelum dicabut.
1. Cuci tangan 6 langkah
2. Pakai sarung tangan bersih
3. Dekatkan peralatan ke klien
4. Pasang sampiran untuk privacy klien, Nyalakan lampu penerang
5. Pasang underpad dibawah area penyuntikan
6. Desinfeksi daerah penyuntikan dengan kapas alkohol/kapas air hangat
7. Menyuntikkan insulin dengan tepat
8. Bila menggunakan pen, pertahankan spuit di dalam subkutan selama 10 hitungan sebelum dicabut.
9.Buang kapas dan spuit
ketempat sampah medis
10. Kaji area penusukan
11. Ingatkan klien kapan klien boleh makan
12. Rapikan alat alat
13. Cuci tangan 6 langkah
10. Kaji area penusukan
11. Ingatkan klien kapan klien boleh makan
12. Rapikan alat alat
13. Cuci tangan 6 langkah
8. Evaluasi
1. Cek kondisi klien
2. Tanyakan respon klien selama dan setelah perawatan
3. Akhiri dengan salam terapeutik
1. Cek kondisi klien
2. Tanyakan respon klien selama dan setelah perawatan
3. Akhiri dengan salam terapeutik
9. Dokumentasi
1. Dokumentasikan jenis, dosis dan area penyuntikan di catan perawatan
2. Catat respon klien sebelum, selama dan setelah penyuntikan
3. catat dengan bolpoint dengan jelas
4. Bila terdapat kesalahan tidak boleh di tipex maupun dihapus, tetapi dicoret dan ditulis revisinya
5. cantumkan nama jelas dan paraf perawat.
1. Dokumentasikan jenis, dosis dan area penyuntikan di catan perawatan
2. Catat respon klien sebelum, selama dan setelah penyuntikan
3. catat dengan bolpoint dengan jelas
4. Bila terdapat kesalahan tidak boleh di tipex maupun dihapus, tetapi dicoret dan ditulis revisinya
5. cantumkan nama jelas dan paraf perawat.
C.
ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES INSIPIDUS
1)
Pengkajian
a. Data Demografi
a. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan penanggung
biaya.
b. Riwayat
Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya pasien merasa haus, pengeluaran air kemih yang berlebihan, sering keram dan lemas jika minum tidak banyak.
2. Riwayat penyakit saat ini
Pasien
mengalami poliuria, polidipsia, nocturia, kelelahan, konstipasi
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien
pernah mengalami Cidera otak, tumor, tuberculosis, aneurisma/penghambatan
arteri menuju
otak, hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu sedikit
hormone antidiuretik, kelenjar
hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik kedalam aliran darah, kerusakan hipotalamus/kelenjar hipofisa akibat pembedahan dan beberapa
bentuk ensefalitis, meningitis.
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan diabetes insipidus.
5. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan
kepribadian dan perilaku klien, perubahan
mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi,
diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
c. Pemeriksaan
Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan diabetes
insipidus meliputi
pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan
tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
RR = 20 x/mnt, tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak
memiliki riwayat asma dan suara nafas normal.
2. Kardiovaskular B2 (blood)
TD = 130/80 mmHg, nadi = 84 x/mnt, suhu = 36,5 oC, suara jantung vesikuler.
Perfusi perifer baik, turgor kulit buruk, intake= <2500 cc/hr, output=
3000 cc/hr, IWL = 500
cc/hr,klien tampak gelisah.
3. Persyarafan B3 (brain)
Kadang
pasien merasa pusing, bentuk kepala simetris, GCS=
4 5 6, pupil normal, orientasitempat-waktu-orang baik,
reflek bicara baik, pendengaran
baik, penglihatan baik, penghidu baik.
4. Perkemihan B4 (bladder)
Poliuria sangat encer ( 4- 30 liter ) dengan berat
jenis 1.010
osmolalitas
urin 50-150 mosmol/L
5. Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr
pagi dan sore. Klien tidak ada sakit maag.
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, turgor
kulit buruk, tidak ada nyeri otot dan
persendian.
d. Data Laboratorium
ü osmolalitas
urin 50-150 mosmol/L (n= 300-450 mosmol/L)
ü osmolalitas
plasma >295 mosmol/L (n= <290 mosmol/L)
ü Urea N: <3 mg/dl.(normal= 3 - 7,5 mmol/L)
ü Kreatinin serum: 75 IU/L. (n= <70 IU/L)
ü Bilirubin direk: 0,08 mg/dl. (n= 0,1 - 0,3 mg/dl)
ü Bilirubin total: 0,01 mg/dl. (n= 0,3 – 1 mg/dl)
ü SGOT: 38 U/L. (n= 0 - 25 IU/L)
ü SGPT: 18 U/L. (n= 0 - 25 IU/L)
ASUHAN KEPERAWATAN
“DIABETES INSIPIDUS”
Data Fokus
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
1. Keluarga pasien
mengatakan:
-
klien banyak kencing, terutama pada malam hari
-
banyak minum sehari 4-5 liter
-
keluarga klien mengatakan keluhan ini terjadi 2
tahun lalu tepatnya setelah kecelakaan (tabrakan mobil)
-
saat kecelakaan keluarga mengatakan kepala
pasien terbentur dan mengeluh pusing (diberi obat pusingnya hilang)
-
keluarga klien mengatakan 2 jam sebelum masuk
RS klien lemas tidak lama kemudian tidak sadarkan diri
-
Keluarga klien mengatakan tidak tahu tentang pengobatan dan
perawatan penyakitnya
|
-
KU/KS : SS / Soporocoma
-
TTV :
TD: 70/40
N: 120x/menit
S: 35,7 c
RR : 24x/menit
-
Akral dingin
-
Hasil CT : SOL hipofisis
-
Poliuria , urine /hari >20liter
-
Urine sangat encer
-
Turgor kulit buruk
-
Mukosa kering
|
Analisa Data
No
|
Data Focus
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
DS
Kelarga
pasien mengatakan :
-
saat kecelakaan
keluarga mengatakan kepala pasien terbentur dan mengeluh pusing (diberi obat
pusingnya hilang)
-
keluarga
klien mengatakan 2 jam sebelum masuk RS klien lemas tidak lama kemudian tidak
sadarkan diri
DO
-
KU/KS : SS / Soporocoma
-
TTV :
TD: 70/40
N: 120x/menit
S: 35,7 c
RR : 24x/menit
-
Akral dingin
-
Hasil CT : SOL hipofisis
-
Poliuria , urine /hari
>20liter
-
Urine sangat encer
-
Turgor kulit buruk
-
Mukosa kering
|
Gangguan
perfusi jaringan perifer
|
Pusing
dan Penurunan kesadaran
|
2
|
DS
Keluarga pasien mengatakan:
-
klien
banyak kencing, terutama pada malam hari
-
banyak
minum sehari 4-5 liter
-
keluarga
klien mengatakan keluhan ini terjadi 2 tahun lalu tepatnya setelah kecelakaan
(tabrakan mobil)
DO
-
KU/KS : SS / Soporocoma
-
TTV :
TD: 70/40
N: 120x/menit
S: 35,7 c
RR : 24x/menit
-
Akral dingin
-
Hasil CT : SOL hipofisis
-
Poliuria , urine /hari
>20liter
-
Urine sangat encer
-
Turgor kulit buruk
-
Mukosa kering
|
Gangguan cairan dan elektrolit
|
Volume cairan tubuh
berkurang dan kerusakan pada produksi ADH
|
3.
|
DS
Keluarga
klien mengatakan :
-
saat
kecelakaan keluarga mengatakan kepala pasien terbentur dan mengeluh pusing
(diberi obat pusingnya hilang)
-
Keluarga klien mengatakan
tidak tahu tentang pengobatan dan perawatan penyakitnya
DO
-
KU/KS : SS / Soporocoma
-
TTV :
TD: 70/40
N: 120x/menit
S: 35,7 c
RR : 24x/menit
-
Akral dingin
-
Hasil CT : SOL hipofisis
-
Poliuria , urine /hari
>20liter
-
Urine sangat encer
-
Turgor kulit buruk
-
Mukosa kering
|
Kurangnya
pengetahuan
|
Minimnya informasi tentang perawatan dan pengibatan
DI
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NO
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggal
ditemukan
|
Tanggal teratasi
|
1.
|
Gangguan perfusi jaringan b.d Pusing
dan Penurunan kesadaran
|
26/02/2013
|
|
2.
|
Gangguan cairan dan elektrolit b.d Volume cairan tubuh berkurang dan
kerusakan pada produksi ADH
|
26/02/2013
|
|
3.
|
Kurangnya pengetahuan b.d Minimnya
informasi tentang perawatan dan pengibatan DI
|
26/02/2013
|
NTERVENSI
No
|
Tanggal
|
Tujuan
dan kriteria hasil
|
Intervensi
keperawatan
|
1.
|
26/02/2013
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
masalah Gangguan
perfusi jaringan sudah teratasi dengan
kriteria hasil :
-
tidak ada pusing,
-
kesadaran tidak menurun
-
tidak terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
-
Capillary refill <3 detik
|
1.Mandiri
1.
Tentukan factor-faktor yang berhubungan dengan keadaan
tertentu yang menyebabkan
koma/penurunan ferfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK
Rasional : Penurunan menunjukkan tanda/gejala
neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal mungkin
bahwa pasien itu perlu dipindahkan ke perawatan inpasif
2.
Pantau/ catatat status neurologis secara teratur
Rasional
: Mengkaji
adanya kecenderungan pda tingkat kesadaran dan potensial peningktan TIk
3.
Evaluasi kemampuan membuka mata, kaji respon verbal(GCS);catat
apakah pasien sadar,orientasi terhadap orang, waktu dan tempat
Rasional
: Menentukan tingkat kesadaran
4) 2.
Kolaborasi
4. Tinggikan kepala pasien
15-45o sesuai indikasi/yang dapat ditoleransi
Rasional: Meninggikan aliran balik vena dari kepla,
mengurangan kongesti dan edema atau risiko terjadinya peningkatan TIK
|
2.
|
26/02/2013
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
masalah Gangguan
cairan dan elektrolit sudah teratasi dengan kriteria
hasil :
-
Pengeluaran
urine yang adekuat (dalam batas normal) eliminasi urine kembali normal (0,5-1
cc/kg BB/jam)
-
TTV
stabil (TD:120/80mmHg, N: 60x/m S:37OC,RR: 22x)
-
Turgor
kulit baik
Membrane mukosa lembab
|
1. Mandiri
1. catat perubahan TD pada
perubahan posisi, kekuatan dari nadi dan perifer
Rasional
: Hipovolemia
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia
2. catat suhu, warna kulit,
atau kelembapanya
Rasional : mengetahui
adanya hipovolemi
3. kaji nadi perifer,
pengisian kapiler ,turgor kulit, dan membrane mukosa
Rasional
: Merupakan
indicator dari tingkat dehidrasi,atau volume sirkulasi yang adekuat
4.
pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
Rasional
: Memberikan
perkiraan kebutuhan akan caiaran pengganti fungsi ginjal,dan keefektifan dari
terapi yang diberikan.
2.
Kolaborasi
1. berikan terapi cairan
sesuai indikasi;
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat
kekuranga cairan dan respons pasien secara individual
Memberikan pengukuran yang tepat terhalap pengukuran haluaran urine
2. pasang/ pertahankan
kateter urine tetap terpasang
3. pantau pameriksann lab
spt: Ht, Bun/creatinin, osmolalitas sarah, natrium, kalium
|
3.
|
26/02/2013
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
masalah kurang pengetahuan sudah teratasi
dengan kriteria hasil :
·
Klien dapat mengungkapkan mengerti
tentang proses penyakit dan mengikuti instrukasi yang
diberikan secara akurat. Pengarahan obat-obatan,
gejala untuk dilaporkan dan perlunya mendapatkan gelang waspada medis.
|
1.Mandiri
1.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Rasional : mengetahui
seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
2.
Jelaskan konsep dasar proses penyakit.
Rasional : Memberi
pemahaman kepada pasien
3.
Jelaskan pentingnya tindak lanjut rawat
jalan yang teratur
Rasional : Agar
pasien tahu pentingnya pemantauan penyakit
|
BAB III
KESIMPULAN
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah
kelenjar yang mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar
dalam jaringan dan menyekresi zat kimia yang disebut hormon. Hormon adalah zat
yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ yang
mempengaruhi kegiatan di dalam sel.
Diabetes
insipidus (DI) merupakan kelainan di mana terjadi peningkatan output urin
abnormal, asupan cairan dan sering haus. Ini menyebabkan gejala seperti
frekuensi kemih, nokturia (sering terbangun di malam hari untuk buang air
kecil) dan enuresis (buang air kecil disengaja selama tidur atau
"ngompol")
DAFTAR PUSTAKA
Barodo, Mary. 2005. Klien
Dengan Gangguan Endokrin Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Pearce. Evelyn C. 2009. Anatomi
dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Satyanegara. Ilmu
Bedah Saraf. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Smeltzer,
Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8.
Vol.2. Jakarta: EGC
Syaifuddin.
2006. Anatomi Fisioligi untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3. Jakarta:
EGC
www.Diabetes.klikdokter.com
www.Indodiabetes.com
Mgm casino review - JTHub
BalasHapusMgm casino review - Mgm casino review. 김천 출장샵 Sign up, deposit 양산 출장마사지 and play with the Mgm casino bonus codes. 김포 출장안마 Mgm casino is a trustworthy and 통영 출장안마 legit online 영천 출장샵 gambling site.