GIGANTISME
RIZKA NURDIANI SINTAN
1110711011
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “GIGANTIME” tepat pada
waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan
penugasan dari mata kuliah blok
Sistem Endokrin. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan sarannya dalam pembuatan
makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam
pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah
ini.
Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih
tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan
kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Jakarta, Oktober
2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kasus diabetes insipidus pada umumnya diderita
pada 3 dari 100.000 populasi. Diabetes Insipidus merupakan penyakit yang
ditandai oleh penurunan produksi sekresi dan fungsi dari ADH sehingga
mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonvensi air. Simtoma dari penyakit ini
adalah poliuria dan polidipsia. Jenis Diabetes Insipidus yang peling sering
ditemui adalah Diabetes Insipidus Sentral yang disebabkan oleh defisiensi
Argina pada hormon AVP. Jenis kedua adalah Diabetes Insipidus Nefrogenesis yang
disebabkan oleh kurang pekanya ginjal terhadap hormon dengan sifat
anti-diuretik, seperti AVP.
Walaupun sama-sama bernama Diabetes dan
memiliki simtoma yang sama yaitu poliuria, tetapi Diabetes Insipidus dan
Diabetes Mellitus merupakan dua jenis penyakit yang sangat berbeda. Jika
diabetes insipidus diakibatkan oleh masalah ginjal yang tidak merespon hormon
ADH dan masalah produksi hormon ADH pada hipofisis posterior sehingga
mengakibatkan volume urine yang keluar sangat banyak dan urine berwarna jernih,
sedangkan Diabetes Mellitus menyebabkan poliuria melalui proses diuretik
osmosis dimana gula darah tinggi dan terdapat glukosa pada urine.
B.
Tujuan:
-
Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai penyakit Gigastime
-
Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai Anatomi fisiologi penyakit Gigasme
b. Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai Definisi penyakit Gigantisme
c. Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai Etiologi penyakit Gigantisme
d. Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai Klasifikasi penyakit Gigantisme
e. Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai Patofisiologi penyakit Gigantisme
f. Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai Manifestasi Klinis penyakit Gigantisme
g. Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai Pemeriksaan Penunjang penyakit Gigantisme
h. Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai Penatalaksanaan medis penyakit Gigantisme
i.
Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan mengenai Asuhan keperawatan penyakit Gigantisme.
C.
Sistematika
Sistematika penulisan tersusun menjadi tiga
bagian. Masing-masing bagian akan menjelaskan gambaran singkat mengenai isi
tulisan. Dengan demikian diharapkan dapat mempermudah dalam penyajian dan
pembahasan serta pemahaman terhadap apa yang tersaji. Berikut ini merupakan
sistematikanya:
§ BAB I
yang merupakan Pendahuluan, akan membahas mengenai latar belakang, tujuan dan
sistematika penulisan.
§ BAB
II akan membahas mengenai Sistem
Endokrin, Anatomi fisiologi, Definisi, Etiologi, klasifikasi, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan medis serta Asuhan
keperawatan dari Gigantisme
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM
ENDOKRIN
Kelenjar endokrin atau
kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam
darah yang beredar dalam jaringan dan menyekresi zat kimia yang disebut hormon.
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar
atau organ yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel.
Adapun fungsi kelenjar
endokrin adalah sebagai berikut :
1) Menghasilkan hormon yang
dialirkan kedalam darah yang yang diperlukan oleh jaringan tubuh tertentu.
2) Mengontrol aktivitas kelenjar
tubuh
3) Merangsang aktivitas kelenjar
tubuh
4) Merangsang pertumbuhan
jaringan
5) Mengatur metabolisme,
oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus
6) Memengaruhi metabolisme lemak,
protein, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama
dibawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan
kelenjarnya melalui satu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang
beredar didalam jaringan kelenjar. Kata ‘’endokrin’’ berasal dari bahasa yunani
yang berarti ‘’ sekresi ke dalam’’, zat aktif utama dari sekresi interna
disebut hormon, dari kata yunani yang berarti merangsang. Beberapa organ
endokrin yang menghasilkan suatu hormon tunggal, sedangkan yang lain
menghasilkan dua atau beberapa jenis hormon, misalnya klenjar hipofisis
menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ
lain: karnaitulah kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai ‘’kelenjar pimpinan
tubuh’’.
1. Beberapa
organ endokrin:
2. Kelenjar
hipofisis, lobus anterior dan posterior
3. Kelenjar
tiroid dan paratiroid
4. Kelenjar
suprarenal ,korteks dan medula.
5. Kelenjar
timus dan barangkali juga badan pineal.
Pembentukan
sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada organ dan kelenjar lain,
seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam pankreas, gastrin didalam
lambung, ustrogen dan progresteron di dalam ovarium, dan testoteron di dalam
testis.
Pengetahuan
tentang fungsi kelenjar-kelenjar
didapati dengan mempelajari efek dari penyakit yang ada didalamnya dan hal ini
biasanya dapat diterangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu
sedikit hormon yang diperlukan.
a.
Hipotalamus
Hipotalamus terletak tepat dibawah talamus dean
dibatasi oleh sulkus hipotalamus. Hipotalamus berlokasi didasar diensepalon dan
sebagian dinding lateral ventrikel III. Hipotalamus meluas kebawah sebagai
kelenjar hipofiseyng teletak didalam sela tusika os sfenoid.
Fungsi utamanya , antara lain:
Ø Pusat integrasi susunan saraf
otonom
a) Regulasi temperatur
b) Keseimbangan cairan dan
elektrolit
c) Integrasi siklus bangun tidur
d) Mengontrol intake makanan
e) Respon tingkah laku terhadap
emosi
f) Pengaturan/ pengontrolan
endokrin
g) Respon seksual
b.
Kelenjar
Hipofisis
Kelenjar
hipofisis terletak didasar tengkorak, didalam fosa hipofisis tulang sfenoid.
Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior , dan bagian
diantara kedua lobus adalah pars intermedia. Untuk memudahkan mempelajari
fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus anterior dan posterior.
Lobus aterior kelenjar
hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali
produksi sekresi dari semua organ endokrin lain.
a. Hormon
pertumbuhan (hormon somatotropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh.
b. Hormon
tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan tiroksin.
c. Hormon
adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal ini.
d. Hormon
gonadotropik
e. Hormon
perangsang polikel, (follicle –stimulating hormon-FSH) merangsang perkembangan
folikel graaff didalam ovarium dan pembentukan spermatozoa didalam testis.
f. Luteinising hormon (LH) atau
interstitial-cell-stimulating-hormon (ICSH) mengendalikan sekresi estrogen dan
progresteron didalam ovarium dan testosteron didalam testis.
g. Hormon
ke tiga dari hormon gonagotropik ini adalah leteotropin atau rolaktin,
mengendalikan sekresi air susu dan mempertahankan adanya korpus luteum selama
hamil.
Lobus posterior
kelenjar hipofisis mengeluarkan sekret dua jenis hormon : hormon antidiuretik
(ADH) mengatur jumlah air yang melalui ginjal,sedangkan hormon oksitosik
merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan mengeluarkan asi
sewaktu menyusui.
c.
Kelenjar
Tiroid
Kelenjar
tiroid terdiri atas dua buah lobus Yang teletak disebelah kanan dan kiri
trakea, dan ikat bersanma oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus
tiroid dan melintasi trakea disebelah depannya.
Struktur
kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi epitelium
silinder, mendapat persediaan darah berlimpah, dan yang disatukan jaringan
ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida
tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium; zat aktif yang utama dari senyawa
yodium ini ialah hormon tiroxin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini
berjalan ke aliran darah baik langsung maupun melalui saluran limpe.
Fungsi. Sekresi
tiroid diatur sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipopisis yaitu hormon
tirotropik. Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan
metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan, bekerja sebagai
perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya
mengatur pengeluaran karbondioksida.
Hiposekresi
(hipotiroidisma). Bila kelenjar tiroid kuramh mengeluarkan sekret pada waktu
bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kreatinisme, berupa
hambatan pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi
mengakibatkan mixsudema; proses metabolik mundur dan dapat kecenderungan untuk
bertambah berat, gerakannya lamban,cara berpikir dan berbicara lamban, kulit
menjadi tebal dan kering, serta rambut rontok dan menjdi jarang. Suhunbadan
dibawah normal dan denyut nadi perlahan.
Hipersekresi.
Pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisma,
semua simtomnya kabilikan dari mixsudema. Kecepatan metabolisme naik dan suhu
tubuh dapat lebih tinggi dari normal. Pasien turun beratnya, gelisah dan mudah
marah, kecepatan denyut nadi naik, kardiac output bertambah dan simtom kardio
vaskuler mencangkup vibrilasi atrium dan kegagalan jantung.
Pada
keadaan yang dikenal sebagai penyakit Grave atau gondok eksoftalmus, tampak
mata menonjol ke luar. Efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon tiroid.
Adakalanya tidak hilang dengan pengobatan.
Kelenjar
tiroid menghasilkan hormon-hormon sbb :
1) Tri-iodo-tironin(T3) dan
Tiroksin (T4), berguna untuk merangsang metabolisme zat, katabolisme protein,
dan lemak. Juga meningkatkan produksi panas merangsang sekresi hormon pertumbuhan,
dan mempengaruhi perkembangan sel-sel saraf dan mental pada balita
dan janin. Kedua hormon ini biasa disebut dangan satu nama,yaitu hormon
tiroid.
2) Kalsitonin : menurunkan
kadar kalsium plasma, denagn meningkatkan jumlah penumpukan kalsium pada
tulang.
d.
Kelenjar
Paratiroid
Di
setiap sisi kelenjar tiroid terdapat 2 kelenjar kecil yaitu kelenjar
paratiroid, didalam leher. Sekresi paratiroid yaitu hormon paratiroid, mengatur
metabolisme zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur didalam darah dan
tulang.
Fungsi kelenjar paratiroid :
1) Memelihara konsentrasi ion
kalsium yang tetap dalam plasma
2) Mengontrol ekskresi kalsium
dan fosfat melalui ginjal
3) Mempercepat absorbsi kalsium
di intestin
4) Kalsium berkurang, hormon para
tiroid menstimulasi reabsorpsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah
5) Menstimulasi dan mentransport
kalsium dan fosfat melalui membran sel
Kelenjar ini menghasilkan
hormon yang sring disebut parathormon, yang berfungsi meningkatkan resorpsi
tulang, meningkatkan reorpsi kalsium, dan menurunkan kadar kalsium darah.
Hipoparatiroidisma,
yaitu kekurangan kalsium dalam isi darah atau hipoklasemia, mengakibatkan
keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang dan konvulsi, khususnya
pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal spasmus; simtom-simtom ini dapat
cepat diringankan dengan pemberiaan kalsium.
Hiperparatiroidisma
atau over-aktivitas kelenjar, biasanya ada sangkutpautnya dengan pembesaran
(tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium
dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukan kembali kedalam serum darah,
dengan akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa
bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis vibrosa sistik, karena terbentuk
kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan didalam ginjal dan dapat menyebabkan
batu ginjal dan kegaglan ginjal.
e.
Kelenjar
Timus
Kelenjar
timus terletak didalam thorak, kira-kira pada ketinggian bifurkasi trakea.
Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru lahir
sangat kecil dan beratnya kira-kira 10gr atau lebih sedikit. Ukurannya
bertambah, pada masa remaja beratnya dari 30 sampai 40gr, dan kemudian mengerut
lagi. Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan ada hubungannya dengan
produksi antibodi.
f.
Kelenjar
Adrenal
`kelenjar
adrenal atau kelenjar suprarenalis terletak diatas kutub sebelah atas setiap
ginjalnya. Krlrnjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning-
kuningan yang disebut korteks dan yang menghasilkan kortisol (hidrokortisol),
dengan rumus yang mendekati kortisol, dan atas bagian medula disebelah dalam
yang menghasilkan adrenalin (epifirin) dan noradrenalin (nerepifirin).
Zat-zat
tadi disekresikan dibawah pengendalian sistem persyarafansimpatis. Swkresinya
bertambah,dalam keadaan emosi,seperti marah dan takut, serta dalam keadaaan
asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikan tekanan darah
guna melewan syok yang disebabkan kegentingan ini.
Noradrenalin
menaikan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding
pembulu darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme kharbohidrat
dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa
hormon terpenting yang disekresikan korteks adrenal adalah
hidrokrtison,aldosteron, dan koltikosteron, yang semuanya bertalian erat dengan
metabolisme pertumbuhan , fungsi ginjal dan tonus otot. Semua fungsi ini
menentulkan fungsi hidup.
Pada
insufisiansi adrenal ( penyakit addison) , pasien menjadi kurus dan tampak
sakit dan makin lemah , terutama karena tidakn adanya hormon ini, sedangkan
ginjal gagal menyimpan natrium, karena mengeluarkan natrium dalam jumlah
terlampau besar. Penyakit ini diobati dengan kortison.
g.
Kelenjar
pinealis
Berbentuk
kecil merah seperti buah cemara dan terletak dekat korpus kolosum. Fungsinya
belum terang. Kelenjar lai yang menghasilkan sekresi interna penting adalah
pankreas dan kelenjar kelamin.
h.
Kelenjar Pankreas
Kelenjar ini terdapat di
belakang lambung didepan vertebra lumbalis I dan II. Sebagai kelenjar
eksokrin akan menghasilkan enzim-enzim pencernaan ke dalam
lumen duodenum. Sedangkan Sebagai endokrin terdiri dari pulau-pulau
Langerhans, menghasilkan hormon. Pulau langerhans berbntuk oval dan tersebar
diseluruh pankreas. Fungsi pulau langerhans sebagai unit sekresi dalam
pengeluaran homeostatik nutrisi, menghambat sekresi insulin, glikogen dan
polipeptida. Pada manusia, mengandung 4 macam sel, yaitu :
1. sel A (atau α) :
menghasilkan glukagon
2. sel B (atau β) :
menghasilkan insulin
3. sel D (atau γ) :
menghasilkan somatostatin
4. sel F (sgt kecil) :
menghasilkan polipeptida pankreas
Hormon insulin berguna untuk
menurunkan gula darah, menggunakan dan menyimpan karbohidrat. Glukagon
berfungsi untuk menaikan glukosa darah dengan jalan glikolisis. Sedangkan
somatostatin berguna menurunkan glukosa darah dengan melepaskan hormon
pertumbuhan dan glukagon.
i.
Kelenjar Kelamin
Dibagi menjadi 2, yaitu
kelamin pria ( testis ) dan kelamin wanita ( ovarium ). Testis terletak di
skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Hormon ini berfungsi dalam
mengatur perkembangan ciri seks sekunder, dan merangsang pertumbuhan organ
kelamin pria.
Sedangkan ovarium terdapat pada samping kiri dan
kanan uterus, yang menghasilkan esterogen dan progesteron. Fungsi estrogen
adalah pematangan dan fungsi siklus haid yang normal. Sedangkan fungsi hormon
progesteron adalah pemliharaan kehamilan.
A. DEFINISI
Ginggatisme hampir selalu merupakan akibat sekresi berlebihan GH
sebelum epifisis bersatu. Pada masa hidup selanjutnya kegagalan hipofisis
cenderung terjadi dan oleh karenanya penderitanya biasanya tidak kuat, agresif,
atau jantan. (David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis).
Gigantisme
dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone
pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid 1, edisi 3).
Gigantisme
dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam banyak jaringan,
meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa
darah. (Keperawatan Medikal Bedah, Bruner&Suddarth, 2001)
Gigantisme adalah kondisi seseorang
yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar yang diatas normal.
Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang
sebagai "raksasa." tinggi
dewasa.
Gigantisme adalah pertumbuhan tidak normal
besar karena kelebihan hormon pertumbuhan selama masa kanak-kanak, sebelum
piring pertumbuhan tulang telah ditutup.
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal terutama
dalam tinggi badan (melebihi 2,14m) akibat kelebihan GH pada anak sebelum fusi
epifisis. Penyakit ini hamper selalu di sebabkan oleh tumor hipofisis. Terapi
untuk ke duanya mencakup pengangkatan tumor melalui pembedahan, okteotrid (
analog hormone penghambat – GH ) radioterapi. Kurangnya GH pada anak tubuh pendek.
Gigantisme adalah keluarnya hormone pertumbuhan
yang terlalu banyak mengakibatkan produksi somatomedin. Yang terlampau banyak,
somatomedin yang sangat banyak mengakibatkan sel tulang, jaringan ikat
kartilago, dan jaringan lunak menjadi sangat banyak. Gangguan ini disebut oleh
gigantisme.
B. ETIOLOGI
Terdapat sekresi GH berlebihan akibat adenoma hipofiis. GH
menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari jaringan lunak, termasuk kulit, lidah,
dan visera serta tulang. Hormon ini memiliki sifat antiinsulin. (David, dkk.
Lecture Notes Kedokteran Klinis)
Penyebab
ginggatisme dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
Ginggatisme
primer atau hipofisi, imana penyebabnya adalah adenoma hipofisis
2.
Ginggatisme
sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari
hipothalamus
3.
Ginggatisme
primer yang disebabkan oleh tumor ektropik (paru, pankreas, dll) yang
mensekresi GH atau GHRH
Melihat besarnya tumor,
adeoma hipofisis dapat dibedakan menjadi 2 :
1.
Mikroadenoma
: tumor dengan diameter lebih kecil dari 10 mm
2.
Makroadenima
: tumor dengan diameter lebih besar dari 10 mm
C. PATOFISIOLOGI
Pada orang muda denga epifisis terbuka. Produksi GH yang berlebihan
mengakibatkan gigantisme.Gigantisme adalah suatu kelainan yang disebabkan
karena sekresi yang berlebih dari GH, bila kelebihan GH terjadi selama masa
anak-anak dan remaja, maka pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat, dan
pasien sangat cepat akan menjadi seorang raksasa. Setelah pertumbuhan somatic selesai,
hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan
tulang-tulang dan jaringan lunak. kelebihan hormone pertumbuhan ini terjadi
setelah masa pertumbuhan lewat atau lempeng epifisis menutup. Hal ini akan
menimbulkan penebalan tulang terutama pada tulang akral.
D. MANIFESTASI
KLINIS
Adapun
manifestasi klinis yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut :
·
Keabnormalan skeletal dan
tanda-tanda intoleransi glukosa seperti yang terlihat pada penderita akromegali
·
Pembesaran tumor pituitari
(yang menyebabkan hilangnya hormon trofik lain, misal hormon yang menstimulasi
tiroid, hormon yang menstimulasi folikel dan kortikotropin).
·
Manusia dikatakan berperawakan raksasa (gigantisme) apabila tinggi
badan mencapai dua meter atau lebih. Ciri utama gigantisme adalah perawakan
yang tinggi hingga mencapai 2 meter atau lebih dengan proporsi tubuh yang
normal. Hal ini terjdi karena jaringan lunak seperti otot dan lainnya tetap
tumbuh.
·
Gigantisme dapat disertai gangguan penglihatan bila tumor membesar
hingga menekan khiasma optikum yang merupakan jalur saraf mata.
E. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
·
Pengukuran
kadar GH melalui radioimmunoassay, kadarnya hanya meningkat pada penyakit aktif
dan tidak ditekan oleh glukosa pada tes toleransi glukosa standar.
·
Perimetri
untuk mencari defek lapang pandang visual bitemporal (50%)
·
Rontgen
tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid, alur
supraorbtal, dan rahang bawah. lantai fosa hpofisis biasanya tampak mengalami
erosi menjadi ganda pada tomogram tampak lateral.
·
CT scan
atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar
·
Rontgen
tangan untuk mencari bentuk lempeng pada falang distal dan peningkatan jarak
rongga antara sendi karena hipertrofi
kartilago. Bantalan tumit biasanya menebal. Tes ini lebih memiliki unsur
menarik daripada diagnostik
·
Kadar
glukosa serum bia meningkat
·
Kadar
fosfat dalam serum saat puasa bisa meningkat namun tidak memiliki manfaat
diagnostik
·
Rontgen
dada dan EKG bisa menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri akibat hipertensi.
(David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
(David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
·
Kadar
serum hGh yang diukur dengan radioimmunoassay biasanya naik
·
Uji
supresi glukosa tidak bisa menekan kadar hormon sampai dibawah jumlah normal
yang dapat diterima, yaitu 2 ng/ml
·
Sinar X
tengkorak, computed tromography (CT) Scan, arteriografi, dan magnetic resonance
imaging menentukan keberadaan dan perluasan lesi pituitari
·
Sinar X
tulang menunjukkan penebalan kranium (terutama tulang frontal, oksipital dan
parietal) dan penebalan tulang panjang, serta osteoartritis ditulang belakang.
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Pengukuran kadar GH
melalui radioimmunoassy, kadarnya hanya meningkat pada penyakit aktif dan tidak
ditekan oleh glukosa pada test toleransi glukosa standar
• Perimeter untuk mencari
defek lapang pandang visual bitemporal (50%)
• Rontgen tengkorak untuk
melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid, alur supraorbita, dan rahang
bawah .rantai fosa hifopisis biasanya tampak mengalami erosi atau menjadi ganda
tomogram tampak lateral
• CT scan untuk MRI untuk
melihat ekstensi suprasellar
• Rontgen tangan untuk
mencari lempengan pada falang distal dan peningkatan jarak rongga antara sendi
karena hipertrofi pada kartilago. Bantalan tumit biasanya menebal, tes ini
lebih memiliki unsure menarik dari pada diagnostic
• Kadar glukosa serum bisa
meningkat
• Kadar fosfat dalam serum
saat puasa meningkat namun tidak memiliki manfaat diagnostik
• Rontgen dada dan EKG bisa
menunjukan hipertrofi ventrikel kiri akibat hipertensi
G.
KOMPLIKASI
Bedah dan radiasi dapat menyebabkan keduanya rendahnya tingkat
hormon hipofisis lainnya, yang dapat menyebabkan:
·
Adrenal
insufisiensi
·
Diabetes
insipidus (jarang)
·
Hipogonadisme
·
Hypothyroidisme
(A.D.A.M. Encyclopedia medis)
H. Penatalaksanaan
Medis
·
Kraniatomi
(David,
dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
Hipofisektomi kranial atau transfenoidal atau
terapi radiasi pituitari dilakukan untuk membuang tumor yang mendasar
·
Penggantian
hormon tiroid dan gonadal dan kortison dilakukan sesudah pembedahan
·
Bromocriptine
(parlodel) dan octreotide (sandostatin) digunakan untuk menghambat hGh.
ASUHAN
KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
BIODATA PASIEN
- Nama : An.A
- Umur : 10 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- No. Register : 1234 56 78
- Alamat : Jl. Senggol Cc
- Status Perkawinan : Belum Kawin
- Keluarga terdekat : Ibu
- Diagnosa Medis : Gigantisme
ANAMNESE
- Riwayat Keperawatan
1. Riwayat
kesehatan sekarang
a) Keluhan
utama : Tinggi
badannya terus tumbuh dan Berat badannya
terus naik
b)
Kronologis keluhan : ibu klien mengeluhkan anaknya
yan berUsia 10
tahun mengalami ketidak normalan, tinggi badan terus bertambah 170 cm Berat badannya terus naik hingga
70 kg , lalu dibawa keklinik.
c) Faktor
pencetus : Kelebihan
hormon GH
d) Timbulnya
keluhan : ( ) mendadak ( v )
bertahap
e) Lamanya : -
2. Upaya
mengatasi : -
3. Riwayat
kesehatan masa lalu
a) Riwayat
alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai
alergi obat, makanan, binatang maupun lingkungan
b) Riwayat
kecelakaan
Tidak ada
c) Riwayat
dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah
dirawat di Rs sebelumnya
d) Riwayat
pemakaian obat
Tidak ada
4. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Tidak ada
- Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat
badan : 70 Kg
2. Tinggi
badan : 170 cm
3. Tekanan
darah : 130/90 mmhg
4. Nadi : 68x/menit
5. Frekuensi
nafas : 24x/menit
6. Suhu
tubuh : 36,5 oc
- Pemeriksaan Fisik sistem Pernafasan
1. Inspeksi
a. Bentuk
torak : ( v ) Normal chest ( ) Pigeon chest
( )
Funnel chest ( ) Barrel chest
b. Susunan
ruas tulang belakang : ( - ) Kyposis
( - ) Scoliosis
( - ) Lordosis
c. Bentuk
dada ( )
simetris ( v )
asimetris
e. Retraksi
suprastrenal ( - ), Sternomastoid (- ), Pernafasan cuping hidung ( - )
f. Irama
Nafas : ( v ) teratur (
) tidak teratur
g. Jenis
pernafasan : ( ) Eupnea (
) Takipneu ( ) Bradipnea
( ) Apnea ( )
Chene Stokes ( ) Biot’s/ Kusmaul
h. Kedalaman
nafas : ( ) dalam ( )
dangkal
i.
Batuk : ( - ) Ya ( - )
Tidak
j.
Sputum : ( - )
putih (
- ) kuning ( - ) hijau (
- ) darah
k. Konsistensi
: ( -
) kental ( - )
encer
2. Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran
antara kanan dan kiri teraba (sama/tidak sama).
Lebih bergetar di sisi -
3. Perkusi
( - ) sonor ( - )
hipersonor ( - )
dullness
4. Auskultasi
a. Suara
nafas
-
Area Vesikuler : ( bersih /
halus / kasar)
-
Area Bronchial : ( bersih
/ halus / kasar)
-
Area Bronkovesikuler: ( bersih / halus / kasar)
b. Suara Ucapan
Terdengar : ( -
) Bronkophoni ( - ) Egophoni (
- ) Pectoriloqy
c. Suara
tambahan
Rales (
- ), Ronchi ( - ), Wheezing ( - ), Pleural friction rub ( - )
- Pemeriksaan Fisik sIstem Kardiovaskuler
1. Inspeksi
a. Ictus
cordis ( - ) Pelebaran
- cm
b. Warna
kulit : ( ) pucat ( - ) cyanosis
c. Pengisian
Kapiler : >3 detik
d. Distensi
Vena Jugularis : ( ) Ya ( v ) Tidak
2. Palpasi
a. Pulsasi
/ ictus cordis pada dinding torak teraba :
( v ) lemah (
- ) kuat ( - )
tidak teraba
b. Temperatur
kulit : ( - ) hangat ( v )
dingin
c. Edema :
( -
) Ya ( - )
tidak
( - ) tungkai atas ( - ) tungkai bawah ( - ) skrotalis
( - )
periorbital ( - )
wajah ( - ) anasarka
3. Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas: normal ( N = ICS II )
Batas bawah : normal ( N = ICS V )
Batas kiri : normal ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra
)
Batas kanan : normal ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra )
Keluhan
lain terkait dengan jantung :
Nyeri
dada : ( - ) Ya
Timbul
saat : ( - )
Aktifitas
Karakteristik : ( - ) seperti ditusuk-tusuk
(
- ) seperti terbakar
( - )
seperti tertimpa benda berat
Hilang
nyeri saat : ( - ) istirahat ( - ) dengan
obat
Durasi
nyeri : ( - )
<30 menit ( - ) >30 menit
Lokasi
nyeri : ( - ) Epigastrum
(
- ) Thorax (menjalar dari dada,
punggung, lengan kiri)
E. Pemeriksaan Fisik Sistem Imun Hematologi
1. Gangguan Hematologi
( v
) Pucat ( ) Echimosis ( ) Spider Navy
(
) Petechie ( ) Epistaksis ( )
Pruritus
(
) Purpura ( ) Perdarahan Gusi ( ) Stomatis
(
) Candidiasis
2. Bibir (MukosaMulut)
(
) Ulserasi (Pecah-Pecah) ( ) Merah Pucat
(
) Sianosis (
) Gingivitis
(
) Stomatitis (Sariawan)
- Pemeriksaan Fisik Sistem Neurobehavior
1. Inspeksi
: Amati Adanya
( -
) Kejang (
- ) Paraplegia
(
- ) Parase (
- ) Tetraplegia/Parase
(
- ) Paralisis ( -
) Hemiparese/Plegi
(
- ) Diplegia ( - )
Twizing
2. Penilaian
Tingkat Kesadaran
a. PenilaianKualitatif
(
v ) Compos Mentis (
) Sopor
( ) Apatis ( ) Koma
( ) Somnolen ( ) Soporcoma
b. Penilaian
Kuantitatif (GCS/Glasgow Coma Scale)
·
Membuka Mata (E)
Spontan :
4
Dengan di AjakBicara : 3
Dengan Rangsangan Nyeri : 2
TidakMembuka :
1
·
Respon Verbal (V)
TerdapatKesadarandan Orientasi : 5
BerbicaraTanpaKacau : 4
BerkataTanpaArti : 3
HanyaMengerang :
2
Tidak Ada Suara :
1
·
ResponMotorik (M)
SesuaiPerintah :
6
TerhadapRangsanganNyeri :
1. TimbulGerakan
Normal : 5
2. FleksiCepatdanAbduksiBahu : 4
3. FleksiLenganDenganAbduksiBahu : 3
4. EkstensiLengan,
Adduksi, Endorotasi
Bahu, PronasiLenganBawah : 2
5. Tidak
Ada Gerakan :
1
Setelah Dilakukan Scoring MakaDapat di Ambil Kesimpulan :
( Compos Mentis / Apatis /
Somnolen / Delirium / Sporo Coma / Coma)
3. MemeriksaTanda-Tanda
Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) :
( -
) Nyeri Kepala Hebat
(
- ) Muntah Proyektil
(
- ) Edema Pupil
4. Pemeriksaan
12 Saraf Cranialis ( Fungsi Motorik
& Fungsi Sensorik)
a.
Nervus I : Olfaktorius (Pembau) ( - )
b.
Nervus II : Opticus ( Penglihatan) ( - )
c.
Nervus III : Ocumulatoris (
- )
d.
Nervus IV : Throclearis (
- )
e.
Nervus V : Thrigeminus
( - )
·
Cabang Optalmicus :
( - )
·
Cabang Maxilaris :
( - )
·
Cabang Mandibularis : (
- )
f.
Nervus VI : Abdusen ( - )
g.
Nervus VII : Facialis ( -
)
h.
Nervus VIII : Akustikus/ Vestibula
Choclearis ( - )
i.
Nervus IX : Glosopharingeal ( - )
j.
Nervus X : Vagus ( - )
k.
Nervus XI : Accessorius ( - )
l.
Nervus XII : Hypoglosal ( - )
5. Pemeriksaan
Tanda Meningeal
a.
Reflek Brudzinski I (+ / - )
b.
Reflek Brudzinski II (+ / - )
c. Kaku
Kuduk (+/ -
)
d. Tes L
aseque (+/ -
)
e. Tes
Kernig (+/ -
)
6. Pemeriksaan
Kekuatandan Tonus Otot: Skala MRC (0-5)
5 (100%) : Kekuatan Normal
4 (75%) :
Dapat Menggerakan Sendi Dengan Aktif dan Melawan Tahanan
3
(50%) : Dapat Menggerakan Anggota Gerak
Untuk Menahan Berat (Gravitasi)
2 (25%) :
DapatMenggerakanAnggotaGerakTanpaGravitasi (Tangan Bergeser)
1 (10%) :
Terlihat Atau Teraba Getaran Kontraksi Otot Tapi Tidak Ada Gerakan Sama sekali
0 (0%) :
Paralisis, Tidak Ada Kontraksi Otot Sama Sekali


Ext. Kanan Bawah Ext. KiriAtas
5
5 5 5 5 5 5 5
7. Pemeriksaan
Status Mental – Emosional
a. Penampilan
( )
TidakRapi (v
) Penggunaan Pakaian Tidak Sesuai
( )
Cara Berpakaian Tidak Seperti Biasanya
b. Pembicaraan
( )
Cepat ( ) Keras ( ) Gagap ( ) Inkoheren
( v )
Apatis ( ) Lambat ( v ) Membisu
( )
Tidak Mampu Memulai Pembicaraan
c. Aktivitas
Motorik
( v )
Lesu ( ) Tegang (
v ) Gelisah ( ) Agitasi
( )
Tik ( ) Grimasen (
v ) Tremor ( ) Kompulsif
d. Alam
Perasaan
( v ) Sedih ( ) Ketakutan (
v ) Putus Asa
( )
Khawatir (
) Gembira Berlebihan
e. Afek
( v ) Datar ( ) Tumpul ( ) Labil (
) Tidak Sesuai
f. Iteraksi
Selama Wawancara
( )
Bermusuhan ( v )
Tidak Kooperatif ( ) Mudah Tersinggung
( )
Kontak Mata Kurang ( ) Defensif ( ) Curiga
g. Tingkat
Kesadaran
( - ) Bingung (
- ) Sedasi ( - ) Stupor
Disorientasi
:
( v )
Waktu ( ) Tempat ( ) Orang
h. Memori
( )
Gangguan Daya Ingat Jangka Panjang
( )
Gangguan Daya Ingat Jangka Pendek
( )
Gangguan Daya Ingat Saat Ini
i.
Pola Pertahanan Diri :
Bagaimana Mekanisme Koping Klien Dalam Mengatasi Masalahnya :
Adaftif Maladaftif
( v )
Bicara Dengan Orang lain ( - ) Menolak Minum Obat
( - )
Mampu Menyelesaikan Masalah ( v) ReaksiLambat / Berlebih
( - )
Teknik Relaksasi ( - )
Kerja Berlebihan
( - )
Aktivitas Konstruktif ( - )
Menghindar
( - )
Olahraga ( - ) Mencederai Diri
( - )
Lainnya……………………………………………………….
8. Tingkat
KecemasanKlien : BerdasarkanCiri-CiriFisiologis, Kognitif, Emosi/Perilaku .
Cek List ( v ) Kondisi Klien
Yang Sesuai :
ANSIETAS
RINGAN
|
ANSIETAS
SEDANG
|
ANSIETAS
BERAT
|
PANIK
|
Fisiologis
( - ) Tanda-Tanda Vital Normal
( - ) Tekanan Otot Minimal
( - ) Pupil Normal
( v ) Gelisah
( - ) Susah Tidur
( - ) Hipersensitif Terhadap Suara
|
Fisiologis
( v ) Tanda-Tanda Vital Normal Atau Sedikit
Meningkat
( - ) Adanya Ketegangan
( v) Mungkin Menjadi Kurang Nyaman
( - )
Diaporesis
( v ) Sakit Kepala
( )
Mulut Kering
( )
Sering BAK
|
Fisiologis
( - ) Tanda-Tanda Vital Meningkat
( - ) Keringat Berlebihan
( )
Sering BAK
( )
Mulut Kering
( v ) Nafsu Makan Menurun
( - )
Dilatasi Pupil
( - ) Indera Yang Dipengaruhi : Pendengaran
Berkurang, Sensasi Nyeri Turun
( - ) Sakit Kepala Hebat
( - ) Mual
( )
Vertigo,
( )
Takikardi
( - )
Nyeri Dada, Gemetar
|
Fisiologis
( v ) Seseorang Menjadi Pucat
( ) Tekanan Darah Menurun, Hipotensi
( ) Koordinasi Otot Buruk, Nyeri, Sensasi Pendengaran Minimal.
( ) Dilatasi Pupil.
|
ANSIETAS
RINGAN
|
ANSIETAS
SEDANG
|
ANSIETAS
BERAT
|
PANIK
|
Kognitif
( - ) Lapang Persepsi Tidak Menyempit
( - ) Sadar Terhadap Stimulus Internal Dan
Lingkungan Yang Lain
( - ) Perhatian Berkurang Tapi Masih
Terkontrol, Penyelesaian Masalah
Efektif, Peningkatan Kemampuan Belajar
|
Kognitif
( - ) Berjaga-Jaga, Persepsi Menyempit,
Terfokus
( - ) Bagian Optimal Untuk Menyelesaikan
Masalah dan Belajar
( - ) Penuh Perhatian
|
Kognitif
(- ) Lapang Persepsi Sangat Menyempit
( ) Sulit Memecahkan Masalah
( - ) Perhatiannya Terpilih ( Fokus PadaSatu
Kelompok)
( ) Tidak Dapat Menyelesaikan Tugas
|
Kognitif
( ) Persepsi Menyebar Atau Tertutup
( ) Tidak MampuMenerima Stimulus
( )
PenyelesaianMasalahdanBerpikirLogisTidakMampuDilakukan
( ) PersepsiAtauTentangDiri, LingkunganAtauKejadianTidakRealistis.
( ) Kehilangan Cara Berpikir Yang Rasional
|
Emosi
/ Perilaku
(- ) Perasaan Relatif nyaman, Relek, Tenang
( - ) Melakukan Kegiatan Sehari-Hari Tanpa
Terganggu, Motivasi Meningkat
|
Emosi
/ Perilaku
( - ) Perasaan Siaga dan Menantang, Penuh
Semangat
( - ) Mengajak Dalam Kegiatan Yang Kompetitif,
dan Belajar Ketrampilan Baru
( - ) Suara Dan Ekspresi Wajah Penuh
Perhatian
|
Emosi
/ Perilaku
( ) Merasa Terancam, Terkejut Dengan Stimulus
Baru, Merasa Beban Yang Terlalu Berat
(- ) Aktivitas Mungkin Meningkat Atau Menurun
( - ) Mungkin Tampak Dan Merasa Depresi
( -) Menunjukkan Penolakan, Mengeluh Sakit,
Menjadi Lekas Marah
|
Emosi
/ Perilaku
( ) Merasa Perlu Bantuan Terhadap Segala
Kehilangan Kontrol
( ) Mungkin Menjadi Marah, Menakutkan,
Menarik Diri, Menangis Atau Lari Dari
Masalah
( ) Tidak Dapat Berkomunikasi Secara Verbal
( ) Mungkin Delusi Atau Halusinasi.
( ) Mungkin Mencoba Bunuh Diri
|
- Konsep Diri Klien :
a. Gambaran
Diri : Merasa Berbeda Dengan Teman Sebayanya
b. Identitas : Anak
c. Peran : Anak Sekolah
d. Ideal
Diri : Ingin Normal Sesuai Dengan Tingkat Usianya.
e. Harga
Diri : Menarik Diri
- Status Nyeri :
Paliatif :
Tidak ada
Qualitatif :
Tidak ada
Regio :
Tidak ada
Scale :
Tidak ada
Time :
Tidak ada










0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Nyeri











Skala 1-3 Nyeri Ringan : Pasien Mengatakan Sedikit Nyeri Atau
Ringan.
Pasien Nampak Gelisah
Skala 4-7 Nyeri Sedang : Pasien Mengatakan Nyeri Masih Bisa ditahan Atau Sedang
Pasien Nampak Gelisah, Pasien Mampu Sedikit Berpartisipasi
Dalam Perawatan
Skala 8-10 Nyeri Berat : Pasien Mengatakan Nyeri Tidak Dapat Ditahan Atau Berat.
Pasien Nampak Gelisah
Skala 4-7 Nyeri Sedang : Pasien Mengatakan Nyeri Masih Bisa ditahan Atau Sedang
Pasien Nampak Gelisah, Pasien Mampu Sedikit Berpartisipasi
Dalam Perawatan
Skala 8-10 Nyeri Berat : Pasien Mengatakan Nyeri Tidak Dapat Ditahan Atau Berat.
Pasien Sangat Gelisah, Fungsi
Mobilitas dan Perilaku berubah
Kasus
Seorang
ibu membawa anaknya ke klinik karena merasa anaknya mengalami ketidaknormalan
di usianya yang 10 tahun.
Sang
anak memiliki tinggi badan 170 cm dengan berat badan 70 kg
DATA FOKUS
Data Subjektif
(DS)
|
Data Objektif (DO)
|
·
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami
ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun
·
Ibu
klien mengatakan anaknya tidak pede dan menarik diri
·
Klien
mengatakan tinggi dan berat badanya berbeda dengan teman sebaya nya
·
Klien
mengeluh nyeri kepala
·
Klien
mengatakan penglihatanya buram
·
Klien
mengatakan pusing
·
Klien
mengatakan skala nyeri (6)
|
·
Kaji TTV:
·
TD: 130/90 mmhg
·
RR: 24x/menit
·
S: 36,50C
·
Nadi : 68x/menit
·
Kesadaran umum : compos
mentis
·
GCS (E4) (M5)
(V6)
·
Akral dingin
·
Klien tampak pucat
·
Capillary refil >3 detik
·
Tinggi badan 170 cm
·
Berat badan 70 kg
·
Fitur Wajah tampak kasar
·
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
glukosa darah:
o Gigantisme
(+) : glukosa darah meningkat
§ Fasting:
150 mg/dL
(70-110 mg/dL 3.8-6.1 mmol
/ L)
§ 2-h
postprandial: 130 mg/dL
(< 120 mg/dL < 6.6 mmol/L)
Pemeriksaan Growth Hormone darah atau SM-C (IGF 1):
o Gigantisme
(+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
( <
5 ng/mL < 5 µ g/L)
Pemeriksaan Somatostatin:
o Gigantisme
(+) : somatostatin meningkat
§ 2,6-21,7
U/ml
( 0,31-1,4 U/ml)
·
Hasil CT Scan : tumor
hipofisis
·
Hasil MRI : pembesaran
sella tursika dan sinus paranasalis (Menampakan Tumor)
|
ANALISA
DATA
No
|
Data Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
1.
|
DS =
§ Ibu klien mengatakan anaknya mengalami
ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun
§ Klien
mengeluh nyeri kepala
§ Klien
mengatakan penglihatanya buram
§ Klien mengatakan
pusing
§ Klien
mengatakan skala nyeri (6)
DO=
·
Kaji TTV:
o TD:
130/90 mmhg
o RR:
24x/menit
o S:
36,50C
o Nadi :
68x/menit
·
Kesadaran umum : compos
mentis
·
GCS (E4) (M5)
(V6)
·
Akral dingin
·
Klien tampak pucat
·
Capillary refil >3 detik
·
Tinggi badan 170 cm
·
Berat badan 70 kg
·
Fitur Wajah tampak kasar
·
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
glukosa darah:
Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
o Fasting:
150 mg/dL
(70-110 mg/dL 3.8-6.1 mmol / L)
o 2-h
postprandial: 130 mg/dL
(<
120 mg/dL < 6.6 mmol/L)
Pemeriksaan Growth Hormone darah atau
SM-C (IGF 1):
o Gigantisme
(+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
Growth hormone - arginine stimulation Fasting: < 5 ng/mL < 5 µ g/L
Pemeriksaan Somatostatin:
o Gigantisme
(+) : somatostatin meningkat
2,6-21,7 U/ml
normal
( 0,31-1,4 U/ml)
·
Hasil CT Scan : tumor
hipofisis
·
Hasil MRI : pembesaran
sella tursika dan sinus paranasalis (Menampakan Tumor)
|
Nyeri
|
Adenoma
kelenjar hipofisis
|
2
|
DS =
·
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami
ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun
·
Ibu
klien mengatakan anaknya tidak pede dan menarik diri
·
Klien
mengatakan tinggi dan berat badanya berbeda dengan teman sebaya nya
DO =
·
Kaji TTV:
o TD:
130/90 mmhg
o RR:
24x/menit
o S:
36,50C
o Nadi :
68x/menit
·
Kesadaran umum : compos
mentis
·
GCS (E4) (M5)
(V6)
·
Akral dingin
·
Klien tampak pucat
·
Capillary refil >3 detik
·
Kulit tampak tebal,
berminyak
·
Turgor kulit jelek
·
Tinggi badan 170 cm
·
Berat badan 70 kg
·
Fitur Wajah tampak kasar
·
Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan glukosa darah:
Gigantisme
(+) : glukosa darah meningkat
§ Fasting:
150 mg/dL
(70-110
mg/dL 3.8-6.1 mmol / L)
§ 2-h
postprandial: 130 mg/dL
(<
120 mg/dL <6.6mmol/L)
Pemeriksaan Growth Hormone
darah atau SM-C (IGF 1):
o Gigantisme
(+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
o Growth
hormone - arginine stimulation
Fasting: < 5 ng/mL < 5 µ g/L
Pemeriksaan Somatostatin:
o Gigantisme
(+) : somatostatin meningkat
2,6-21,7 U/ml
(
0,31-1,4 U/ml)
·
Hasil CT Scan : tumor
hipofisis
·
Hasil MRI : pembesaran
sella tursika dan sinus paranasalis (Menampakan Tumor
|
Gangguan citra tubuh
|
Perubahan
perkembangan
|
3
|
DS=
·
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami
ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun
·
Ibu klien mengatakan
anaknya tidak pede dan menarik diri
·
Klien mengatakan tinggi dan
berat badanya berbeda dengan teman sebaya nya
·
Klien mengeluh nyeri kepala
·
Klien mengatakan
penglihatanya buram
DO=
·
Kaji TTV:
o TD:
130/90 mmhg
o RR:
24x/menit
o S:
36,50C
o Nadi :
68x/menit
·
Kesadaran umum : compos
mentis
·
GCS (E4) (M5) (V6)
·
Akral dingin
·
Klien tampak pucat
·
Capillary refil >3 detik
·
Tinggi badan 170 cm
·
Berat badan 70 kg
·
Fitur Wajah tampak kasar
·
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan glukosa darah:
·
Gigantisme (+) : glukosa
darah meningkat
·
Fasting: 150 mg/dL
·
(70-110 mg/dL 3.8-6.1 mmol
/ L)
·
2-h postprandial: 130 mg/dL
·
(< 120 mg/dL < 6.6 mmol/L)
·
Pemeriksaan Growth Hormone darah atau SM-C
(IGF 1):
·
Gigantisme (+) :
peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
·
Growth hormone - arginine
stimulation Fasting: < 5 ng/mL < 5 µ g/L
Pemeriksaan Somatostatin:
Gigantisme (+) : somatostatin meningkat
2,6-21,7
U/ml
(
0,31-1,4 U/ml)
·
Hasil CT Scan : tumor
hipofisis
·
Hasil MRI : pembesaran
sella tursika dan sinus paranasalis (Menampakan Tumor
|
Risiko
kesepian
|
Depresi
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NO
|
DiagnosaKeperawatan
|
Tanggalditemukan
|
Tanggalteratasi
|
Nyeri
|
11-03-2013
|
||
Gangguan citra tubuh
|
11-03-2013
|
||
3.
|
Resiko kesepian
|
11-03-2013
|
INTERVENSI
Tanggal
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:
·
Nyeri
dapat hilang / terkontrol
(ditandai
dengan skala nyeri 1-3)
|
·
Kaji
tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0-10), dan lamanya
·
R : bermanfaat
dalam mengevaluasi nyeri,menentukan pilihan evakuasi dan efektivitas terapi
·
Letakkan pasien
dalam posisi semi fowler dansokong
kepala/leher dengan bantal pasir atau bantal pasir
·
R : mencegah
hiperekstensi leher
·
Pertahankan
belpemanggil dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah
·
R : membatasi
ketegangan dan nyeri otot
·
Berikan minuman
yang sejuk atau makanan yang lunak
·
R : menurunkan
nyeri tenggorok tetapi makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami
kesulitan menelan
|
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan citra tubuh dapat teratasi dengan kriteria
hasil:
·
Gangguan
citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukan adaptasi,
penyeuaian psikososial: citra tubuh positif, arga diri positif
·
Menunjukan
citra tubuh
o
Kesesuaian
antara realitas tubuh, ideal tubuh perwujudan tubuh
o
Kepuasan
penampilan dan fungsi tubuh
|
1. Bimbingan antisipasi
(mempersiapkan
pasien terhadap krisis perkembangan atau krisis situasional
2. Peningkatan citra tubuh
(meningkatkan
persepsi sadar dan tak sadar pasien serta sikap terhadap tubuh pasien
3. Peningkatan perkembangan : anak
(memfasilitasi dan
memberi penyuluhan orang tua-pengasuh untuk memfasilitasi pertumbuhan motorik
kasar, motorik halus, bahasa, kognitif,sosial dan emosional anak usia pra
sekolah dan anak usia sekolah
4. Peningkatan hrarga diri
(membantu pasien
untuk meningkatkan penilaian personal terhadap harga diri)
|
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan resiko kesepian dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
·
Memperlihatkan
pencegahan kesepian, yang dibuktikan oleh keparahan kesepin, dan keterlibatan
sosial
·
Memperlihatkan
keterlibatan sosial dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (ebutkan 1-5:
tidak pernah, jarang, kadang”, sering atau selalu):
o
Berinteraksi
dengan teman dekat, tetangga, anggota keluarga
o
Berpartisipasi
dalam anggota kelompok keagamaaan
o
Berpartisipasi
dalam aktivitas waktu luang dengan orang lain
o
Berpartispasi
dalam aktivitas organisasi
|
1. promosi integritas keluarga
R: Meningkatkan persatuan dan kesatuan keluarga
2. peningkatan sosialisi
R: memfasilitasi kemampuan individu lain untuk
berinteraksi dengan orang lain
3. dukungan spiritual
R: membantu pasien untuk merasa seimbang dan
terhunbung dengan yang maha kuasa
4.fasilitasi kunjungan
R: meningkatkan manfaat kunjungan keluarga dan teman
|
DAFTAR PUSTAKA
Barodo, Mary. 2005. Klien
Dengan Gangguan Endokrin Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Pearce. Evelyn C. 2009. Anatomi
dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Satyanegara. Ilmu
Bedah Saraf. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Smeltzer,
Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8.
Vol.2. Jakarta: EGC
Syaifuddin.
2006. Anatomi Fisioligi untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3. Jakarta:
EGC
How to get to Caesars Palace Casino in Atlantic City using
BalasHapusYou may play in 해외 라이브 스코어 the casino 강원 랜드 앵벌이 cage at Caesars Palace. The casino is a favorite among travelers 강원랜드떡 from all over the world. There are 라이트닝 바카라 two 넥스트 벳 entrances