HIPOTIROID
RIZKA NURDIANI
SINTAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas limpahan rahmat dan berkahnya yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Hipotiroid”. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Sistem endokrin . Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Jakarta, Oktober 2013
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan
kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jarinan agar
optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi
oksigen pada sebagian besar sel di tubuh ,
membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk
pertumbuhan dan pematangan normal.
Kelenjar tiroid tidak
esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan
perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan
terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental
dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan
menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid
dari hipofisis anterior. Sebaliknya , sekresi hormone ini sebagian diatur oleh
umpan balik inhibitorik langsung kadar hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan
cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional
dalam menangani hal-hal yang terkait dengan hipotirod misalnya
saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat
meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.
1.2. Rumusan Masalah
1.Apakah definisi dari
hipotiroid?
2. Bagaimana etilogi dari hipotiroid?
3. Apakah manifestasi klinis darihipotiroid?
4. Bagaimana patofisiologi padahipotiroid?
5. Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid?
6. Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipotiroid?
7. Bagaimana diagnosa pada klien dengan hipotiroid?
8. Bagaimana intervensi pada klien dengan hipotiroid?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan apa yang dimaksud
dengan Hipotiroid.
Tujuan Khusus
1) Mampu menjelaskan
definisi Hipotiroid.
2) Mampu
menjelaskan penyebab penyakit Hipotiroid.
3) Mampu
menjelaskan gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4) Mampu
menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit Hipotiroid.
1.4 Manfaat
Manfaat yang
ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1) Mendapatkan
pengetahuan tentang definisi Hipotiroid.
2) Mendapatkan
pemahaman tentang penyebab penyakit Hipotiroid.
3) Mendapatkan
pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4) Mendapatkan
pemahaman tentang Asuhan keperawatan pasien pada penyakit Hipotiroid.
BAB II
A.
ANATOMI DAN
FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram.
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan
oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang
2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang
di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel
ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar
tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri
tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri
karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari
arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih
besar dibandingkan dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan
kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik
berasal dari nervus vagus.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin
dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah
yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan
diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel
kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa
iodida, yang dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang
kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan Diiodotironin
(DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang akan
membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra
iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH
namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil
kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk
PBI (protein binding Iodine).
Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah:
a)
Mengatur laju metabolisme
tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena peningkatan
komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien,
paru-paru dan testis
b)
Kedua hormon ini tidak berbeda
dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat
dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3
lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah
dilepaskan dari folikel kelenjar.
c)
Memegang peranan penting dalam
pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang
d)
Mempertahankan sekresi GH dan
gonadotropin
e)
Efek kronotropik dan Inotropik
terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
f)
Merangsang pembentukan sel
darah merah
g)
Mempengaruhi kekuatan dan
ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat
metabolisme.
h)
Bereaksi sebagai antagonis
insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran
tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
Pembentukan
dan Sekresi Hormon Tiroid Ada 7 tahap,
yaitu:
1.
Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian
basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan
pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy
dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa
ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi
perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
2. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus
dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase.
Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan
residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada
molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi
oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium
intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin
sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan
T3 akan lebih banyak daripada T4.
3. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT)
yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling)
sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen
tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui
iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam
tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke
dalam koloid melalui proses eksositosis granula.
4. Penimbunan
(storage
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan
disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan
T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini
kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin
serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian
iodium.
6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan
vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom
akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan
pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.
7. Pengeluaran
hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan
kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah
yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin
(TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam
keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP.
Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar hormon bebas.
Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada seorang
lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik
cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein
pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit
ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga
kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.
Efek Primer
Hormon Tiroid
Sel-sel
sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek primer
hormon tiroid adalah:
a) Merangsang
laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme protein, lemak,
dan karbohidrat.
b) Merangsang
kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran. Kedua fungsi
bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan
laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh
setiap sel.
c) Meningkatkan
responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga meningkatkan
frekuensi jantung.
d) meningkatkan
responsivitas emosi.
e) Meningkatkan
kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontraksi otot
rangka.
f) Hormon
tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh dan
dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
Pengaturan
Faal Tiroid
Ada 3 macam kontrol terhadap faal
kelenjar tiroid :
1. TRH
(Thyrotrophin Releasing Hormone)
Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di
hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
2. TSH (
Thyroid Stimulating Hormone)
TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel
tiroid (TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai
kenaikan trapping, peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga
hasilnya adalah produksi hormon meningkat.
3. Umpan balik
sekresi hormon
Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain
berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan
mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
Tubuh
memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan
kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar
hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon
tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak
TSH.
EVALUASI
KELENJAR TIROID
Pada pasien
yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter), pemeriksaan kelenjar
sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes fungsi tiroid yang
optimal, seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang sistematis untuk
melakukan pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah besar,
konsistensi, penampang, perlengketan pada trakea dari kelenjar tiroid, serta
melakukan palpasi pada KGB daerah servikal.
Serum T3,
T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan radioimmunoassay, T4 juga dapat
diperiksa dengan metode competitive protein binding. Dengan tes sensitive TSH
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan pasien dengan hipertiroid atau
hipotiroid, Pengukuran T3RU secara in vitro dapat secara langsung mengetahui
konsentrasi dari tiroksin binding globulin di dalam serum.
Pengukuran
serum T4 dan TSH menggunakan tes sensitive tinggi TSH merupakan cara terbaik
dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3 biasanya di barengi dengan
pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan protein. Sebagai contoh
pada pasien yang hamil atau sedang mengkonsumsi esterogen yang tinggi terdapat
peningkatan T4 tetapi T3Runya menurun, jadi nilai tiroid indexnya normal (T4 x
T3RU). Pengukuran kadar T3 dilakukan pada pasien dengan kecurigaan
hipertiroidism.
TINJAUAN TEORITIS HIPOTIROID
2.1 Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang
dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak
kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini
mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon
tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel,
hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas
untuk tubuh.
2.2 Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang
sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa
bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria
dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur.
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa
penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh suatu
diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a) Hashimoto's thyroiditis
b) Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c) Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d) Penyakit pituitari atau hipotalamus
e) Obat-obatan
f) Kekurangan yodium yang berat
2.3 Jenis-jenis
Hipotiroid
Lebih dari 95% penderita hipotiroid
mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi
kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan
kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid
sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroid
tersier.
a. Primer
1) Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis,
defisiensi yodium
2) Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium
radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Sekunder :
kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang
berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)
2.4 Gejala- gejala
hipotiroid
Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali
tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang berarti mereka dapat meniru
gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah seringkali
dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak
mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih
nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini
berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut:
a) Kelelahan
b) Depresi
c) Kenaikkan berat badan
d) Ketidaktoleranan dingin
e) Ngantuk yang berlebihan
f) Rambut yang kering dan kasar
g) Sembelit
h) Kulit kering
i)
Kejang-kejang otot
j)
Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
k) Konsentrasi menurun
l)
Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
m) Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi lebih berat,
mungkin ada bengkak-bengkak disekeliling mata, suatu denyut jantung yang
melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam bentuknya
yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang
mengancam nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang
berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat,
operasi, stres, atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah
sakit) dan perawatan segera dengan hormon-hormon tiroid yang diberikan melalui
suntikan di diagnosis secara benar, hipotiroid dapat dengan mudah dan
sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid
yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy),
gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru
(pleural effusion).
2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan
sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon
tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin
Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis
thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar
tiroid.
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon
tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin = T4
= Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi:
konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat,
lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi
kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi
kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar
TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis
anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat
malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar
TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik
dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan
menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Defisiensi iodium, disfungsi hipofisis, disfungsi TRH hipotalamus
|
Penekanan produksi H. Tiroid (Hipotiroidisme)
|
TSH merangsang kelenjar tiroid untum mensekresi
|
Kelenjar tiroid akan membesar
|
Menekan struktur di leher dan dada
|
Disfagia, gangguan respirasi
|
Depresi ventilasi
|
Pola Napas Tidak
Efektif
|
Laju BMR lambat
|
Gangguan Nutrisi
Kurang dari Keb. Tubuh
|
Penurunan produksi panas
|
Perubahan suhu
tubuh: hypotermi
|
Kekurangan Vit. B 12 dan As. Folat
|
Pembentukan eritrosit tidak optimal
|
Produksi SDM menurun
|
achlorhydria
|
Penurunan mortalitas usus
|
Penurunan fungsi GI
|
Konstipasi
|
Peningkatan kolesterol & trigliserida
|
Peningkatan arteriosklerosis
|
Oklusi pembuluh darah
|
Suplai darah ke jaringan otak menurun
|
Hipoksia
|
Perubahan pola berfikir
|
Anemia
|
Kelemahan
|
Intoleransi aktivitas
|
2.6 Gambaran Klinis
a) Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
b) Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung
(jantung miksedema), dan penurunan curah jantung.
c) Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata
dan di pergelangan kaki.
d) Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan
kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
e) Konstipasi
f) Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
g) Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan
rapuh
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a) Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur
jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b) Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon
tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).
c) Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat
dgn hanya mengukur level TSH.
d) Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan
hipotiroidisme masih disuspek), sbb:
1. free triiodothyronine (fT3)
2. free levothyroxine (fT4)
3. total T3
4. total T4
5. 24 hour urine free T3
2.8 Penatalaksanaan Medis dan
Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang
mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala
hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan
stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem),
hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme
diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan
sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan
T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar
tiroid hewan).
Pengobatan
pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena
dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya
terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan
selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid.
Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka
dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Ny. N dengan Hypothyroid
Kasus
Ny.
N 45 tahun dirawat dengan keluhan tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini,
suka sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir, suaranya sudah
seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh, dia tidak mngerti kenapa ini
terjadi? Keluhan lainnya suka merasa dingin walaupun udara dilingkungan sangat
panas. Ners Jimmy melakukan pemeriksaan fisik didapat TD : 90/60 mmHg , Nadi :
64 x/menit , Suhu : 37,3oC. Miksedema ; hasil rontgen thorax : efusi
pleura.
1. PENGKAJIAN
1)
Data
Pasien :
Nama :
Ny. N
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1968
Umur :
45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :
Islam
Suku :
Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis : Hypothyroid
2)
Riwayat
penyakit :
Keluhan
Utama :
Klien datang ke Rumah
Sakit hari Senin, 11 Maret 2013 dengan keluhan keluhan tidak ada nafsu makan sudah
seminggu ini, suka sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir,
suaranya sudah seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh.
Riwayat
Penyakit Sekarang :
Klien mengalami
hypothyroid
Riwayat
Penyakit Dahulu :
Klien tidak mempunyai
riwayat penyakit terdahulu
Riwayat
Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak
ada yang mempunyai penyakit hypothyroid
3) Pemeriksaan fisik
a. Pola Istirahat dan Tidur
Sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari
b. Sistem pencernaan
Lidah tampak menebal, nafsu
makan berkurang, anoreksia, peningkatan berat badan, konstipasi,
distensi abdomen.
c. Sistem kardiovaskuler
Perbesaran jantung, disritmia,
hipotensi, nadi lambat, penurunan frekuensi denyut jantung,
penurunan curah jantung
d. Sistem musculoskeletal
Parastesia dan reflek tendon menurun, gerak-gerik klien sangat lamban,
lemah, cepat lelah, sakit pada sendi dan otot, gerakan yang canggung lamban
e. Sistem neurologic
Berbicara lambat,
kelopak mata turun, wajah bengkak, pusing, pucat, perlambatan daya pikir, berbicara
lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau
somnolen, bingung, hilang pendengaran.
f. Sistem reproduksi
Pada wanita : terjadi perubahan
menstruasi seperti amenore,atau masa menstruasi yang memanjang. Pria
: penurunan libido, impoten.
g. Sistem Integumen
Kulit kasar, tebal dan bersisik,
dingin dan pucat, tidak tahan terhadap dingin, Pembengkakkan dan edema kulit,
terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki, pertumbuhan kuku buruk, kuku
menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk.
h. Emosi/psikologis
Klien sangat sulit membina hubungan
sasial dengan lingkungannya, mengurung diri, depresi, apatis, agitasi, depresi,
paranoid, menarik diri.
2.
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
|
DATA
OBJEKTIF
|
1.
Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
sudah seminggu ini
2.
Klien mengeluh suka sesak
3.
Klien mengeluh rambutnya rontok sangat
banyak setiap kali menyisir
4.
Klien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parau
5.
Klien mengatakan kuku juga mudah rapuh
6.
Klien tidak mengerti kenapa ini terjadi
7.
Klien mengeluh suka merasa dingin
walaupun udara dilingkungan sangat panas.
8.
Kemungkinan klien mengeluh malas beraktivitas
9.
Kemungkinan klien ingin tidur sepanjang hari
10.
Kemungkinan klien mengeluh konstipasi,
11.
Kemungkinan klien mengatakan mengalami penurunan berat badan
12.
Kemungkinan klien mengeluh sakit pada
sendi dan otot
13.
Kemungkinan klien mengeluh pusing
14.
Kemungkinan klien mengatakan perubahan menstruasi, masa
menstruasi yang memanjang
15.
Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan terhadap
dingin,
|
1.
Tanda-tanda vital :
TD
: 90/60 mmHg
Nadi
: 64 x/menit
Suhu
: 37,3oC ,
RR
: 25 x/menit kedalaman nafas dangkal, suara tambahan wheezing
T3
:
T4
:
2.
Miksedema
3.
Hasil rontgen thorax : efusi pleura.
4.
Kemungkinan klien terlihat malas
beraktivitas
5.
Kemungkinan lidah klien tampak
menebal
6.
Kemungkinan klien terlihat penurunan reflek tendon
7.
Kemungkinan klien terlihat gerak-gerik sangat lamban,
8.
Kemungkinan klien terlihat lemah, cepat lelah,
9.
Kemungkinan klien terlihat gerakan yang canggung
lamban
10.
Kemungkinan klien terlihat berbicara lambat dan terbata-bata
11.
Kemungkinan klien terlihat kelopak mata turun dan wajah bengkak,
12.
Kemungkinan klien terlihat mengalami
perlambatan daya pikir
13.
Kemungkinan klien terlihat mengalami gangguan memori
14.
Kemungkinan klien terlihat perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung
15.
Kemungkinan kulit klien teraba kasar, tebal, bersisik, dingin dan pucat
16.
Kemungkinan klien terlihat adanya pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki
17.
Kemungkinan klien terlihat pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
18.
Kemungkinan terlihat rambut klien kering, kasar; dan
pertumbuhannya buruk
|
3. ANALISA DATA
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS :
· Klien
mengeluh suka sesak
· Klien
mengatakan suaranya sudah seminggu ini parau
· Kemungkinan
klien mengatakan kesulitan saat bernapas
DO:
· Tanda-tanda
vital :
RR : 25 x/menit kedalaman nafas
dangkal, suara tambahan wheezing
TD
: 90/60 mmHg
Nadi
: 64 x/menit
Suhu
: 37,3oC
· Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi pleura
· Klien
terlihat sesak napas
· Kemungkinan klien terlihat menggunakan
otot bantu pernapasan
· Kemungkinan
klien terlihat memegangi dada
· Kemungkinan
klien terlihat cemas dan gelisah
|
Pola napas tidak efektif
|
Depresi ventilasi
|
DS :
·
Klien mengeluh suka sesak
·
Klien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parau
·
Kemungkinan klien mengeluh pusing
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
T3 :
T4 :
· Pemeriksaan
Penunjang
Hasil
rontgen thorax : efusi pleura
· Klien
terlihat pucat
· Kemungkinan
klien terlihat lemah, cepat lelah,
· Kemungkinan klien mengalami perbesaran
jantung
· Kemungkinan
klien terlihat memegangi dada
|
Penurunan curah jantung
|
Degenerasi otot jantung (miokarditis)
|
DS :
· Klien
mengeluh tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini
· Klien
mengeluh suka sesak
· Klien
mengeluh rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir
· Klien
mengatakan kuku juga mudah rapuh
· Kemungkinan
klien mengeluh malas beraktivitas
· Kemungkinan
klien mengeluh pusing
DO
:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 90/60 mmHg
Nadi
: 64 x/menit
Suhu
: 37,3oC
· Pemeriksaan
Penunjang
Hasil
rontgen thorax : efusi pleura
· Kemungkinan
klien terlihat malas beraktivitas
· Kemungkinan
lidah klien tampak menebal
· Kemungkinan
klien terlihat lemah, cepat lelah,
· Kemungkinan
kulit klien teraba kasar, tebal, bersisik, dingin dan pucat
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Peningkatan
metabolisme
|
DS :
· Klien
mengatakan tidak mengerti kenapa ini terjadi
· Kemungkinan
klien mengeluh pusing
· Kemungkinan
klien mengeluh tentang sakit dan gejala yang dialami
· Kemungkinan
klien mengatakan hal yang sama berulang
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 90/60 mmHg
Nadi
: 64 x/menit
Suhu
: 37,3oC ,
· Miksedema
· Hasil
rontgen thorax : efusi pleura.
· Kemungkinan
klien terlihat mengalami perlambatan daya pikir
· Kemungkinan
klien terlihat mengalami gangguan
memori
· Kemungkinan
klien terlihat kurang perhatian, letargi
atau somnolen, bingung
|
Perubahan proses
berpikir
|
Perubahan
fisiologis : penurunan stimulasi SSP
|
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TANGGAL DITEMUKAN
|
TANGGAL
TERATASI
|
1.
Pola napas tidak
efektif b.d depresi ventilasi
2. Penurunan
curah jantung b.d miokarditis, pembesaran jantung
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metabolisme
4. Perubahan proses berpikir b.d perubahan fisiologis :
penurunan stimulasi SSP
|
11 –
03 –
2013
11 –
03 –
2013
11 –
03 –
2013
11 –
03 –
2013
|
14 –
03 –
2013
14 –
03 –
2013
14 –
03 –
2013
14 –
03 –
2013
|
5.
INTERVENSI
NO DX
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam diharapkan masalah keperawatan
pola napas tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil :
·
Menunjukkan pola napas efetif
·
Frekuensi dan kedalaman dalam keadaan normal
·
Paru-paru jelas/bersih
·
Berpartisipasi dalam aktivitas
meningkatkan fungsi paru
|
Mandiri :
1. Kaji
frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan,
termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran nasal.
Rasional :
kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas.
Kedalam pernapasan bervariasi tergantng derajat gagal napas. Ekspansi dada
terbatas yang berhubungan dengan atelektasis atau nyeri dada pleuritik.
2. Auskultasi
bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius, seperti krekels, mengi,
gesekan pleural.
Rasional :
bunyi napas menurun ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan napas / kegagalan pernapasan
3. Tinggikan
kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegara mungkin
Rasional :
duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan
posisi dan ambulasi meningkatkan pengisisan udara segmen paru berbeda
sehingga memperbaiki difusi gas.
4. Dorong
/ bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk.
Rasional :
dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidaknyamanan upaya bernapas.
Kolaborasi
5. Berikan
oksigen sesuai indikasi
Rasional :
menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat/terbentuknya edema
6. Berikan
humidifikasi tambahan misalnya : nebuliser ultrasonik
Rasional :
memberikan kelembaban pada membra mukosa
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam diharapkan masalah keperawatan
penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil :
·
Penurunan episode dispnea, angina dan
disritmia
·
Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan
beban kerja jantung
|
Mandiri
1. Pantau
frekuensi / irama jantung
Rasional :
takikardi atau disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya untuk
menigkatkan curahnya berespons pada demam, hipoksia dan asiodosis karena
iskemia
2. Auskultasi
bunyi jantung. Perhatikan jarak tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4
Rasional :
memeberikan deteksi dini dan terjadinya komplikasi misalnya gagal jantung,
tamponade jantung
3. Dorong
tirah baring dalam posisi semi-fowler
Rasional :
menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung
4. Berikan
tindakan kenyamanan misalnya gosokan punggung dan perubahan posisi dan
kativitas hiburan dalm toleransi jantung
Rasional :
meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian
5. Dorong
penggunaan teknik manajemen stres misalnya bimbingan imajinasi, latihan
pernapsan.
Rasional :
perilaku yang bermanfaat mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi,
menurunkan beban kerja jantung
6. Selidiki
nadi cepat, hipotensi, penyempitan tekanan nadi, peningkatan CVP, perubahan
tonus jantung, penurunan tingkat kesadaran.
Rasional :
manifestasi klinis dari tamponade jantung yang dapat terjadi pada
perikarditis bila akumulasi cairan dalam kantung perikardia membatasi
pengisian curah jantung
7. Evaluasi
keluhan lelah, dispnea, palpitasi, nyeri dada kontinu
Rasional :
manifestasi klinis dari GJK yang dapat menyertai endokarditis atau
miokarditis
Kolaborasi :
8. Berikan
oksigen sesuai indikasi
Rasional :
meningkatkan kesediaan oksigen untuk fungsi miokard dan menurunakn efek
metabolisme anaerob yang terjadi sebagai akibat dari hipoksia dan asiodosis
9. Berikan
obat-obatan sesuai indikasi misalnya digitalis atau diuretik
Rasional :
dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan
beban kerja jantung pada adanya miokarditis
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam diharapkan masalah keperawatan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
·
Menunjukkan berat badan stabil atau
meningkat
·
Peningkatan kekuatan otot
|
Mandiri
1. Auskultasi
bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah
Rasional :
kekuarangan kortisol dapat menyebabkan gejala gastrointestinal berat yang
mempengaruhi pencernaan dan absorpsi dari makanan
2. Catat
adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang
cepat, peka rangsang, nyeri kepala, sempoyongan
Rasional :
gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu pemberian
glukosa dan mengidentifikasikan pemberian tambahan glukokortikoid
3. Pantau
pemasukan maknaan dan timbang berat badan setiap hari
Rasional :
anoreksia, kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme oleh kortisol
terhadap maknana dapat megakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya
malnutrisi
4. Catat
muntah mengenai jumlah kejadian atau karakteristik lainnya
Rasional :
ini dapat membantu untuk menentukan derajat kemampuan pencernaaan atau
absorpsi makanan.
5. Berikan
atau bantu perawatan mulut
Rasional :
mulut yang bersih dapat meningkatkan napsu makan
6. Berikan
lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak
terlalu ramai, udara yang tidak nyaman
Rasional :
dapat meningkatkan napsu makan dan memperbaiki pemasukan makanan.
7. Berikan
informasi tentang menu pilihan
Rasional :
perencanaan menu yang disukai pasien dapat menstimulasi napsu makan dan
meningkatkan pemasukan makanan.
Kolaborasi
8. Berikan
cairan IV
Rasional :
memenuhi kebutuhan cairan/nutrisi sampai masukan oral dapat dimulai.
9. Awasi
pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/Ht dan elektrolit
Rasional :
indikator kebutuha cairan / nutrisi dan keefktifan terapi dan terjadinya
komplikasi
10.Berikan
obat sesuai indikasi
Antikolinergik
: atropin, propantelin bromida
Vitamin
larut dalam lemak : B12, Kalsium
Rasional :
mengontorl dan meningkatkan pencernaan dan absorpsi nutrien.
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam diharapkan masalah keperawatan
perubahan proses berpikir mengenai kondisi dan pengobatan dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
·
Berpartisipasi dalam proses belajar
·
Mengungkapkan pemahaman tentang
kondisi / prognosis dan aturan terapeutik
·
Memulai perubahan gaya hidup yang
diperlukan
|
1. Orienteasikan
pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
Rasional
:meningkatkan pola pikir dan daya ingat klien tentang sesuatu
2. Berikan
stimulasi lewat percakapan dan aktivitas yang tidak bersifat mengancam
Rasional :
memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres
3. Jelaskan
kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental
merupakan akibat dan proses penyakit
Rasional :
meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan mental
merupakan akibat dan proses penyakit
Kolaborasi :
4. Konsultasikan
dengan ahli Psikologi tentang therapy yang cocok untuk masalah klien
Rasional :
memperbaiki proses berpikir
|
6.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
|
No.DX
|
Implementasi dan Hasil
|
Paraf
|
1
|
1. Mengkaji
frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan,
termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran nasal.
2. Mengauskultasi
bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius, seperti krekels, mengi,
gesekan pleural.
3. Meninggikan
kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegara mungkin
4. Mendorong
atau membantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk.
5. Memberikan
oksigen sesuai indikasi
6. Memberikan
humidifikasi tambahan misalnya : nebuliser ultrasonik
|
||
2
|
1. Memantau
frekuensi / irama jantung
2. Mengauskultasi
bunyi jantung. Perhatikan jarak tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4
3. Mendorong
tirah baring dalam posisi semi-fowler
4. Memberikan
tindakan kenyamanan misalnya gosokan punggung dan perubahan posisi dan
kativitas hiburan dalm toleransi jantung
5. Mendorong
penggunaan teknik manajemen stres misalnya bimbingan imajinasi, latihan
pernapsan.
6. Menyelidiki
nadi cepat, hipotensi, penyempitan tekanan nadi, peningkatan CVP, perubahan
tonus jantung, penurunan tingkat kesadaran.
7. Mengevaluasi
keluhan lelah, dispnea, palpitasi, nyeri dada kontinu
8. Memberikan
oksigen sesuai indikasi
Berikan
obat-obatan sesuai indikasi misalnya digitalis atau diuretik
|
||
3
|
1. Mengauskultasi
bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah
2. Mencatat
adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang
cepat, peka rangsang, nyeri kepala, sempoyongan
3. Memantau
pemasukan maknaan dan timbang berat badan setiap hari
4. Mencatat
muntah mengenai jumlah kejadian atau karakteristik lainnya
5. Memberikan
atau membantu perawatan mulut
6. Memberikan
lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak
terlalu ramai, udara yang tidak nyaman
7. Memberikan
informasi tentang menu pilihan
8. Memberikan
cairan IV
9. Mengawasi
pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/Ht dan elektrolit
10. Memberikan
obat sesuai indikasi
Antikolinergik
: atropin, propantelin bromida
|
||
4
|
1. Orienteasikan
pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
2. Berikan
stimulasi lewat percakapan dan aktivitas yang tidak bersifat mengancam
3. Jelaskan
kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental
merupakan akibat dan proses penyakit
4. Konsultasikan
dengan ahli Psikologi tentang therapy yang cocok untuk masalah klien.
|
1. EVALUASI
Hari / Tanggal
|
No. DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
1
|
S : Klien mengatakan sudah tidak sesak
O : Tanda-tanda vital dalam keadaan normal
Klien
tidak terlihat memegangi dada
Klien
terlihat napas tanpa bantuan otot tambahan
A
: Masalah sudah teratasi
P
: Intervensi dihentikan
|
||
2
|
S
: Klien
tidak mengeluh sesak
Klien
mengatakan tidak pusing
Klien
mengatakan tidak cepat lelah
O
: Klien
terlihat tidak sesak
Klien
terlihat mukosa dan membran lembab
Klien
terlihat tidak pucat dan tonus otot baik
A
: Masalah sudah teratasi
P
: Intervensi dihentikan
|
||
3
|
S : Klien mengatakan sudah napsu makan
kembali
O : Klien terlihat menghabiskan porsi
makan
Klien
terlihat tobus otot membaik
Klien
terlihat rambut rontok berkurang
A
: Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
||
4
|
S : Klien memahami tentang kondisi
penyakit klien, proses pengobatan
O
: Klien
terlihat tidak apatis
Klien
terlihat tidak letargi
Klien
dan keluarga mampu menersukan program dari pendidikan kesehatan yang di
ajarkan di rumah
A
: Masalah teratasi
P
: Intervensi dihentikan
|
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di
karakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang abnormal rendahnya.Ada banyak
kekacauan-kekacauan yang berkaitan padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini
mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon
tiroid mempengaruhi pertumbuhan.
Hormon-hormon tiroid di produsikan oleh
kelenjar tiroid.Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher,Kelenjar
membungkus sekeliling saluran udara(Trakea)dan mempunyai suatu bentuk yang
menyerupai kupu-kupu yang di bentuk oleh dua sayap dan di lekatkan oleh suatu
bagian tengah.
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari
darah ( yang kebanyakan datang dari makanan-makanan seperti seafood,roti,dan
garam) dan menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid.Dua hormon
yang paling penting adalah thyroxine(T4 ) dan triiodothyronine(T3) mewakili
99.9% dan 0.1% dari masing-masing gormon-hormon tiroid.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin J.
Elisabet.2004.patofisiologi untuk perawat.EGC,Jakarta.
NANDA. 2012-2014. EGC.
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi,
EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001,
Rencana Asuhan Keperawatan.(Edisi III).EGC.Jakarta.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa
Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar