Jumat, 18 Oktober 2013

GIGANTISME


GIGANTISME






RIZKA NURDIANI SINTAN
1110711011






PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012-2013



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “GIGANTIME” tepat pada waktunya.
            Penulisan makalah ini merupakan penugasan dari mata kuliah blok Sistem Endokrin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan sarannya dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
            Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.


Jakarta,    Oktober 2013

Penyusun          








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kasus diabetes insipidus pada umumnya diderita pada 3 dari 100.000 populasi. Diabetes Insipidus merupakan penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi sekresi dan fungsi dari ADH sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonvensi air. Simtoma dari penyakit ini adalah poliuria dan polidipsia. Jenis Diabetes Insipidus yang peling sering ditemui adalah Diabetes Insipidus Sentral yang disebabkan oleh defisiensi Argina pada hormon AVP. Jenis kedua adalah Diabetes Insipidus Nefrogenesis yang disebabkan oleh kurang pekanya ginjal terhadap hormon dengan sifat anti-diuretik, seperti AVP.
Walaupun sama-sama bernama Diabetes dan memiliki simtoma yang sama yaitu poliuria, tetapi Diabetes Insipidus dan Diabetes Mellitus merupakan dua jenis penyakit yang sangat berbeda. Jika diabetes insipidus diakibatkan oleh masalah ginjal yang tidak merespon hormon ADH dan masalah produksi hormon ADH pada hipofisis posterior sehingga mengakibatkan volume urine yang keluar sangat banyak dan urine berwarna jernih, sedangkan Diabetes Mellitus menyebabkan poliuria melalui proses diuretik osmosis dimana gula darah tinggi dan terdapat glukosa pada urine.

B.     Tujuan:
-          Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai penyakit Gigastime
-          Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Anatomi fisiologi penyakit Gigasme
b.      Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Definisi penyakit Gigantisme
c.       Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Etiologi penyakit Gigantisme
d.      Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Klasifikasi penyakit Gigantisme
e.       Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Patofisiologi penyakit Gigantisme
f.       Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Manifestasi Klinis penyakit Gigantisme
g.      Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Pemeriksaan Penunjang penyakit Gigantisme
h.      Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Penatalaksanaan medis penyakit Gigantisme
i.        Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Asuhan keperawatan penyakit Gigantisme.
C.    Sistematika

Sistematika penulisan tersusun menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian akan menjelaskan gambaran singkat mengenai isi tulisan. Dengan demikian diharapkan dapat mempermudah dalam penyajian dan pembahasan serta pemahaman terhadap apa yang tersaji. Berikut ini merupakan sistematikanya:

§  BAB I yang merupakan Pendahuluan, akan membahas mengenai latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan.
§  BAB II  akan membahas mengenai Sistem Endokrin, Anatomi fisiologi, Definisi, Etiologi, klasifikasi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan medis serta Asuhan keperawatan dari Gigantisme






BAB II
TINJAUAN  TEORI

A.           ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan dan menyekresi zat kimia yang disebut hormon. Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel.
Adapun fungsi kelenjar endokrin adalah sebagai berikut :
1)      Menghasilkan hormon yang dialirkan kedalam darah yang yang diperlukan oleh jaringan tubuh tertentu.
2)      Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh
3)      Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
4)      Merangsang pertumbuhan jaringan          
5)      Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus
6)      Memengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui satu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar didalam jaringan kelenjar. Kata ‘’endokrin’’ berasal dari bahasa yunani yang berarti ‘’ sekresi ke dalam’’, zat aktif utama dari sekresi interna disebut hormon, dari kata yunani yang berarti merangsang. Beberapa organ endokrin yang menghasilkan suatu hormon tunggal, sedangkan yang lain menghasilkan dua atau beberapa jenis hormon, misalnya klenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain: karnaitulah kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai ‘’kelenjar pimpinan tubuh’’.
1.      Beberapa organ endokrin:
2.      Kelenjar hipofisis, lobus anterior dan posterior
3.      Kelenjar tiroid dan paratiroid
4.      Kelenjar suprarenal ,korteks dan medula.
5.      Kelenjar timus dan barangkali juga badan pineal.
Pembentukan sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada organ dan kelenjar lain, seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam pankreas, gastrin didalam lambung, ustrogen dan progresteron di dalam ovarium, dan testoteron di dalam testis.
Pengetahuan tentang fungsi  kelenjar-kelenjar didapati dengan mempelajari efek dari penyakit yang ada didalamnya dan hal ini biasanya dapat diterangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon yang diperlukan.
a.      Hipotalamus
Hipotalamus terletak tepat dibawah talamus dean dibatasi oleh sulkus hipotalamus. Hipotalamus berlokasi didasar diensepalon dan sebagian dinding lateral ventrikel III. Hipotalamus meluas kebawah sebagai kelenjar hipofiseyng teletak didalam sela tusika os sfenoid.
Fungsi utamanya , antara lain:
Ø  Pusat integrasi susunan saraf otonom
a)      Regulasi temperatur
b)      Keseimbangan cairan dan elektrolit
c)      Integrasi siklus bangun tidur
d)     Mengontrol intake makanan
e)      Respon tingkah laku terhadap emosi
f)       Pengaturan/ pengontrolan endokrin
g)      Respon seksual
b.      Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak didasar tengkorak, didalam fosa hipofisis tulang sfenoid. Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior , dan bagian diantara kedua lobus adalah pars intermedia. Untuk memudahkan mempelajari fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus anterior dan posterior.
Lobus aterior kelenjar hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain.
a.       Hormon pertumbuhan (hormon somatotropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh.
b.      Hormon tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan tiroksin.
c.       Hormon adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal ini.
d.      Hormon gonadotropik
e.       Hormon perangsang polikel, (follicle –stimulating hormon-FSH) merangsang perkembangan folikel graaff didalam ovarium dan pembentukan spermatozoa didalam testis.
f.       Luteinising  hormon (LH) atau interstitial-cell-stimulating-hormon (ICSH) mengendalikan sekresi estrogen dan progresteron didalam ovarium dan testosteron didalam testis.
g.      Hormon ke tiga dari hormon gonagotropik ini adalah leteotropin atau rolaktin, mengendalikan sekresi air susu dan mempertahankan adanya korpus luteum selama hamil.
Lobus posterior kelenjar hipofisis mengeluarkan sekret dua jenis hormon : hormon antidiuretik (ADH) mengatur jumlah air yang melalui ginjal,sedangkan hormon oksitosik merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan mengeluarkan asi sewaktu menyusui.
c.       Kelenjar Tiroid 
Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus Yang teletak disebelah kanan dan kiri trakea, dan ikat bersanma oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus tiroid dan melintasi trakea disebelah depannya.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi epitelium silinder, mendapat persediaan darah berlimpah, dan yang disatukan jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium; zat aktif yang utama dari senyawa yodium ini ialah hormon tiroxin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah baik langsung maupun melalui saluran limpe.
Fungsi. Sekresi tiroid diatur sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipopisis yaitu hormon tirotropik. Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan, bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbondioksida.
Hiposekresi (hipotiroidisma). Bila kelenjar tiroid kuramh mengeluarkan sekret pada waktu bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kreatinisme, berupa hambatan pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi mengakibatkan mixsudema; proses metabolik mundur dan dapat kecenderungan untuk bertambah berat, gerakannya lamban,cara berpikir dan berbicara lamban, kulit menjadi tebal dan kering, serta rambut rontok dan menjdi jarang. Suhunbadan dibawah normal dan denyut nadi perlahan.
Hipersekresi. Pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisma, semua simtomnya kabilikan dari mixsudema. Kecepatan metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih tinggi dari normal. Pasien turun beratnya, gelisah dan mudah marah, kecepatan denyut nadi naik, kardiac output bertambah dan simtom kardio vaskuler mencangkup vibrilasi atrium dan kegagalan jantung.
Pada keadaan yang dikenal sebagai penyakit Grave atau gondok eksoftalmus, tampak mata menonjol ke luar. Efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon tiroid. Adakalanya tidak hilang dengan pengobatan.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon-hormon sbb :
1)      Tri-iodo-tironin(T3) dan Tiroksin (T4), berguna untuk merangsang metabolisme zat, katabolisme protein, dan lemak. Juga meningkatkan produksi panas merangsang sekresi hormon pertumbuhan, dan mempengaruhi perkembangan sel-sel saraf dan mental pada balita dan janin. Kedua hormon ini biasa disebut dangan satu nama,yaitu hormon tiroid.
2)       Kalsitonin : menurunkan kadar kalsium plasma, denagn meningkatkan jumlah penumpukan kalsium pada tulang.

d.      Kelenjar Paratiroid
Di setiap sisi kelenjar tiroid terdapat 2 kelenjar kecil yaitu kelenjar paratiroid, didalam leher. Sekresi paratiroid yaitu hormon paratiroid, mengatur metabolisme zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur didalam darah dan tulang.
Fungsi kelenjar paratiroid :
1)      Memelihara konsentrasi ion kalsium yang tetap dalam plasma
2)      Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal
3)      Mempercepat absorbsi kalsium di intestin
4)      Kalsium berkurang, hormon para tiroid menstimulasi reabsorpsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah
5)      Menstimulasi dan mentransport kalsium dan fosfat melalui membran sel
Kelenjar ini menghasilkan hormon yang sring disebut parathormon, yang berfungsi meningkatkan resorpsi tulang, meningkatkan reorpsi kalsium, dan menurunkan kadar kalsium darah.
Hipoparatiroidisma, yaitu kekurangan kalsium dalam isi darah atau hipoklasemia, mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang dan konvulsi, khususnya pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal spasmus; simtom-simtom ini dapat cepat diringankan dengan pemberiaan kalsium.
Hiperparatiroidisma atau over-aktivitas kelenjar, biasanya ada sangkutpautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukan kembali kedalam serum darah, dengan akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis vibrosa sistik, karena terbentuk kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan didalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegaglan ginjal.
e.       Kelenjar Timus
Kelenjar timus terletak didalam thorak, kira-kira pada ketinggian bifurkasi trakea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10gr atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah, pada masa remaja beratnya dari 30 sampai 40gr, dan kemudian mengerut lagi. Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan ada hubungannya dengan produksi antibodi.

f.       Kelenjar Adrenal
`kelenjar adrenal atau kelenjar suprarenalis terletak diatas kutub sebelah atas setiap ginjalnya. Krlrnjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning- kuningan yang disebut korteks dan yang menghasilkan kortisol (hidrokortisol), dengan rumus yang mendekati kortisol, dan atas bagian medula disebelah dalam yang menghasilkan adrenalin (epifirin) dan noradrenalin (nerepifirin).
Zat-zat tadi disekresikan dibawah pengendalian sistem persyarafansimpatis. Swkresinya bertambah,dalam keadaan emosi,seperti marah dan takut, serta dalam keadaaan asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikan tekanan darah guna melewan syok yang disebabkan kegentingan ini.
Noradrenalin menaikan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot didalam dinding pembulu darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme kharbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan korteks adrenal adalah hidrokrtison,aldosteron, dan koltikosteron, yang semuanya bertalian erat dengan metabolisme pertumbuhan , fungsi ginjal dan tonus otot. Semua fungsi ini menentulkan fungsi hidup.
Pada insufisiansi adrenal ( penyakit addison) , pasien menjadi kurus dan tampak sakit dan makin lemah , terutama karena tidakn adanya hormon ini, sedangkan ginjal gagal menyimpan natrium, karena mengeluarkan natrium dalam jumlah terlampau besar. Penyakit ini diobati dengan kortison.
g.      Kelenjar pinealis
Berbentuk kecil merah seperti buah cemara dan terletak dekat korpus kolosum. Fungsinya belum terang. Kelenjar lai yang menghasilkan sekresi interna penting adalah pankreas dan kelenjar kelamin.
h.      Kelenjar Pankreas
Kelenjar ini terdapat di belakang lambung didepan vertebra lumbalis I dan II. Sebagai kelenjar eksokrin akan menghasilkan enzim-enzim pencernaan ke dalam lumen duodenum. Sedangkan Sebagai endokrin terdiri dari pulau-pulau Langerhans, menghasilkan hormon. Pulau langerhans berbntuk oval dan tersebar diseluruh pankreas. Fungsi pulau langerhans sebagai unit sekresi dalam pengeluaran homeostatik nutrisi, menghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida. Pada manusia, mengandung 4 macam sel, yaitu :
1.      sel A (atau α) : menghasilkan glukagon
2.      sel B (atau β) : menghasilkan insulin
3.      sel D (atau γ) : menghasilkan somatostatin
4.      sel F (sgt kecil) : menghasilkan polipeptida pankreas
Hormon insulin berguna untuk menurunkan gula darah, menggunakan dan menyimpan karbohidrat. Glukagon berfungsi untuk menaikan glukosa darah dengan jalan glikolisis. Sedangkan somatostatin berguna menurunkan glukosa darah dengan melepaskan hormon pertumbuhan dan glukagon.
i.        Kelenjar Kelamin
Dibagi menjadi 2, yaitu kelamin pria ( testis ) dan kelamin wanita ( ovarium ). Testis terletak di skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Hormon ini berfungsi dalam mengatur perkembangan ciri seks sekunder, dan merangsang pertumbuhan organ kelamin pria.
Sedangkan ovarium terdapat pada samping kiri dan kanan uterus, yang menghasilkan esterogen dan progesteron. Fungsi estrogen adalah pematangan dan fungsi siklus haid yang normal. Sedangkan fungsi hormon progesteron adalah pemliharaan kehamilan.
A.    DEFINISI
Ginggatisme hampir selalu merupakan akibat sekresi berlebihan GH sebelum epifisis bersatu. Pada masa hidup selanjutnya kegagalan hipofisis cenderung terjadi dan oleh karenanya penderitanya biasanya tidak kuat, agresif, atau jantan. (David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis).
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, edisi 3).
Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah, Bruner&Suddarth, 2001)

Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar yang diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi dewasa.
Gigantisme adalah pertumbuhan tidak normal besar karena kelebihan hormon pertumbuhan selama masa kanak-kanak, sebelum piring pertumbuhan tulang telah ditutup.
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal terutama dalam tinggi badan (melebihi 2,14m) akibat kelebihan GH pada anak sebelum fusi epifisis. Penyakit ini hamper selalu di sebabkan oleh tumor hipofisis. Terapi untuk ke duanya mencakup pengangkatan tumor melalui pembedahan, okteotrid ( analog hormone penghambat – GH ) radioterapi. Kurangnya GH pada anak tubuh pendek.
Gigantisme adalah keluarnya hormone pertumbuhan yang terlalu banyak mengakibatkan produksi somatomedin. Yang terlampau banyak, somatomedin yang sangat banyak mengakibatkan sel tulang, jaringan ikat kartilago, dan jaringan lunak menjadi sangat banyak. Gangguan ini disebut oleh gigantisme.

B.     ETIOLOGI
Terdapat sekresi GH berlebihan akibat adenoma hipofiis. GH menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari jaringan lunak, termasuk kulit, lidah, dan visera serta tulang. Hormon ini memiliki sifat antiinsulin. (David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
Penyebab ginggatisme dapat digolongkan sebagai berikut :
1.      Ginggatisme primer atau hipofisi, imana penyebabnya adalah adenoma hipofisis
2.      Ginggatisme sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari hipothalamus
3.      Ginggatisme primer yang disebabkan oleh tumor ektropik (paru, pankreas, dll) yang mensekresi GH atau GHRH
Melihat besarnya tumor, adeoma hipofisis dapat dibedakan menjadi 2 :
1.      Mikroadenoma : tumor dengan diameter lebih kecil dari 10 mm
2.      Makroadenima : tumor dengan diameter lebih besar dari 10 mm

C.    PATOFISIOLOGI
Pada orang muda denga epifisis terbuka. Produksi GH yang berlebihan mengakibatkan gigantisme.Gigantisme adalah suatu kelainan yang disebabkan karena sekresi yang berlebih dari GH, bila kelebihan GH terjadi selama masa anak-anak dan remaja, maka pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat, dan pasien sangat cepat akan menjadi seorang raksasa. Setelah pertumbuhan somatic selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak. kelebihan hormone pertumbuhan ini terjadi setelah masa pertumbuhan lewat atau lempeng epifisis menutup. Hal ini akan menimbulkan penebalan tulang terutama pada tulang akral.

D.    MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut :
·         Keabnormalan skeletal dan tanda-tanda intoleransi glukosa seperti yang terlihat pada penderita akromegali
·         Pembesaran tumor pituitari (yang menyebabkan hilangnya hormon trofik lain, misal hormon yang menstimulasi tiroid, hormon yang menstimulasi folikel dan kortikotropin).
·        Manusia dikatakan berperawakan raksasa (gigantisme) apabila tinggi badan mencapai dua meter atau lebih. Ciri utama gigantisme adalah perawakan yang tinggi hingga mencapai 2 meter atau lebih dengan proporsi tubuh yang normal. Hal ini terjdi karena jaringan lunak seperti otot dan lainnya tetap tumbuh.
·        Gigantisme dapat disertai gangguan penglihatan bila tumor membesar hingga menekan khiasma optikum yang merupakan jalur saraf mata.


E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·         Pengukuran kadar GH melalui radioimmunoassay, kadarnya hanya meningkat pada penyakit aktif dan tidak ditekan oleh glukosa pada tes toleransi glukosa standar.
·         Perimetri untuk mencari defek lapang pandang visual bitemporal (50%)
·         Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid, alur supraorbtal, dan rahang bawah. lantai fosa hpofisis biasanya tampak mengalami erosi menjadi ganda pada tomogram tampak lateral.
·         CT scan atau MRI untuk melihat ekstensi suprasellar
·         Rontgen tangan untuk mencari bentuk lempeng pada falang distal dan peningkatan jarak rongga  antara sendi karena hipertrofi kartilago. Bantalan tumit biasanya menebal. Tes ini lebih memiliki unsur menarik daripada diagnostik
·         Kadar glukosa serum bia meningkat
·         Kadar fosfat dalam serum saat puasa bisa meningkat namun tidak memiliki manfaat diagnostik
·         Rontgen dada dan EKG bisa menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri akibat hipertensi.
 (David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
·        Kadar serum hGh yang diukur dengan radioimmunoassay biasanya naik
·        Uji supresi glukosa tidak bisa menekan kadar hormon sampai dibawah jumlah normal yang dapat diterima, yaitu 2 ng/ml
·        Sinar X tengkorak, computed tromography (CT) Scan, arteriografi, dan magnetic resonance imaging menentukan keberadaan dan perluasan lesi pituitari
·        Sinar X tulang menunjukkan penebalan kranium (terutama tulang frontal, oksipital dan parietal) dan penebalan tulang panjang, serta osteoartritis ditulang belakang.

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
      Pengukuran kadar GH melalui radioimmunoassy, kadarnya hanya meningkat pada penyakit aktif dan tidak ditekan oleh glukosa pada test toleransi glukosa standar
      Perimeter untuk mencari defek lapang pandang visual bitemporal (50%)
      Rontgen tengkorak untuk melihat pembesaran sella, erosi prosesus klinoid, alur supraorbita, dan rahang bawah .rantai fosa hifopisis biasanya tampak mengalami erosi atau menjadi ganda tomogram tampak lateral
      CT scan untuk MRI untuk melihat ekstensi suprasellar
      Rontgen tangan untuk mencari lempengan pada falang distal dan peningkatan jarak rongga antara sendi karena hipertrofi pada kartilago. Bantalan tumit biasanya menebal, tes ini lebih memiliki unsure menarik dari pada diagnostic
      Kadar glukosa serum bisa meningkat
      Kadar fosfat dalam serum saat puasa meningkat namun tidak memiliki manfaat diagnostik
      Rontgen dada dan EKG bisa menunjukan hipertrofi ventrikel kiri akibat hipertensi


G.    KOMPLIKASI
Bedah dan radiasi dapat menyebabkan keduanya rendahnya tingkat hormon hipofisis lainnya, yang dapat menyebabkan:
·         Adrenal insufisiensi
·         Diabetes insipidus (jarang)
·         Hipogonadisme
·         Hypothyroidisme
(A.D.A.M. Encyclopedia medis)

H.    Penatalaksanaan Medis
·         Kraniatomi
(David, dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis)
Hipofisektomi kranial atau transfenoidal atau terapi radiasi pituitari dilakukan untuk membuang tumor yang mendasar
·        Penggantian hormon tiroid dan gonadal dan kortison dilakukan sesudah pembedahan
·        Bromocriptine (parlodel) dan octreotide (sandostatin) digunakan untuk menghambat hGh.




ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
BIODATA PASIEN
  1. Nama                           : An.A
  2. Umur                           : 10 tahun
  3. Jenis Kelamin              :  Laki-laki
  4. No. Register                : 1234 56 78
  5. Alamat                                    : Jl. Senggol Cc
  6. Status Perkawinan      : Belum Kawin
  7. Keluarga terdekat       : Ibu
  8. Diagnosa Medis          : Gigantisme
ANAMNESE
  1. Riwayat Keperawatan
1.      Riwayat kesehatan sekarang
a)      Keluhan utama                        : Tinggi badannya terus tumbuh dan Berat  badannya terus naik
b)      Kronologis keluhan                 : ibu klien mengeluhkan anaknya yan berUsia 10 tahun  mengalami ketidak normalan,  tinggi badan terus bertambah 170 cm               Berat badannya terus naik hingga 70 kg , lalu dibawa keklinik.
c)      Faktor pencetus                       : Kelebihan hormon GH
d)     Timbulnya keluhan                  : (    ) mendadak                      (  v  ) bertahap
e)      Lamanya                                 : -
2.      Upaya mengatasi               : -
3.      Riwayat kesehatan masa lalu
a)      Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai alergi obat, makanan, binatang maupun lingkungan
b)      Riwayat kecelakaan
Tidak ada
c)      Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah dirawat di Rs sebelumnya   

d)     Riwayat pemakaian obat
Tidak ada
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
     Tidak ada
  1. Pemeriksaan Fisik Umum
1.      Berat badan           :  70 Kg
2.      Tinggi badan         :  170 cm
3.      Tekanan darah       :  130/90 mmhg
4.      Nadi                      :  68x/menit
5.      Frekuensi nafas     :  24x/menit
6.      Suhu tubuh            : 36,5 oc

  1. Pemeriksaan Fisik sistem Pernafasan
1.      Inspeksi
a.       Bentuk torak :             ( v   ) Normal chest     (     ) Pigeon chest
(     ) Funnel chest       (     ) Barrel chest
b.      Susunan ruas tulang belakang : (  -  ) Kyposis  (  -  ) Scoliosis  ( -   ) Lordosis
c.       Bentuk dada  (    ) simetris    (  v  ) asimetris
d.      Retraksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta  ( -  )
e.       Retraksi suprastrenal  ( - ), Sternomastoid  (- ), Pernafasan cuping hidung ( - )
f.       Irama Nafas : ( v  ) teratur      (     ) tidak teratur
g.      Jenis pernafasan : (    ) Eupnea            (  ) Takipneu    (  ) Bradipnea
      (   ) Apnea    (  ) Chene Stokes     (   ) Biot’s/ Kusmaul
h.      Kedalaman nafas :  (    ) dalam                       (    ) dangkal
i.        Batuk : (  -  ) Ya                     (  -  ) Tidak
j.        Sputum : (  -  ) putih    (  -  ) kuning    ( -   ) hijau        (  -  ) darah
k.      Konsistensi : (  -  ) kental                    (  -  ) encer
2.      Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama/tidak sama).
Lebih bergetar di sisi -
3.      Perkusi
(  -  ) sonor             (  -  ) hipersonor                       (  -  ) dullness
4.      Auskultasi
a.       Suara nafas
-          Area Vesikuler      : ( bersih / halus / kasar)
-          Area Bronchial      : ( bersih / halus / kasar)
-          Area Bronkovesikuler: ( bersih / halus / kasar)
b.      Suara Ucapan
Terdengar : ( -  ) Bronkophoni            ( -   ) Egophoni            ( -   ) Pectoriloqy
c.       Suara tambahan
Rales (  -  ), Ronchi ( -   ), Wheezing ( -  ), Pleural friction rub ( -  )
  1. Pemeriksaan Fisik sIstem Kardiovaskuler
1.      Inspeksi
a.       Ictus cordis (  - )                      Pelebaran   -     cm
b.      Warna kulit : (    ) pucat                      ( -   ) cyanosis
c.       Pengisian Kapiler :  >3 detik
d.      Distensi Vena Jugularis : (    ) Ya                   ( v   ) Tidak
2.      Palpasi
a.       Pulsasi / ictus cordis pada dinding torak teraba :
(  v  ) lemah     ( -  ) kuat         (  -  ) tidak teraba
b.      Temperatur kulit : (  -  ) hangat           (   v  ) dingin
c.       Edema : (  -  ) Ya                                (  -  ) tidak
 (   - ) tungkai atas                   (   - ) tungkai bawah    (  -  ) skrotalis
 (  -  ) periorbital                      (  -  ) wajah                  (   - ) anasarka
3.      Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas:             normal             ( N = ICS II )
Batas bawah :        normal             ( N = ICS V )
Batas kiri :             normal             ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra )
Batas kanan :         normal             ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra )
Keluhan lain terkait dengan jantung :
Nyeri dada                : ( -   ) Ya
Timbul saat               : (  -  ) Aktifitas
Karakteristik             : (   - ) seperti ditusuk-tusuk
                                    (  -  ) seperti terbakar
                                    ( -   ) seperti tertimpa benda berat
Hilang nyeri saat       : (   - ) istirahat             ( -   ) dengan obat
Durasi nyeri              : (  -  ) <30 menit         ( -   ) >30 menit
Lokasi nyeri              : (  - ) Epigastrum
                                    (  -  ) Thorax (menjalar dari dada, punggung, lengan kiri)
E. Pemeriksaan Fisik Sistem Imun Hematologi
    1. Gangguan Hematologi
        ( v   ) Pucat                      (    ) Echimosis                        (    ) Spider Navy
        (    ) Petechie                   (    ) Epistaksis                         (    ) Pruritus
        (    ) Purpura                    (    ) Perdarahan Gusi              (    ) Stomatis
        (    ) Candidiasis
    2. Bibir (MukosaMulut)
        (   ) Ulserasi (Pecah-Pecah)                     (   ) Merah Pucat
        (    ) Sianosis                                            (    ) Gingivitis
        (    ) Stomatitis (Sariawan)
  1. Pemeriksaan Fisik Sistem Neurobehavior
1.      Inspeksi : Amati Adanya
        ( -   ) Kejang                                ( -   ) Paraplegia
        (  -  ) Parase                                 (  -  ) Tetraplegia/Parase
        (   - ) Paralisis                              ( -   ) Hemiparese/Plegi
        (  -  ) Diplegia                            (  -  ) Twizing

2.      Penilaian Tingkat Kesadaran
a.       PenilaianKualitatif
             (  v  ) Compos Mentis             (    ) Sopor
             (    ) Apatis                             (    ) Koma
             (    ) Somnolen                        (   ) Soporcoma
b.      Penilaian Kuantitatif (GCS/Glasgow Coma Scale)
·         Membuka Mata (E)
Spontan                                                           : 4
Dengan di AjakBicara                                     : 3
Dengan Rangsangan Nyeri                              : 2
TidakMembuka                                               : 1
·         Respon Verbal (V)
TerdapatKesadarandan Orientasi                    : 5
BerbicaraTanpaKacau                                     : 4
BerkataTanpaArti                                            : 3
HanyaMengerang                                            : 2
Tidak Ada Suara                                             : 1
·         ResponMotorik (M)
SesuaiPerintah                                                 : 6
TerhadapRangsanganNyeri :                          
1.      TimbulGerakan Normal                             : 5
2.      FleksiCepatdanAbduksiBahu                   : 4
3.      FleksiLenganDenganAbduksiBahu          : 3
4.      EkstensiLengan, Adduksi, Endorotasi
Bahu, PronasiLenganBawah                     : 2
5.      Tidak Ada Gerakan                                   : 1
Setelah Dilakukan Scoring MakaDapat di Ambil Kesimpulan :
( Compos Mentis / Apatis / Somnolen / Delirium / Sporo Coma / Coma)
3.      MemeriksaTanda-Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) :
       ( -   ) Nyeri Kepala Hebat
       (  -  ) Muntah Proyektil
       (  -  ) Edema Pupil
4.      Pemeriksaan 12 Saraf  Cranialis ( Fungsi Motorik & Fungsi Sensorik)
a. Nervus I                       :  Olfaktorius (Pembau)                       ( - )
b. Nervus II                      :  Opticus ( Penglihatan)                     ( - )
c. Nervus III                    :  Ocumulatoris                                    ( - )
d. Nervus IV                    :  Throclearis                                        ( - )
e. Nervus V                      :  Thrigeminus                                     ( - )
·           Cabang Optalmicus        :           ( - )
·           Cabang Maxilaris            :           ( - )
·           Cabang Mandibularis     :           ( - )
f. Nervus VI         : Abdusen  ( - )
g. Nervus VII       : Facialis    ( -  )
h. Nervus VIII     : Akustikus/ Vestibula Choclearis  ( - )
i. Nervus IX         : Glosopharingeal ( - )
j. Nervus X           :  Vagus ( - )
k. Nervus XI        : Accessorius ( - )
l. Nervus XII        : Hypoglosal ( - )

5.      Pemeriksaan Tanda Meningeal
a. Reflek Brudzinski I  (+ / - )
b. Reflek Brudzinski II  (+ / - )
c. Kaku Kuduk  (+/ - )
d. Tes L aseque  (+/ - )
e. Tes Kernig  (+/ - )
6.      Pemeriksaan Kekuatandan Tonus Otot: Skala MRC (0-5)
        5 (100%)  : Kekuatan Normal
        4 (75%)    : Dapat Menggerakan Sendi Dengan Aktif dan Melawan Tahanan
        3 (50%)   : Dapat Menggerakan Anggota Gerak Untuk Menahan Berat (Gravitasi)
        2 (25%)    : DapatMenggerakanAnggotaGerakTanpaGravitasi (Tangan Bergeser)
        1 (10%)   : Terlihat Atau Teraba Getaran Kontraksi Otot Tapi Tidak Ada      Gerakan Sama sekali
        0 (0%)      : Paralisis, Tidak Ada Kontraksi Otot Sama Sekali
 Ext. Kanan Atas            Ext. kiri atas 
                                    5 5 5 5                 5 5 5 5
 Ext. Kanan Bawah         Ext. KiriAtas
5        5 5 5                     5 5 5 5
7.      Pemeriksaan Status Mental – Emosional
a.       Penampilan
(   ) TidakRapi                                           (v  ) Penggunaan Pakaian Tidak Sesuai
(    ) Cara Berpakaian Tidak Seperti Biasanya
b.      Pembicaraan
(    ) Cepat             (    ) Keras                   (    ) Gagap                  (    ) Inkoheren
( v   ) Apatis          (    ) Lambat                (   v ) Membisu
(    ) Tidak Mampu Memulai Pembicaraan
c.       Aktivitas Motorik
( v   ) Lesu             (    ) Tegang                 ( v   ) Gelisah               (    ) Agitasi
(     ) Tik                (    ) Grimasen             ( v   ) Tremor               (    ) Kompulsif
d.      Alam Perasaan
(  v  ) Sedih                       (    ) Ketakutan                        ( v   ) Putus Asa
(     ) Khawatir                  (    ) Gembira Berlebihan
e.       Afek
(  v   ) Datar                       (    ) Tumpul                (    ) Labil       (  ) Tidak Sesuai
f.       Iteraksi Selama Wawancara
(    ) Bermusuhan               (  v  ) Tidak Kooperatif           (    ) Mudah Tersinggung
(    ) Kontak Mata Kurang (    ) Defensif              (    ) Curiga
g.      Tingkat Kesadaran
(  -  ) Bingung        ( -   ) Sedasi                 ( -   ) Stupor
Disorientasi   :
( v   ) Waktu          (    ) Tempat                 (    ) Orang
h.      Memori
(    ) Gangguan Daya Ingat Jangka Panjang
(    ) Gangguan Daya Ingat Jangka Pendek
(    ) Gangguan Daya Ingat Saat Ini
i.        Pola Pertahanan Diri : Bagaimana Mekanisme Koping Klien Dalam Mengatasi Masalahnya  :
Adaftif                                                                  Maladaftif
(  v ) Bicara Dengan Orang lain                            (  - ) Menolak Minum Obat
(  - ) Mampu Menyelesaikan Masalah                   (  v) ReaksiLambat / Berlebih
( -  ) Teknik Relaksasi                                                       (  -  ) Kerja Berlebihan
( -  ) Aktivitas Konstruktif                                                (  -  ) Menghindar
( -  ) Olahraga                                                                    (  - ) Mencederai Diri
( -  ) Lainnya……………………………………………………….       

8.      Tingkat KecemasanKlien : BerdasarkanCiri-CiriFisiologis, Kognitif, Emosi/Perilaku .





Cek List ( v ) Kondisi Klien Yang Sesuai :

ANSIETAS RINGAN
ANSIETAS SEDANG
ANSIETAS BERAT
PANIK
Fisiologis
( -  ) Tanda-Tanda Vital Normal
( -  ) Tekanan Otot Minimal
( - ) Pupil Normal
( v  ) Gelisah
( -  ) Susah Tidur
( -  ) Hipersensitif Terhadap Suara
Fisiologis
(  v ) Tanda-Tanda Vital Normal Atau Sedikit Meningkat
(   - ) Adanya Ketegangan
(  v) Mungkin Menjadi Kurang Nyaman
(  -  ) Diaporesis
(  v ) Sakit Kepala
(    ) Mulut Kering
(    ) Sering BAK
Fisiologis
( -  ) Tanda-Tanda Vital Meningkat
( -  ) Keringat Berlebihan
(   ) Sering BAK
(   ) Mulut Kering
( v  ) Nafsu Makan Menurun
(  -  ) Dilatasi Pupil
(  - ) Indera Yang Dipengaruhi : Pendengaran Berkurang, Sensasi Nyeri  Turun
(  - ) Sakit Kepala Hebat
( -  ) Mual
(   ) Vertigo,
(    ) Takikardi
(  -  ) Nyeri Dada, Gemetar



Fisiologis
(   v ) Seseorang Menjadi Pucat
(    ) Tekanan Darah Menurun, Hipotensi
(    ) Koordinasi Otot   Buruk, Nyeri, Sensasi Pendengaran Minimal.
(    ) Dilatasi Pupil.

ANSIETAS RINGAN

ANSIETAS SEDANG

ANSIETAS BERAT

PANIK
Kognitif
( -  ) Lapang Persepsi Tidak Menyempit
( -  ) Sadar Terhadap Stimulus Internal Dan Lingkungan Yang Lain
( -  ) Perhatian Berkurang Tapi Masih Terkontrol,  Penyelesaian Masalah Efektif,  Peningkatan Kemampuan Belajar
Kognitif
( -  ) Berjaga-Jaga, Persepsi Menyempit, Terfokus
( -  ) Bagian Optimal Untuk Menyelesaikan Masalah dan Belajar
( -  ) Penuh Perhatian
Kognitif
(-   ) Lapang Persepsi Sangat Menyempit
(   ) Sulit Memecahkan Masalah
(  - ) Perhatiannya Terpilih ( Fokus PadaSatu Kelompok)
(    ) Tidak Dapat Menyelesaikan  Tugas
Kognitif
(    ) Persepsi Menyebar Atau Tertutup
(    ) Tidak MampuMenerima Stimulus
(    ) PenyelesaianMasalahdanBerpikirLogisTidakMampuDilakukan
(    ) PersepsiAtauTentangDiri, LingkunganAtauKejadianTidakRealistis.
(    ) Kehilangan Cara Berpikir Yang Rasional
Emosi / Perilaku
(-   ) Perasaan Relatif nyaman, Relek, Tenang
( -  ) Melakukan Kegiatan Sehari-Hari Tanpa Terganggu, Motivasi Meningkat
Emosi / Perilaku
( -  ) Perasaan Siaga dan Menantang, Penuh Semangat
( -  ) Mengajak Dalam Kegiatan Yang Kompetitif, dan Belajar Ketrampilan Baru
(  - ) Suara Dan Ekspresi Wajah Penuh Perhatian
Emosi / Perilaku
(  ) Merasa Terancam, Terkejut Dengan Stimulus Baru, Merasa Beban Yang Terlalu Berat
(-  ) Aktivitas Mungkin Meningkat  Atau Menurun
(  - ) Mungkin Tampak Dan Merasa Depresi
(   -) Menunjukkan Penolakan, Mengeluh Sakit, Menjadi Lekas Marah
Emosi / Perilaku
(    ) Merasa Perlu Bantuan Terhadap Segala Kehilangan Kontrol
(    ) Mungkin Menjadi Marah, Menakutkan, Menarik Diri, Menangis Atau Lari  Dari Masalah
(    ) Tidak Dapat Berkomunikasi Secara Verbal
(    ) Mungkin Delusi Atau Halusinasi.
(    ) Mungkin Mencoba Bunuh Diri





  1. Konsep Diri Klien :
a.       Gambaran Diri      :  Merasa Berbeda Dengan Teman Sebayanya
b.      Identitas                :  Anak
c.       Peran                     :  Anak Sekolah

d.      Ideal Diri               :  Ingin Normal Sesuai Dengan Tingkat Usianya.

e.       Harga Diri             : Menarik Diri

  1. Status Nyeri :
Paliatif                         : Tidak ada
Qualitatif                     : Tidak ada
Regio                           : Tidak ada
Scale                            : Tidak ada
Time                            : Tidak ada

Skala Nyeri






  0          1           2      3                       4      5       6                7            8         9            10

Tidak          Nyeri  Ringan                      Nyeri  Sedang                   Nyeri  Berat
Nyeri

Skala 0            Tidak   Nyeri    :  -
Skala 1-3        Nyeri  Ringan : Pasien Mengatakan Sedikit Nyeri Atau Ringan.
                                                 Pasien Nampak Gelisah
Skala 4-7        Nyeri Sedang  : Pasien Mengatakan Nyeri Masih Bisa ditahan Atau Sedang
                                     Pasien Nampak Gelisah, Pasien Mampu Sedikit Berpartisipasi
                                                 Dalam Perawatan
Skala 8-10      Nyeri Berat    : Pasien Mengatakan Nyeri Tidak Dapat Ditahan Atau Berat.
                                                 Pasien Sangat Gelisah, Fungsi Mobilitas dan Perilaku berubah


Kasus
Seorang ibu membawa anaknya ke klinik karena merasa anaknya mengalami ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun.
Sang anak memiliki tinggi badan 170 cm dengan berat badan 70 kg







DATA FOKUS
Data Subjektif  (DS)
Data Objektif (DO)
·   Ibu  klien mengatakan anaknya mengalami ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun
·   Ibu klien mengatakan anaknya tidak pede dan menarik diri
·   Klien mengatakan tinggi dan berat badanya berbeda dengan teman sebaya nya
·   Klien mengeluh nyeri kepala
·   Klien mengatakan penglihatanya buram
·   Klien mengatakan pusing
·   Klien mengatakan skala nyeri (6)
·         Kaji TTV:
·         TD: 130/90 mmhg
·         RR: 24x/menit
·         S: 36,50C
·         Nadi : 68x/menit
·         Kesadaran umum : compos mentis
·         GCS (E4) (M5) (V6)
·         Akral dingin
·         Klien tampak pucat
·         Capillary refil >3 detik
·         Tinggi badan 170 cm
·         Berat badan 70 kg
·         Fitur Wajah tampak kasar

·         Pemeriksaan Laboratorium
    Pemeriksaan glukosa darah:
o   Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
§  Fasting: 150 mg/dL
(70-110 mg/dL 3.8-6.1 mmol / L)
§  2-h postprandial: 130 mg/dL
 (< 120 mg/dL < 6.6 mmol/L)
           Pemeriksaan Growth Hormone darah                   atau   SM-C (IGF 1):
o   Gigantisme (+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
      • Growth hormone - arginine stimulation            Fasting: 8 ng/mL
( < 5 ng/mL     < 5 µ g/L)

          Pemeriksaan Somatostatin:
o   Gigantisme (+) : somatostatin meningkat
§  2,6-21,7 U/ml
   ( 0,31-1,4 U/ml)
         ·            Hasil CT Scan : tumor hipofisis
         ·            Hasil MRI : pembesaran sella tursika dan sinus paranasalis (Menampakan Tumor)





















ANALISA DATA
No
Data Fokus
Problem
Etiologi
1.
DS =
§  Ibu  klien mengatakan anaknya mengalami ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun
§  Klien mengeluh nyeri kepala
§  Klien mengatakan penglihatanya buram
§  Klien mengatakan pusing
§  Klien mengatakan skala nyeri (6)
DO=
·         Kaji TTV:
o   TD: 130/90 mmhg
o   RR: 24x/menit
o   S: 36,50C
o   Nadi : 68x/menit
·         Kesadaran umum : compos mentis
·         GCS (E4) (M5) (V6)
·         Akral dingin
·         Klien tampak pucat
·         Capillary refil >3 detik
·         Tinggi badan 170 cm
·         Berat badan 70 kg
·         Fitur Wajah tampak kasar
·         Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan glukosa darah:
Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
o   Fasting: 150 mg/dL
(70-110 mg/dL 3.8-6.1 mmol / L)
o   2-h postprandial: 130 mg/dL
 (< 120 mg/dL < 6.6 mmol/L)
  Pemeriksaan Growth Hormone darah    atau   SM-C (IGF 1):
o   Gigantisme (+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
Growth hormone - arginine stimulation      Fasting: < 5 ng/mL            < 5 µ g/L
Pemeriksaan Somatostatin:
o   Gigantisme (+) : somatostatin meningkat
2,6-21,7 U/ml
normal   ( 0,31-1,4 U/ml)
·         Hasil CT Scan : tumor hipofisis
·         Hasil MRI : pembesaran sella tursika dan sinus paranasalis (Menampakan Tumor)
Nyeri
Adenoma kelenjar hipofisis
2
























DS =
·   Ibu  klien mengatakan anaknya mengalami ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun
·   Ibu klien mengatakan anaknya tidak pede dan menarik diri
·   Klien mengatakan tinggi dan berat badanya berbeda dengan teman sebaya nya
DO =
·         Kaji TTV:
o   TD: 130/90 mmhg
o   RR: 24x/menit
o   S: 36,50C
o   Nadi : 68x/menit
·         Kesadaran umum : compos mentis
·         GCS (E4) (M5) (V6)
·         Akral dingin
·         Klien tampak pucat
·         Capillary refil >3 detik
·         Kulit tampak tebal, berminyak
·         Turgor kulit jelek
·         Tinggi badan 170 cm
·         Berat badan 70 kg
·         Fitur Wajah tampak kasar

·         Pemeriksaan Laboratorium
o       Pemeriksaan glukosa darah:
Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
§  Fasting: 150 mg/dL
(70-110 mg/dL 3.8-6.1 mmol / L)
§  2-h postprandial: 130 mg/dL
 (< 120 mg/dL       <6.6mmol/L)
           Pemeriksaan Growth Hormone darah                   atau   SM-C (IGF 1):
o   Gigantisme (+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
o   Growth hormone - arginine stimulation     
Fasting: < 5 ng/mL      < 5 µ g/L

 Pemeriksaan Somatostatin:
o   Gigantisme (+) : somatostatin meningkat
2,6-21,7 U/ml
   ( 0,31-1,4 U/ml)
·         Hasil CT Scan : tumor hipofisis
·         Hasil MRI : pembesaran sella tursika dan sinus paranasalis (Menampakan Tumor
Gangguan citra tubuh















Perubahan perkembangan
















3
DS=
·         Ibu  klien mengatakan anaknya mengalami ketidaknormalan di usianya yang 10 tahun
·         Ibu klien mengatakan anaknya tidak pede dan menarik diri
·         Klien mengatakan tinggi dan berat badanya berbeda dengan teman sebaya nya
·         Klien mengeluh nyeri kepala
·         Klien mengatakan penglihatanya buram

DO=
·         Kaji TTV:
o   TD: 130/90 mmhg
o   RR: 24x/menit
o   S: 36,50C
o   Nadi : 68x/menit
·         Kesadaran umum : compos mentis
·         GCS (E4) (M5) (V6)
·         Akral dingin
·         Klien tampak pucat
·         Capillary refil >3 detik
·         Tinggi badan 170 cm
·         Berat badan 70 kg
·         Fitur Wajah tampak kasar
·         Pemeriksaan Laboratorium
    Pemeriksaan glukosa darah:
·         Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
·         Fasting: 150 mg/dL
·         (70-110 mg/dL 3.8-6.1 mmol / L)
·         2-h postprandial: 130 mg/dL
·          (< 120 mg/dL < 6.6 mmol/L)
·                    Pemeriksaan Growth Hormone darah                   atau   SM-C (IGF 1):
·         Gigantisme (+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
·         Growth hormone - arginine stimulation      Fasting: < 5 ng/mL            < 5 µ g/L

      Pemeriksaan Somatostatin:
Gigantisme (+) : somatostatin meningkat
   2,6-21,7 U/ml
   ( 0,31-1,4 U/ml)
·         Hasil CT Scan : tumor hipofisis
·         Hasil MRI : pembesaran sella tursika dan sinus paranasalis (Menampakan Tumor
Risiko kesepian
Depresi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO
DiagnosaKeperawatan
Tanggalditemukan
Tanggalteratasi

Nyeri
11-03-2013


Gangguan citra tubuh
11-03-2013

3.       
Resiko kesepian
11-03-2013


INTERVENSI
Tanggal
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi  Keperawatan                   

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:
                     ·            Nyeri dapat hilang / terkontrol
(ditandai dengan skala nyeri 1-3)
                     ·            Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas (skala 0-10), dan lamanya
                     ·            R : bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,menentukan pilihan evakuasi dan efektivitas terapi
                     ·            Letakkan pasien dalam posisi semi fowler  dansokong kepala/leher dengan bantal pasir atau bantal pasir
                     ·            R : mencegah hiperekstensi leher
                     ·            Pertahankan belpemanggil dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah
                     ·            R : membatasi ketegangan  dan nyeri otot
                     ·            Berikan minuman yang sejuk atau makanan yang lunak
                     ·            R : menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan citra tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil:
·         Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukan adaptasi, penyeuaian psikososial: citra tubuh positif, arga diri positif
·         Menunjukan citra tubuh
o   Kesesuaian antara realitas tubuh, ideal tubuh perwujudan tubuh
o   Kepuasan penampilan dan fungsi tubuh

1.      Bimbingan antisipasi
(mempersiapkan pasien terhadap krisis perkembangan atau krisis situasional
2.      Peningkatan citra tubuh
(meningkatkan persepsi sadar dan tak sadar pasien serta sikap terhadap tubuh pasien
3.      Peningkatan perkembangan : anak
(memfasilitasi dan memberi penyuluhan orang tua-pengasuh untuk memfasilitasi pertumbuhan motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif,sosial dan emosional anak usia pra sekolah dan anak usia sekolah
4.      Peningkatan hrarga diri
(membantu pasien untuk meningkatkan penilaian personal terhadap harga diri)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko kesepian dapat teratasi dengan kriteria hasil :
·         Memperlihatkan pencegahan kesepian, yang dibuktikan oleh keparahan kesepin, dan keterlibatan sosial
·         Memperlihatkan keterlibatan sosial dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (ebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang”, sering atau selalu):
o   Berinteraksi dengan teman dekat, tetangga, anggota keluarga
o   Berpartisipasi dalam anggota kelompok keagamaaan
o   Berpartisipasi dalam aktivitas waktu luang dengan orang lain
o   Berpartispasi dalam aktivitas organisasi
1. promosi integritas keluarga
R: Meningkatkan persatuan dan kesatuan keluarga
2. peningkatan sosialisi
R: memfasilitasi kemampuan individu lain untuk berinteraksi dengan orang lain
3. dukungan spiritual
R: membantu pasien untuk merasa seimbang dan terhunbung dengan yang maha kuasa
4.fasilitasi kunjungan
R: meningkatkan manfaat kunjungan keluarga dan teman


DAFTAR PUSTAKA

Barodo, Mary. 2005. Klien Dengan Gangguan Endokrin Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pearce. Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8. Vol.2. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisioligi untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3. Jakarta: EGC



1 komentar:

  1. How to get to Caesars Palace Casino in Atlantic City using
    You may play in 해외 라이브 스코어 the casino 강원 랜드 앵벌이 cage at Caesars Palace. The casino is a favorite among travelers 강원랜드떡 from all over the world. There are 라이트닝 바카라 two 넥스트 벳 entrances

    BalasHapus